Kisah itbsiana thn 80an.
Waktu itu saya benar2 anak kampung yg masuk kota besar. Seumur2 itulah saat pertama kali saya mencicipi yg namanya aqua. Paradigma saya saat itu masih kampungan, kok ada orang yg mau2nya beli air putih dalam botol. Dalam persepsi saya, yg namanya air putih itu berlimpah di rumah.
Ceritanya saat itu saya diterima pmdk di itb. Jadi saat teman2 lain sedang berjibaku persiapan sipenmaru di bandung, saya hanya luntang lantung main2 ke tempat teman. Saat itulah saya mencicipi aqua pertama kali dalam hidup. Dia menyuruh saya minum, tp ada kata pengantarnya dulu. Ini minuman mahal, jadinya minumnya hanya boleh sedikit2 saja katanya. Jadilah saya dikasih secangkir kecil aqua. Dalam hati saya bergumam, kayak minum air zamzam saja, harus diirit.
Yg tertancap di benak saya adalah ini minuman mahal. Hanya air putih yg di rumah saya berlimpah, tp ini harus dibeli. Saya langsung mengasosiasikan bahwa pasti lezat sekali karena mahalnya. Jadi saat mencicipi memang terasa lezat. Beda ama air putih biasa. Saya tdk tahu lezatnya di mana, tp memang kerasa spt ada manis2nya.
Skrg saya malah heran, kenapa waktu itu air aqua enak sekali ya, beda ama air putih di rumah.
O ya, saat itu setelah secangkir saya habis, saya tahu diri tdk minta tambah.
Dan walaupun enak, dalam waktu yg lama saya masih tidak pernah beli aqua sejak itu. Sayang saja uang kiriman ortu yg terbatas dipakai utk hanya beli air putih.