ITB yang saya kenang

 ITB yang Saya Kenang.

 Hari ini 3 juli 2020 ITB genap berumur 100 tahun. Selama empat setengah tahun berada di sana tentu saja ada banyak kenangan yg tdk terlupakan. Ada yg bisa dituliskan namun lebih banyak lagi yg blm tertulis. Bbrp kenangan ini pernah saya posting di FB secara terpisah. Namun dalam rangka menyambut 100 thn ITB maka posting2 tsb saya kompilasi lagi jadi sebuah tulisan posting FB. 

 1. Nasi setengah

Saya pernah dapat cerita bahwa di suatu siang di sebuah warung nasi tempat mahasiswa biasa makan masuklah seorang anak ITB. Dengan santai namun suara cukup keras dia pesan nasi ke ibu penjaga warung, “Nasi setengah”. Si ibupun menyendok nasi dengan lauknya dan menghidangkan. Beberapa saat saja nasi itupun segera tandas. Rupanya si anak ITB masih lapar karena setelah itu dia berujar, “Nambah seperempat”.

 2. Tugas komputer

Di tahun pertama di ITB kita masih belum dianggap ITB benaran karena masih belum masuk penjurusan. Kita semua disebut sebagai mahasiswa TPB atau mahasiswa Tahun Pertama Bersama. Waktu itu di tahun 86 komputer belum semasal seperti saat ini. Komputer masih barang langka. Jenisnya masih komputer XT 286. Sistem operasinya pakai DOS atau Disk Operating System yang disimpan dalam disket floppy disk tipis ukuran 4,5”. Saat itu hampir tidak ada mahasiswa yang punya komputer apalagi bisa mengoperasikannya. Mungkin karena itulah diperlukan adanya mata kuliah Pengenalan Komputer di TPB. Saya masih ingat sekali waktu pertama kali duduk di depan komputer. Waktu itu yg muncul perasaan takut. Takut kalau2 komputer itu meledak karena kami salah menekan key board. Waktu itu satu komputer utk dua orang. Saya berdua dg suripno. Kami harus mengikuti step2 yg disebutkan asisten. Jika step2nya benar maka tampilan di layar kami akan sama dg layar asisten. Tapi setelah tekan enter ternyata tampilan layar kami beda. Kami berdua langsung gugup. Utk balik lagi ke awal proses kami tdk tahu caranya. Bgmn kalau kita matikan saja lalu nyalakan lagi kata suripno. Saya yg masih takut komputer meledak lalu agak menjauh saat suripno mencabut kabel power dan lalu dipasang lagi. Soalnya suripno juga tdk tahu cara mematikan komputer selain mencabut kabel powernya. Mata kuliah Pengenalan Komputer mempunyai sesi praktikum sebagaimana mata kuliah Kimia Dasar dan Fisika Dasar. Sudah lazim bahwa setiap sesi praktikum selalu didahului dengan yang namanya tugas pendahuluan. Kadang kala lazim juga bahwa tugas pendahuluan dikerjakan sejam atau setengah jam sebelum masuk ruang praktikum dengan mencontek tugas pendahuluan teman yang sudah jadi. Waktu itu tugas pendahuluannya adalah membuat program BASIC. Ini adalah sebuah program komputer berbasis DOS yang perintah-perintahnya menggunakan notasi seperti BEGIN, IF, THEN, ELSE dan semacam itu. Di kelas TPB kami yang kode kelasnya T13, hanya ada satu orang yang boleh dibilang sudah kenal komputer lebih dahulu dibanding yang lainnya. Jadilah kami sekelas meminjam tugasnya untuk dicontoh. Sayapun menyalin habis semua program yang dibuatnya. Di tengah-tengah menyalin itu muncul suatu notasi yang agak asing karena tidak pernah terdengar sebelumnya. Notasi itu adalah IKUI. Meski merasa aneh, tapi karena waktu praktikum sudah semakin dekat, sayapun tetap menyalin apa adanya. Tak lama kemudian kamipun masuk ruang lab komputer. Dua jam kemudian setelah praktikum selesai sambil berjalan ke luar ruangan, sayapun menanyakan arti notasi IKUI kepada teman tadi. Dengan tenangnya dia menjawab, itu inisial nama saya, Iwan Kurniawan Ibrahim, disingkat IKUI. Nah loh, terus semua teman sekelas yang semuanya menulis notasi IKUI tadi? Sekarang ikui sudah mendahului kita. Terakhir dia jadi dosen teknik informatika di unpas. Semoga alm husnul khotimah. 

 3. Asisten komputer

Alkisah seorang asisten praktikum Pengenalan Komputer sedang memeriksa tugas pendahuluan anak-anak kelas T13. Pada semua kertas tugas pendahuluan muncul notasi IKUI. Diapun penasaran pada arti notasi ini. Tentu saja di zaman itu belum ada mbah Google. Jalan untuk mengetahuinya hanyalah pergi ke perpustakaan atau tanya pada dosen. Diapun membolak balik semua catatan kuliahnya, semua diktat dan semua buku referensi, tetapi tidak menemukan notasi IKUI. Kemudian dia bertanya pada koleganya sesama asisten praktikum, tetapi tidak ada yang tahu. Tanya pada dosen muda sampai dosen yang lebih senior, semua juga tidak ada yang tahu. Satu-satunya jalan yang tersisa hanya tinggal bertanya pada mahasiswa kelas T13. Tetapi itu tidak dilakukannya. Malu dong, masa asisten paktikum nanya pada anak TPB. Mau ditaruh di mana muka ini. Sekarang sang asisten mungkin sudah doktor, sudah S2 dan S3 di Amerika. Dia juga bertanya pada profesor-profesornya tentang notasi IKUI tersebut. Juga cek google dan wikipedia, tetapi tetap tanpa jawaban. Sampai sekarang, 34 tahun kemudian, dia masih tetap tidak tahu apa itu IKUI. Kalau yg nomor 3 ini khayalan saya saja saat asisten komputer menemukan notasi IKUI di semua tugas pendahuluan anak T13 

 4. Praktik perpetaan

Meskipun bukan kuliah di Jurusan Geodesi, tapi di jurusan saya ada mata kuliah Perpetaan. Kodenya GD211 karena memang diampu oleh dosen dan asisten dari Jurusan Geodesi. Mata kuliah ini ada praktek lapangannya yang dilakukan secara berkelompok dengan anggota lima sampai enam orang. Kita mengukur koordinat lokasi dan menggambar ulang lokasi tersebut. Kita juga mengukur kontur dan level tanah. Kita menggunakan alat yang disebut teodolit. Pada alat ini ada semacam teropongnya, berdiri di atas kaki tiga dan ada novum yang harus diatur tepat di tengah agar pembacaannya akurat. Novum disetting dengan mengatur ketinggian ketiga kaki alat tersebut. Pengaturannya sulit bukan main karena saat kaki pertama sudah oke, kaki kedua jadi berubah dan novum miring ke kiri. Saat kaki kedua distel, malah kaki ketiga yang berubah sehingga novum bergeser lagi. Demikianlah bolak balik sampai novum benar-benar tepat di tengah. Demikianlah, setelah melalui perjuangan panjang dan novum tepat di tengah, maka dimulailah mengintip melalui teropong ke arah tongkat skala yang di pegang teman di kejauhan. Tetapi jika di kejauhan terlihat ada cewek lewat, dengan gampangnya arah teropong diubah ke arah cewek tersebut. Akibatnya posisi novum jadi bergeser dan terpaksalah diseting ulang lagi dengan ritual seperti yang diceritakan di atas. Setiap setting butuh waktu paling tidak 15 menit. Coba bayangkan, berapa lama waktu praktikum yang terbuang jika cewek yang lewat 20 orang. Tapi untunglah praktikum perpetaan dilakukan di kampus ITB. Coba bayangkan kalau praktikumnya di kampus Unpad, apalagi di Fakultas Kedokteran Gigi. Di kampus ITB ada dua gedung kembar segi empat yang terletak di dekat Jurusan Teknik Informatika. Di depannya ada saluran air hujan yang mengalir dari barat ke timur. Gedung itulah yang harus kami ukur dan digambar ulang gambar tapaknya. Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan teodolit diolah dan dihitung manual sehingga didapatlah data koordinat dan ketinggian. Selanjutnya data itu dituangkan menjadi gambar di atas kertas kalkir. Hasilnya adalah gambar dua gedung kembar segi empat yang tidak sama ukurannya dan tidak pula berbentuk segi empat. Adapun hasil gambar saluran air, kok elevasi bagian hilir lebih tinggi daripada elevasi hulu. 

 5. Gambar teknik

Pada zaman itu belum ada yang namanya program Autocad. Tugas mata kuliah Gambar Teknik benar-benar harus di gambar di atas kertas kalkir menggunakan rapido merk Rotring atau Staedler. Tidak boleh ada kesalahan saat menarik garis karena tintanya tidak bisa dihapus. Tetapi sehati-hati apapun melakukanya, namanya juga manusia sebagai tempat salah dan khilaf, selalu ada saja tarikan garis yang kepanjangan. Terpaksalah dihapus dengan mengorek-goreknya menggunakan silet. Kadang korekannya begitu dalamnya sampai kertasnya berlubang pada tempat yang salah tersebut.

 6. Kuliah pertama

Sebulan sebelum masa kuliah dimulai saya sudah di bandung karena saya diterima pmdk sehingga harus mendaftar di awal saat orang2 lain berjuang di sipenmaru. Saya sangat bersyukur diterima pmdk krn sebenarnya saya sangat takut menghadapi sipenmaru. Masalahnya tidak ada soal2 sipenmaru itu yg saya mengerti saat di sma saya melihat soal2 sipenmaru tahun sebelumnya. Jadi saya sudah yakin duluan tidak akan diterima jalur sipenmaru sehingga saya sangat bersyukur diterima pmdk. Saya bertekad memanfaatkan waktu sebulan sebelum kuliah itu dg hal yg bermanfaat. Salah satunya adalah belajar bahasa inggris. Jadi saya membeli majalah reader’s digest bekas di pasar buku loak di cikapundung. Tapi tekad hanya tinggal tekad. Saya susah sekali memahami tulisan2 di majalah tsb. Akhirnya yg saya baca hanya rubrik kecil ‘laught is the best medicine’. Rubrik2 lainnya tetap tdk terbaca sama sekali. Setelah belajar bahasa inggris gagal, saya lalu terpikir utk mencuri start belajar mata kuliah tpb saja. Saya pilih belajar matermatika saja karena sejak smp dan sma saya suka matematika. Sebaliknya saya tdk suka fisika. Bahkan fisika optik, fisika listrik dan fisika magnet tdk saya mengerti sama sekali krn gurunya jarang masuk saat sma. Guru fisika itu merangkap wakil kepala sekolah sehingga sering rapat dan urusan ini itu. Akibatnya dia sering tidak masuk saat jam pelajaran fisika. Sementara guru ganti tdk ada. Jadilah saya benar2 nol di fisika optik, listrik dan magnet. Fisika yg cukup saya mengerti adalah fisika mekanika, terutama fisika klasik hukum newton. Mungkin karena fisika mekanika ini banyak miripnya dg matematika maka saya dapat memahaminya. Bukankah saya memang suka dg matematika. Singkat cerita sayapun membeli buku2 tpb di palasari. Buku purcell utk matematika dan buku sears zemansky utk fisika. Seperti dapat diduga maka buku sears zemansky itu tdk sedikitpun saya pahami. Sebaliknya buku purcell masih bisa saya ikuti. Sayapun lalu mempelajari purcell dan mengerjakan soal2nya. Setelah beberapa hari mempelajari dan mengerjakan soal sayapun tersenyum cukup puas. Saya merasa sudah belajar banyak dan sdh mengerjakan banyak soal juga. Menurut perkiraan saya sudah melahap materi pelajaran utk tiga kali pertemuan. Jadi pas kuliah matematika dasar nanti saya tinggal review2 saja sambil memperhatikan penjelasan dosen. Kebetulan sekali hari pertama kuliah di gedung gku tempat hampir semua mata kuliah tpb dilakukan, mata kuliah pertama adalah matematika. Setelah mengucapkan selamat diterima sebagai mahasiswa itb, ibu pujiastuti sang dosen matematika dasar 1 dari jurusan matematika langsung menyampaikan kuliahnya. Penyampaian materi kuliah dari buku purcell dilakukan secara cepat sekali. Saya terkaget2 saking cepatnya dia menerangkan. Dan yg paling mengagetkan adalah bahan2 dari purcell yg saya curi start mempelajari dan mengerjakan soal2nya dan saya kira akan disampaikan dalam 3x pertemuan ternyata selesai dibahas hanya dalam 1/3 pertemuan. Baru hari pertama di tpb saya sudah shock. Apa saya bisa mengikuti kuliah kalau dosennya mengajar super kilat seperti ini. Matematika yg saya sukai saja sudah seperti ini, bagaimana pula nanti dg fisika. Saya jadi keluar keringat dingin membayangkan kuliah fisika nantinya. Saya takut sekali kena do dari itb. Sejak awal masuk kami sudah direcoki dg kata2 do. Tpb dijadualkan selama setahun dan hanya diberi kesempatan mengulang satu kali saja jika tdk lulus kuliah. Selalu diingatkan utk hati2 dgn tpb, jangan sampai do. Demikianlah, saya takut sekali dg do sehingga bertekad harus bisa menyelesaikan tpb setahun saja. Padahal saat itu saya diterima program pertukaran pelajar afs ke amerika. Prosesnya sudah dimulai saat saya kelas 3 sma namun pengumumannya baru keluar setelah saya di tpb. Ikut pertukaran pelajar ke amerika adalah mimpi saya dan sebenarnya saya bisa ikut krn masih ada kesempatan masuk tpb tahun depan. Tapi itulah, saking takutnya kena do, sayapun melepaskan kesempatan tsb. Saya takut tidak bisa menyelesaikan tpb dalam waktu setahun tahun depan krn setelah itu tdk ada lagi jatah utk mengulang. Kembali ke mata kuliah matematika. Sayapun tetap belajar utk menghadapi mid semester. Saya tidak bisa dan bukan tipe mahasiswa sks sistem kebut semalam. Saya harus mencicil belajarnya jauh2 hari agar bisa menghadapi mid semester. Demikianlah, pada suatu siang sayapun belajar matematika. Ada beberapa soal yg saya mentok mengerjakannya. Saya sdh berpikir keras tapi tdk juga tahu cara mengerjakannya. Sampai sekian lama tidak bisa2 juga akhirnya saya putuskan utk tanya ke teman saja. Sayapun menuju kontrakan si le di sekeloa utara dari kontrakan saya di tubagus ismail dalam dg jalan kaki. Sampai di sana ternyata si le sedang tidur siang dg indahnya. Wadduh, saya yg sedang mati2an menyiapkan mid tes, eh ini malah tidur siang dg santainya. Saya bangunkan si le dan tanpa basa basi langsung menyodorkan soal matematika yg saya tdk bisa langsung ke bawah batang hidungnya. Setelah menggeliat sejenak krn terganggu tidur siangnya dan sambil tetap berbaring diapun mencoret2 di kertas soal dan langsung keluar jawabannya. Gila si le ini. Saya yg sdh memeras otak berjam2 tdk bisa mengerjakan soal ini sedangkan dia dengan sambil berbaring saja dan mungkin juga masih setengah sadar terbangun dari tidur siangnya, kok malah gampang saja corat coret dan ketemu jawabannya. Saya lupa apakah waktu itu sempat ngucapin terima kasih dan minta sori sudah mengganggu tidur siangnya, tapi yg jelas dia menyambung lagi tidur siangnya dan sayapun pulang membawa soal matematika itu. Jadi kalau ternyata saat itu saya lupa maka biarlah saya ucapkan sekarang saja, 34 tahun kemudian. Makasih le dan sori sudah mengganggu tidur siangmu. Note: si le barkarir di pd pal jaya dan melanjutkan s2 nya di amerika. Setelah menjadi dirut pd pal jaya selama bbrp tahun, skrg dia adalah dirut pdam semarang. 

 7. Praktikum Kimia Analitik

Kisah praktikum kimia analitik. Waktu itu kelas kami T13 sedang praktikum kimia analitik di lab depan gedung tvst. Tugasnya adalah menemukan unsur apa saja yang ada dalam sebuah larutan yg diberikan. Utk menjaga keakuratan analisa, maka larutan yg digunakan utk mencuci pipet dan gelas erlenmeyer bekas analisa unsur lain adalah larutan yg berbeda2. Ada yang cukup dibersihkan dg H2O murni, namun ada pula yg butuh larutan khusus. Karena ingin mendapatkan hasil yg sempurna, maka saya mencuci labu erlenmeyer dg larutan khusus tsb dg gaya seperti orang mencuci piring. Tak disangka tak dinyana, mbak asisten dosen lab marah besar. Saya kaget sekali. Usut punya usut, ternyat larutan khusus ini harganya mahal sekali, kalau tidak salah krn mengandung unsur perak (perak nitrat?). Harusnya dipakai utk bilasan terakhir dan itupun dalam jumlah sangat sedikit. Lha, saya membilasnya kayak orang mencuci piring. Gimana gak ngamuk itu mbak asisten dosen lab.

Artikel Terkait