7. Peron no 2 Est

Backpacker italy, swiss dan balkan
7. Sering sekali saya terkagum2 dg teknologi IT. Betapa IT sangat memudahkan segalanya. Dg aplikasi WA saya tetap bisa merespons inquiry dari customer, tetap bisa melayani pengiriman barang, tetap bisa berkoordinasi dg tim. Istri saya dg gampang juga bisa mengatur urusan anak2, bahkan menelpon via WA dg sangat leluasa tanpa biaya. Padahal 20 tahun yl, jangankan sambungan telepon internasional, sambungan interlokal saja musti mengatur waktu dan hanya bicara yg penting2 saja utk menghemat pulsa. Tapi skrg dg WA, mau bicara lama dan tdk penting sekalipun tdk ada masalah.
Begitu juga kemudahan memesan tiket. Malam sebelum keberangkatan ke florence saya tinggal searching bus rome to florence dan train rome to florence, maka muncullah berbagai web yg menyediakannya dg variasi jam keberangkatan dan harga.
Biasanya tiket bus lebih murah dari kereta. Info dari pemilik apartemen saat kami datang kmrn, tiket bus 13 euro dan kereta 39 euro, tiga kali lipat bus. Tapi saat saya searching malam ini, tiket busnya malah di atas 20 euro. Tiket kereta ada yg 58 euro dan ada yg 25 euro. Bedanya pada waktu tempuh yakni 1,5 jam dan 3,5 jam. Akhirnya saya pilih naik kereta saja yg harganya 25 euro. Berangkat jam 07.28 dari roma dan sampai jam 11.00 di florence.
Yg saya kagumi adalah kemudahan memesan tiket ini. Tinggal klik klik, masukkan nomor kartu kredit dan wuzz, tiketpun sdh terkirim ke email kita.
Kami sampai di stasiun jam 06.45. Saya cek dan mencocokkan no ka, tujuan dan jam di tiket dg papan informasi yg terpampang di stasiun. Saat sedang mencocok2an jadual tsb seorang perempuan menghampiri saya menawarkan bantuan. Saya tanya dia siapa. Katanya orang yg membantu. Saya ragu antara calo atau petugas resmi. Dibilang petugas resmi dia tdk pakai seragam. Dibilang calo tapi dia pakai tali id card yg ada tulisan roma. Tp krn saya tdk begitu merespons dia akhirnya di pergi sendiri.
Saya melanjutkan melihat jadual lagi saat seorang perempuan lain jg menawarkan bantuan. Dia tanya ke mana. Kali ini saya jawab dan dia mengajak saya ke semacam mesin display. Dia utak atik dan menunjukkan jalur ka saya adalah di platform 2 est. Saya ucapkan terima kasih ketika kemudian dia menadahkan tangan. Wadduh, ini modus juga ternyata. Sebenarnya saya bisa menolak dg meninggalkan dia begitu saja. Tapi ada juga rasa kasihan, apalah artinya ngasih 1 atau 2 euro. Saya merogoh kantong dan menyerahkan 1 koin. Saya asal ambil koin saja krn memang saya blm biasa membedakan koin 1 dan 2 euro kecuali harus melihat dulu dg teliti. Saya serahkan ke dia, tapi dia bilang masa cuma 0,5 euro. Ternyata itu koin 0,5 euro. Saya rogoh kantong lagi dan ngambil asal lagi. Skrg yg terambil adalah 2 euro. Dan dia menerimanya. Padahal tdk ada jasa apa2 yg dia lakukan krn apa yg dia sampaikan terpampang semua di papan informasi.
Waktu saya masih sangat lapang sehingga saya santai2 saja. Sempat dulu ngambil foto2 di stasiun sebelum masuk peron. Yg penting saya sdh tahu jalurnya yakni no 2 est. Kemudian masih dg santai saya dan istri baru masuk ke peron dan ketemu no 8. Kami mengarah ke kiri sampai ketemu no 2. Skrg tinggal mencari no 2 est. Tapi kok tidak ada. Yg ada no 1, 2, 3 dst. Terpaksalah saya bertanya pada petugas di mana 2 est. Dia tunjuk di sebah no 1 dan ketika saya ke sana memang ada panah penunjuk ke arah 2 est. Saya ikuti arah panahnya dan skrg ada tulisan 2 est jarak 250m. Wadduh, ternyata harus jalan kaki lagi menyeret koper 250m ke peron 2 est. Untung waktu saya masih lapang. Jika waktunya pas2an bisa2 ketinggalan kereta. Siapa yg nyangka peron tujuan kita masih 250m lagi dari platform utama stasiun.
Peron no 1 est dan no 2 est ternyata adalah kereta kelas bawah. Jika kereta2 lain menunggu di dalam bangunan stasiun yg beratap dan megah, maka no 1 est dan 2 est adanya di luar stasiun atau hanya di emperan saja. Sedih sekali, saya hanya mampu naik kereta kelas bawah dari roma ke florence.

 

Artikel Terkait