Backpacker italy, swiss dan balkan
29. Apakah yg saya ingat tentang sarajevo? Sebagai penggemar berat geografi maka nama sarajevo sudah
sangat familiar bagi saya sejak masih sd. Saat itu saya suka sekali membuka2 peta dunia dan hafal nama2 ibu kota sebagian besar negara. Walau sarajevo bukanlah ibukota negara krn ibukota yugoslavia adalah beograd namun sarajevo ada di memori saya.
Ingatan yg paling kuat tentang sarajevo tentu saja kejadian genocide terhadap muslim bosnia yg dilakukan oleh tentara dan milisi serbia tahun 1993 sampai 1995. Saya mengikuti seluruh kejadian pecahnya yugoslavia yg berujung pada tindakan genocide atau etnis cleansing muslim bosnia itu dari berbagai media main stream yg ada. Saya ingat sekali berbagai kejadian pembantaian muslim bosnia di mostar, banjaluka dan puncaknya di srebrenica.
Pasukan perdamaian pbb yg diturunkan di bosnia tidak berdaya menghentikan genocide sama sekali. Saya ingat sekali, setelah terjadi pembantaian di berbagai tempat maka pbb menetapkan srebrenica sebagai daerah aman. Pbb menjamin keamanan penduduk srebrenica dari keganasan milisi dan tentara serbia. Tapi apa yg terjadi. Mereka tetap merengsek ke srebrenica dan tentara belanda sebagai pasukan penjaga perdamaian pbb yg ditugaskan menjaga srebrenica malah melarikan diri. Akibatnya pembantaian yg amat sadis terjadi tanpa ada halangan apapun. Media mencatat ada 8.000 orang korban pembantaian di srebrenica.
Saat sholat maghrib di masjid gazi husrev beg sarajevo saya bertemu dg muslim bosnia yg juga sholat di sana. Dia ikut berjamaah masbuq di belakang saya saat saya sedang di rokaat kedua sholat maghrib. Sehabis sholat kami sempat berbincang2 sebentar. Dia mengelola bisnis di bidang it di sini setelah sebelumnya sempat kuliah master dan bekerja di amerika selama 9 th. Dia masih berusia 8 tahun saat sarajevo dikepung oleh tentara serbia namun dia ingat sekali bgmn ayahnya menyelamatkan keluarga dan bertahan hidup di sarajevo.
Kekejian dan kekejaman genocide yg dilakukan milisi dan tentara serbia terhadap muslim bosnia ini diabadikan di museum of crimes against humanity and genocide sarajevo. Penjaganya seorang pria tigapuluhan adalah juga saksi hidup tragedi kemanusiaan ini. Dia masih 4 tahun waktu itu dan tidak terlalu mengerti apa yg terjadi.
Menyusuri setiap ruangan dalam museum ini maka ingatan saya kembali pada kejadian genocide tsb yg saya baca dari berbagai media saat itu. Ternyata masih ada fakta lain yg tdk saya temukan di media saat itu dan baru saya ketahui di museum ini yakni kamp konsentrasi. Ternyata tentara serbia juga membangun berbagai kamp konsentrasi seperti kamp konsentrasi nazi dulu. Di sini terjadi berbagai penyiksaan dan eksekusi tahanan dg ditembak dan digantung, lalu mayatnya dibuang begitu saja di sungai di belakang kamp.
Berbagai memoribilia milik korban seperti baju, celana, mainan anak, sisir dan lain2 dipajang di sini. Ada juga foto2 korban penyiksaan dan bahkan foto sesosok jenazah yg kepalanya terpenggal. Lalu foto orang2 yg kurus kering krn kelaparan selama masa pengepungan sarajevo di mana makanan dan obat2an diblokade oleh tentara serbia. Waktu itu yg sedikit jadi penyelamat warga adalah adanya tunnel sarajevo yakni tunnel rahasia yg dibuat secara sangat rahasia oleh tentara bosnia. Tunnel ini digunakan utk menyelundupkan berbagai kebutuhan warga.
Walaupun museum ini cukup menggambarkan apa yg terjadi saat genocide tersebut namun kejadian sebenarnya jauh lebih mengerikan lagi. Waktu itu saya membaca di media ttg kekejaman tentara serbia yg memperkosa perempuan2 bosnia. Bahkan yg lebih sadis lagi mereka membelah perut perempuan hamil hidup2 dan mengeluarkan janin dari perut mereka.
Pengelola museum mendedikasikan sebuah ruangan khusus utk para pengunjung menuliskan kesan2 mereka terhadap kejadian genocide tersebut. Pengunjung menulis di selembar kertas dan menempelkannya di dinding ruangan. Saking banyaknya yg menuliskan pesan2 mereka maka seluruh dinding tertutup oleh kertas pesan yg berlapis saking tdk muatnya dinding menampung. Hampir semuanya mengutuk kekejian itu dan berharap dunia ke depan adalah dunia yg aman. Ada juga yg menulis bahwa kejadian yg sama masih berlangsung saat ini di palestina dan menghimbau perhatian kita terhadap palestina. Saya ikut menulis dan menempelkannya juga di dinding. Adapun yg saya tulis adalah “my heart is always with bosnian muslim. Emir – Indonesia”.
Museum ini bukanlah berupa sebuah gedung yg berdiri sendiri, tapi bagian dari sebuah gedung pertokoan yg semacam ruko di tempat kita. Alangkah baiknya jika museum ini dibuat di sebuah gedung tersendiri sehingga lebih leluasa dan lebih banyak lagi menampilkan fakta2 kejahatan kemanusiaan yg terjadi di bosnia.
Dalam hal ini saya teringat pada musium bom atom di hiroshima. Musium tersebut menempati sebuah bangunan tersendiri yg sangat luas. Interior dan pengaturan barang2 yg dipajang serta display dan visualisasi informasi yg disampaikan benar2 membawa kita hanyut pada kejadian bom atom tersebut. Seolah2 kita ada di sana pada saat kejadian. Alangkah baiknya jika musium genocide sarajevo ini bisa meniru musium bom atom hiroshima tersebut.