6. Head Hunter (Tamat)

Traveling Sabah Brunei
6. Pada kunjungan ke setiap kota atau setiap negara, seperti biasa saya selalu searching tentang destinasi2 menarik yg ada di kota tersebut. Seperti biasa juga selalu ada yg posting list 10 atau 15 atau 20 atau bahkan lebih dari 30 tempat menarik sebuah kota, termasuk di kota kinabalu ini.
Dari sekian list yg ada, hanya dua tempat yang menarik perhatian saya yakni mount kinabalu national park dan monsopiad heritage village. Yg terakhir ini justru saya dapatkan infonya dari grup wa alumni itb bekasi. Kedua tempat itu juga menampilkan foto2 yang menarik saat saya searching di google.
Monsopiad heritage village sesuai yg saya baca di web adalah daerah tradisional orang kazatan, penduduk asli sabah. Monsopiad adalah seorang head hunter. Lha, bukannya head hunter adalah orang yg merekrut bahkan membajak tenaga profesional utk dijadikan eksekutif perusahaan? Masa ada orang kampung jadi head hunter.
Ternyata head hunter di sini adalah arti yg sebenarnya yakni pemburu kepala. Dia memburu orang2 yg mengganggu kampungnya dan memenggal kepalanya sampai mendapatkan 42 kepala. Lalu 42 kepala yg sdh jadi tengkorak itu dia jejerkan di rumahnya.
Monsopiad heritage village masih bisa dicapai dg grab walau lokasinya sudah di luar bandar. Ongkosnya juga tidak mahal, hanya 30 rm. Jadi sayapun pesan grab dan melaju menuju ke sana. Semakin lama grab semakin menjauhi kota dan mulai masuk rural area yg semakin sepi. Semakin jauh perjalana maka semakin sepi suasananya. Saya mulai sangsi, kalau lokasinya di remote area, apakah di sana nanti ada grab juga utk balik.
Saya menanyakan pada sopir grab, apakah di sana nanti ada grab juga. Ternyata sopirnya gak tahu juga. Bahkan dia baru pertama kali ke sini dan tdk pernah dengar monsoviad tersebut. Tentu saja saya jadi semakin sangsi, bagaimana nanti pulangnya. Mana sekeliling juga sdh semakin sepi.
Lalu saya tanya sopir grab, jika dia menunggu 1 jam, berapa saya harus bayar. Katanya 50 rm. Wah, mahal juga ternyata. Akhirnya saya menghibur diri saja. Jika dilihat dari google map, sebenarnya lokasinya tdk terlalu jauh dari bandara. Karena dari bandara saya bisa pesan grab, maka logikanya dari sini juga bisa. Walau begitu saya tetap menyiapkan skenario terburuk. Kalau tdk ada grab juga, saya akan numpang mobil apa saja yg mau ngasih tumpangan sampai mencapai area yg ada grabnya. Atau syukur2 ada semacam angkot atau public bus yg melewati area sana.
Begitu sampau di lokasi, sopir grab tdk langsung pergi. Dia malah ikut ngambil foto2 monsoviad. Katanya dia baru sekarang tahu ada destinasi ini. Adapun saya sendiri langsung cek aplikasi grab, apakah ada grab dari sini. Begitu saya buka aplikasi grab, langsung muncul beberapa gambar mobil sekitar lokasi. Aaaah, saya lega sekali. Ternyata walau sangat sepi, tapi ini bukanlah remote area yg terisolir. Jadi sayapun dg senang hati membiarkan si sopir grab utk pergi.
Saya mengambil foto gerbang masuk. Di sini saya melihat ada stiker trip advisor yg ditempelkan di tiang gerbang. Stiker itu berbunyi “recomended” dan ada logo trip advisor.Trip advisor adalah salah satu web yg sering diakses para traveler dalam merencanakan travelingnya.
Harga tiket masuk 35 rm utk warga malaysia dan 45 rm utk pengunjung internasional. Harga ini sdh termasuk guide tour, aktivitas dan melihat mini show. Guide memberi penjelasan singkat tentang monsopiad, terutama mengingatkan bahwa tempat ini ada unsur magisnya, jadi tolong jaga sikap dan ucapan. Lalu step berikutnya adalah minishow, tarian dan musik yg memakai aneka gong dari kecil sampai besar seperti dalam peralatan gamelan. Ada 3 orang yang menari dg baju tradisional kazatan. Gerak tarinya sederhana sekali, hanya melambai2kan tangan seperti kepak sayap burung. Musik gongnya jg sangat sederhana, hanya ada suara tong, tong, tong saja. Terus terang sangat mengecewakan dan tdk ada apa2nya. Kalah jauh dengan tarian dayak walau busananya hampir sama.
Berikutnya saya diajak keliling oleh guide. Melihat rumah monsopiad dan 42 tengkorak asli yg dipajang di rumah tersebut. Lalu melihat lumbung padi serta alu dan lesung penumbuk padi. Ada juga proses pembuatan minuman keras dari fermentasi beras ketan. Senjata sumpit, permainan egrang dan sendal tempurung. Yang agak menarik adalah cara membuat api. Miang bambu dikumpulkan, lalu diletakkan di bawah bambu yg ada celah2nya. Setelah itu celah bambu digosok kuat2 dgn bambu juga. Lalu kumpulan miang bambu tadi akan membara dan setelah diitiup maka akan muncullah api. Tapi guide saya tdk bisa mempraktekkannya, hanya menceritakan saja.
Menurut saya apa yg ada di sini tidak ada apa2nya. Masih jauh lebih bagus kampung saya di bukittinggi. Semua yg ada di sini juga ada di kampung saya, malah lebih kaya dan bervariasi. Sayang saja bahwa kampung saya tdk bisa mengemas paket pariwisata seperti yg dilakukan orang sabah ini. Jika ada tentu paketnya jauh lebih menarik dan lebih bagus daripada di sini.
Tamat

 

Artikel Terkait