2. Berburu Tiket

Backpacker italy, swiss dan balkan
2. Bulan september saya sdh harus memutuskan utk lanjut saja dg istri tanpa menunggu-nunggu lagi rencana backpacker sewa mobil yg luar biasa namun tdk ada progress itu. Saat itu saya sedang mulai serius mempersiapkan segala sesuatunya ketika saya dapat kabar ada kompas travel fair di jcc, jakarta convention center selama tiga hari. Seperti kita ketahui momen seperti ini adalah saat yg tepat utk berburu tiket murah dg adanya iming2 cash back yg lumayan besar dari kartu kredit bank sponsor. Oleh karena itu sayapun datang ke even ini.
Hari pertama datang saya hanya melihat2 harga tiket promo dan tanya2 prosedur mendapatkan cash back. Hari kedua saya datang lagi namun kuota cash back yg nominalnya paling besar hari itu sdh habis. Ternyata utk mendapatkan cash back itu ada triknya juga. Kita harus memastikan dulu tiket di hari itu tapi jangan dibayar dulu krn kuota cash back sdh habis. Bayarnya besok saja pagi2 sekali agar masih mendapatkan kuota.
Seperti yg sdh saya ceritakan maka rencana saya adalah membeli tiket keberangkatan jakarta-amsterdam dan pulangnya istanbul-jakarta. Tapi tdk ada tiket promo dg pola seperti ini. Yang ada hanyalah bandara keberangkatan dan kepulangan harus sama. Jadi kalau berangkat ke amsterdam maka pulang harus dari amsterdam lagi. Wadduh, kalau begini kan tidak mungkin. Masa saya yg sdh sampai di bulgaria lalu harus balik lagi ke belanda. Kan konyol sekali.
Tapi kemudian saya melihat ada tiket promo jakarta-milan yg harganya lumayan miring. Saya lihat masih make senselah kalau berangkat dan pulang lagi dari milan. Soalnya kawasan balkan dan eropa timur tidaklah terlalu jauh dari italia. Masih masuk akal juga jika dari bulgaria saya balik lagi ke italia. Apalagi swiss juga berbatasan dg italia dan bahkan zurich malah tidak jauh dari milan. Jadi saya bisa ke swiss dulu sebelum lanjut ke balkan dan eropa timur.
Saya sudah hampir memastikan utk mengambil jakarta-milan pp saja ketika ternyata ada maskapai lain yg jg promo utk rute jakarta-roma pp dg harga lebih murah lagi dari jakarta-milan pp. Namanya backpacker yg selalu mencari yg termurah maka tentu saja akhirnya saya memilih jakarta-roma pp daripada jakarta-milan pp. Jadilah saya deal ambil tiket tersebut. Tiket dibooking utk saya dan istri dan keesokannya saya datang lagi utk membayar demi mendapatkan cash back.
Tiket jakarta-milan yg murah itu dikeluarkan oleh maskapai oman air dg transit di muscat. Sebaliknya tiket jakarta-roma yg saya ambil ini dikeluarkan oleh china airlines, maskapai dari taiwan yg mengharuskan transit di taipei. Sebenarnya secara pribadi saya lebih sreg dg oman air krn makanannya tentu halal dan lokasi transit di muscat tdk membuat kita putar arah dulu. Beda dg china airlines ini krn makanannya tdk jelas kehalalannya walau saya sdh minta biro travel utk memesankan makanan halal. Selain itu transit di taipei jelas jalur yg memutar krn kita ke arah timur laut dulu padahal tujuan kita ada di barat laut.
Tapi sebenarnya ada faktor penghibur lain yg agak menyenangkan saya yakni transit di taipei tsb. Saya belum pernah ke taiwan sehingga walau hanya transit saja namu saya bisa mengatakan bahwa saya sudah pernah menjejakkan kaki di taiwan. Sama seperti transit2 traveling saya sebelumnya saat saya bisa mengatakan bahwa saya sudah pernah menginjakkan kaki di stockholm swedia, sanaa yaman dan doha qatar.
Cerita hunting tiket ini ada dramanya juga. Sebenarnya saya malu untuk menceritakan ini. Cerita bahwa saya sampai bela-belain berangkat dari rumah sebelum subuh dan sholat subuh di mushola jcc hanya utk ikut antrian dapat gelang pengenal. Karena hanya yg punya gelang saja yg dibolehkan dapat peluang cash back. Padahal punya gelang juga tdk menjamin dapat cash back karena ada kuota hariannya juga.
Bayangkan betapa malunya kalau orang sampai tahu saya rela antri dari jam 5 pagi sampai loket dibuka jam 9 hanya demi utk mendapatkan gelang tsb. Saking malunya maka saya selalu menutup wajah atau membuang muka jika ada panitia, wartawan atau orang yg memotret antrian tersebut. Saya takut masuk berita di kompas dg judul ratusan orang rela antri 4 jam sejak subuh demi mendapatkan cash back tiket pesawat dan foto saya ada di kerumunan antrian tersebut.
Tapi kalau tidak diceritakan maka catatan saya ini akan jadi garing. Apa menariknya sebuah catatan perjalanan jika isinya hanya cara mendapatkan tiket murah. Akan lebih dramatis jika drama saya berangkat dari rumah jam 3 pagi, sholat subuh di mushola gcc dan lalu antri jam 5 sampai jam 9 juga diceritakan. Benar nggak?
Namun demikian ada juga yg hal meringankan rasa malu saya serta menghibur saya tentang antrian ini. Yaitu fakta bahwa yg antrian ini didominasi oleh warga keturunan yg kalau dilihat dari penampilan dan pembicaraanya maka mereka bukanlah orang2 kekurangan. Bahkan sebaliknya mereka adalah orang2 kelebihan yg liburnya di luar negeri dan yg tiap sebentar traveling ke luar negeri. Mereka saja tdk malu antri maka kenapa saya yg status ekonominya di bawah mereka malah malu.
Terus saya ngapain saja selama 4 jam antri tersebut. Waktu yg 4 jam ini saya gunakan utk ngobrol dg orang lain para pemburu tiket murah tsb. Padahal sesungguhnya saya adalah orang yg pendiam dan introvert. Bagi saya lebih mudah utk menulis daripada berbicara. Tapi sejak menjalani usaha sendiri maka saya harus mengubah karakter ini. Saya harus banyak bergaul dan banyak bicara. Kalau tidak siapa lagi yg akan memasarkan dagangan saya berupa meja belajar, sepatu safety, barang2 safety, barang2 kebutuhan pdam dan lain2. Siapa yg akan mempromosikan jasa konsultan ukl upl, is0, perijinan dan pajak. Siapa yg akan memberitahukan bahwa saya juga ada bidang usaha konstruksi renovasi pabrik. Bahwa semua info itu ada di www.mitranusacemerlang.com dan www.emirsadikin.com.
Jadi dengan dasar pemikiran inilah maka saya sekarang jadi ramah dan suka ngobrol dg orang. Apalagi ini yg sama2 antri adalah orang2 yg mapan secara ekonomi. Siapa tahu ada yg bisa dikolaborasikan. Bisa saja di antara mereka ada yg punya pabrik, lalu saya dikasih kesempatan ambil barang dg harga pabrik utk dijual lagi. Hehehe, namanya juga siapa tahu.
Jadilah selama antrian tersebut saya banyak ngobrol dan mendengarkan cerita orang2 yang ikut antri tsb. Ada yg memang tinggal di amerika dan punya green card amerika. Ada yg dulu pernah punya usaha ambil barang dari china. Ada yg hanya mau jalan2 saja. Tapi sampai selesai antrian ternyata tidak ada yg punya pabrik, jadi tidak ada yg bisa saya dagangkan.
Selain ramah tamah dg sesama pemburu tiket murah, sebenarnya waktu 4 jam itu juga saya bisa utilisasikan dg baik krn saya tdk mau ada waktu terbuang percuma. Saya membawa laptop dari rumah dan sambil antri sayapun mengerjakan pekerjaan penyusunan dokumen ukl upl. Kebetulan ada bbrp pabrik di jababeka dan kawasan giic deltamas yang dokumen ukl upl mereka saya tangani. Jadi 4 jam ngantri bukanlah waktu terbuang percuma tapi tetap waktu yg produktif dan menghasilkan 😁.
Bersambung

 

Artikel Terkait