3. Eksperimen Pas Foto

Backpacker italy, swiss dan balkan
3. Tiket sudah di tangan maka langkah berikutnya adalah mengurus visa. Sebuah proses yg selalu membuat perut saya mules kalau sudah menyangkut visa. Tapi mau tidak mau kan harus dijalani juga.
Sayapun googling visa italy dan ternyata pengurusannya disubkan ke vendor yg sama dg visa jepang yakni perusahaan vfs. Saya buka webnya dan dg cermat saya mencatat semua persyaratan yg diminta. Salah satunya yg sangat njilimet adalah pas foto. Jika pas foto visa di kedubes2 lainnya hanya mensyaratkan ukuran foto dan latar belakang warna putih saja, maka visa italy mensyaratkan macam2. Mulai dari arah menghadap, proporsi luas wajah terhadap luas pas foto, kesimetrisan posisi, tdk boleh terlalu dekat tapi juga tdk boleh terlalu jauh, arah mata menatap, tdk boleh ada bayangan, aturan tentang rambut dan kuping, hijab bagi yg pakai jilbab, hasil cetakan tdk boleh blur dan entah apa lagi. Agar lebih jelas lagi maka di sana ditayangkan juga contoh2 pas foto yg benar dan yg salah.
Dari melihat tayangan contoh2 pas foto yg benar dan yg salah tersebut maka tiba2 saya dapat inspirasi utk pas foto sambil tersenyum. Soalnya di contoh yg benar ada foto tersenyum yg dibolehkan. Sebaliknya ada juga contoh foto tertawa yg tidak dibolehkan krn terlalu lebar dan gigi terlalu kelihatan. Saya terinspirasi utk mencoba pas foto tersenyum karena sepanjang hidup saya dalam membuat pas foto selalu dalam kondisi wajah serus. Kayaknya enak juga nih punya pas foto sedang tersenyum. Demikian pikiran saya saat itu.
Jadilah saya minta istri utk memotret saya dg kamera hp. Sayapun pasang mimik tersenyum dan klik, gambar sayapun jadi. Lalu saya pindahkan ke laptop dan setelah itu ke flash disk. Saya akan mencetak dari flash disk di tempat photo copy dekat rumah yg menyediakan jasa pencetakan foto. Saya terpaksa cerita agak panjang tentang foto ini karena persyaratannya yg njilimet tadi dan eksperimen saya membuat pas foto tersenyum yang akhirnya ditolak oleh petugasnya.
Persyaratan visa lainnya normal2 saja seperti bukti tiket dan bukti pemesanan penginapan. Tapi kalau diikuti dg penuh ketaatan maka akan merepotkan juga. Contohnya bukti pemesanan penginapan. Ada sekitar 20 kota yg akan saya kunjungi dari list 12 negara tujuan traveling kali ini. Jika saya mengikuti prosedur penuh ketaatan maka otomatis saya harus membuat pemesanan di 20 penginapan di 20 kota juga. Tapi karena saya tahu ini hanya formalitas saja krn kedubes ingin memastikan bahwa kita sudah ada jaminan akomodasi selama di sana maka 20 booking penginapan saya press jadi 4 saja. Jadi itinerary yg saya ajukan hanya mengunjungi 4 kota saja yakni roma, venice, milan dan zurich. Nanti setelah visa keluar maka semua booking dummy tersebut akan saya cancel lagi.
Singkat cerita sayapun sudah melengkapi semua berkas yg diminta, termasuk dg datang ke bank utk minta surat referensi bank dan legalisasi saldo rekening. Formulir isian visa berikut semua lampirannya saya susun dg rapih dalam map. Lalu sayapun membuat perjanjian kedatangan online. Ternyata jadual tercepat yg tersedia adalah 10 hari kemudian. Saya agak kaget juga kenapa lama sekali. Jadi sayapun menelpon ke kantor visa italy tersebut dan menanyakan kenapa lama. Katanya jadual lain sudah penuh semua krn banyak sekali yg mengurus visa. Wah, saya tambah kaget lagi, tdk menyangka kalau visa italy banyak peminatnya. Soalnya setahu saya italy bukanlah tujuan mainstream wisatawan indonesia ke eropa. Yg mainstream itu adalah ke belanda, perancis dan jerman.
Sesuai perjanjian on line maka hari selasa saya datang ke kuningan city tempat kantor vfs pengurusan visa italy. Pemeriksaan masuk ruangan seperti mau boarding saja. Hape dikeluarkan, tas diperiksa dan tubuh dipindai. Petugas melihat laptop dalam tas saya dan menyampaikan bahwa laptop dilarang masuk. Sungguh sebuah peraturan yg aneh. Apa masalahnya dg laptop sampai harus dilarang segala. Tapi okelah, saya menurut dan menitipkan laptop. Tapi alangkah kagetnya saya, ternyata menitipkan laptop dikenakan charge. Ya ampun, segitu bangetnya biro ini mencari pendapatan sampai2 dia buat peraturan tdk boleh bawa laptop lalu dia menyediakan jasa penitipan laptop. Dengan sangat tdk ikhlas sayapun terpaksa membayar juga charge penitipan laptop itu.
Sesampai di dalam saya langsung menyerahkan berkas dan diperiksa satu per satu oleh petugasnya. Saat melihat foto saya dia menolak dan meminta foto yg lain. Saya tanya kenapa ditolak, dia jawab karena giginya kelihatan terlalu banyak. Ya ampun, akhirnya eksperimen saya membuat pas foto tersenyum malah mendatangkan masalah. Padahal di contoh pas foto di website yg tersenyum itu giginya juga tampak. Dia minta ganti foto yg lain atau buat foto baru lagi. Krn malas berdebat dan tdk ada gunanya juga krn dia hanya petugas dari vendor kedubes dan bukan staf kedubes itu sendiri maka permintaannya ini saya luluskan. Ada booth jasa pembuatan foto yg disediakan vfs di sini.
Sebenarnya foto istri saya jg bermasalah krn cahaya datang dari sebelah kanan sehingga wajah sebelah kirinya agak gelap. Jadi diapun minta foto yg lain. Tapi mana ada pula saya membawa foto lain. Lalu dia konsultasi ke rekan di sebelahnya dan katanya tdk apa2. Syukurlah, kalau tidak bgmn caranya krn istri saya tdk ikut ke sini.
Jadi mau tidak mau saya terpaksa membuat foto baru. Sayapun mendatangi booth tersebut. Eh, ternyata antriannya panjang pula. Semakin kesal sajalah hati ini rasanya. Belum lagi biaya cetak fotonya yg sekian kali lipat dibanding yg dekat rumah saya. Akhirnya setelah lama antri, sayapun dapat giliran juga. Jangan ditanya, sudah pasti saya tidak berani lagi foto tersenyum. Foto biasa saja dg wajah serius menatap kamera. Dan wajah kesal juga krn urusan yg bertele2 gara2 foto.
Saya balik ke meja pengurusan dan menyerahkan foto. Lalu saya ditanya lagi apakah jika visa sdh jadi maka paspor mau dikirim ke alamat atau diambil sendiri. Saya jawab ambil sendiri krn kuatir juga ada apa2 jika dikirim pakai jasa pengiriman. Lalu ditanya lagi apakah mau dapat notifikasi via email. Saya jawab mau. Tapi ada chargenya katanya lagi. Ya ampun, semua dicharge ini sampai2 notifikasi emailpun diuangkan juga. Ya sudahlah kalau begitu, saya bayar semuanya. Akhirnya semua urusanpun selesai setelah 1 jam lebih mengurus visa ini.
Sebenarnya selain pas foto istri, ada lagi yg hampir menjadi masalah yakni finger print. Ternyata semua pemohon visa harus diambil finger printnya sementara istri saya tdk ikut ke sini. Tapi kata petugasnya kalau dalam 5 tahun terakhir pernah finger print maka tdk apa2 tdk finger print lagi. Saya bilang bahwa 4 tahun yl kami mengurus visa schengen kedubes perancis. Jadi masih berlaku dong, tanya saya. Untung saja saya membawa paspor lama yg ada visa schengennya dan saya tunjukkan ke dia. Dia lihat visa tersebut sambil searching data istri saya di komputernya. Ternyata ketemu. Jadi istri saya tdk perlu finger print lagi. Alhamdulillah urusan istri saya kelar juga.
Dua hari kemudian saya dapat kejutan lagi. Visa selesai hanya dalam waktu dua hari saja. Saya datang hari selasa, rabu diproses dan kamis saya dapat notifikasi bahwa visa sudah selesai dan dapat diambil. Wah, kali ini saya harus angkat jempol pada kedubes italy. Masa iya selasa datang, rabu diproses dan kamis sdh selesai. Grazie ambasciata italiana. Terima kasih ya kedubes italy 😁
Bersambung

 

Artikel Terkait