Akhirnya Saya ke Mandeh Juga
Catatan Perjalanan Bukan Backpacker ke Sumatera Barat.
6. Target hari Ahad ini adalah tiga lokasi yakni Keju Lasi, Harau dan Kelok Sembilan. Sejak kemarin saya sudah komunikasi dg Ucok Suhatril tentang rencana kunjungan kami. Karena kami di Biaro maka ada rencana ke Keju Lasi dulu jam 7 baru setelah itu ke Payakumbuh. Tapi kata Ucok dia baru ada jam 9an karena berangkat dari Kamang. Saya baru tahu sekarang bahwa ternyata dia tinggal di Kamang. Sungguh saya tdk menduga karena selama ini saya pikir dia tinggal di Keju Lasi juga. Karena itu kami sepakati ke Keju Lasi sore saja sepulang dari Payakumbuh.
Kamipun berangkat ke Payakumbuh. Jalannya lurus2 saja dari Biaro sampai Payakumbuh. Terus keluar kota dan melewati Harau. Harau kami lewati saja karena akan dikunjungi setelah balik dari Kelok Sembilan.
Kelok Sembilan sama dengan yang kami lihat di foto2. Lucunya justru gambar di foto2 jauh lebih indah di mata saya dibanding lokasi aslinya. Tapi foto yg saya ambil malah lebih jelek dari aslinya. Entah kenapa kok orang lain bisa membuat foto lebih indah daripada aslinya sementara saya malah lebih jelek dari aslinya.
Ini mengingatkan saya pada pengalaman di Ehrendingen, Swiss. Saat itu saya, istri dan Ni Son jalan2 mengitari perbukitan sekitar Ehrendingen. Pemandangannya Masya Allah luar biasa indahnya. Kami di perbukitan memandang ke hamparan lahan pertanian dan rumah2 petani di kejauhan. Lalu pada spot lain terlihat desa lain di balik bukit. Setelah mengitari bukit maka terlihat kota Ehrendingen di kejauhan yang tidak terlalu jauh. Semuanya benar2 pemandangan yang demikian indah dan tidak terlukiskan dengan kata2.
Tentu saja pada setiap spot saya selalu mengambil gambar dengan kamera HP. Tapi itulah, setiap melihat hasil jepretan maka selalu saja tidak sebagus aslinya. Saya ulangi lagi dan lagi namun hasilnya tetap jelek dan jelek. Saya sempat mengeluh ke Ni Son, kenapa hasil gambar saya tidak sebagus aslinya. Kata ni Son begitulah kamera, tidak bisa sebagus aslinya. Tapi saya menduga bahwa sayalah yang memang tidak bisa mengambil gambar. Buktinya orang lain bisa membuat foto2 panorama Swiss dengan begitu indahnya.
Di Kelok Sembilan ada banyak fotografer yg menawarkan jasa mengambil gambar dan langsung dicetak saat itu juga. Mereka sudah membawa printer dengan motornya. Mereka juga membawa aki sebagai sumber power printer.
Secara analisis usaha maka saya menilai usaha ini tidak layak. Saat semua orang sudah punya smart phone dengan kamera yg bagus maka siapa lagikah yg akan memakai jasa mereka.
Dugaan saya kelihatannya benar karena tdk banyak orang yg memakai jasa mereka. Kalaupun memakai mungkin lebih karena kasihan saja. Saya sendiri tdk tahu apakah motivasi istri saya karena kasihan juga atau bukan. Yang jelas dia tidak hanya mencetak satu gambar tapi sampai lima gambar.
Saya tidak akan mengulas lagi mengenai keberadaan warung2 tenda di sana ataupun soal kebersihan dan parkir misalnya. Rasanya sudah terlalu banyak yang mengulas dan mengasih masukan. Nanti ada yg marah kalau saya tambahkan lagi ulasannya. Yang jelas itu semua adalah bagian dari masalah klasik pariwisata di Sumatera Barat.
Bersambung.