Backpacker italy, swiss dan balkan
31. Perjalanan ke prizren kosovo dari tirana albania adalah perjalanan lintas negara sehingga akan ada pemeriksaan paspor di perbatasan albania dg kosovo. Ini sama dg perjalanan saat ke slovenia dari kroasia, sebuah perjalanan lintas negara di mana kami berangkat pagi dan kembali sore. Sebagaimana kami tidak menginap di slovenia melainkan kroasia maka kami juga tidak menginap di kosovo melainkan di albania.
Kalau boleh berterus terang sebenarnya perjalanan ke balkan ini agak menakutkan juga bagi saya. Munculnya ketakutan bukan saat di indonesia tapi justru setelah saya sampai di swiss. Saya bertemu dg orang kosovo sendiri di swiss yg mengingatkan saya utk hati2 di sana. Sampai sempat terlintas di pikiran utk berhenti di sarajevo saja dan tidak melanjutkan lagi. Saya agak ciut juga dan tdk exciting lagi membayangkan perjalanan ke montenegro, albania, kosovo dan macedonia. Itu semua adalah negara2 yg tdk begitu familiar sebagai kunjungan wisata bagi orang indonesia.
Orang indonesia paling banter mengunjungi balkan hanya sampai bosnia herzegovina saja karena ada kota sarajevo yg eksotik di sana. Dan memang benar, selama di balkan saya tidak pernah bertemu orang indonesia. Beda dg belanda di mana saya agak sering juga bertemu orang indonesia.
Teman FB saya yg pernah ke balkan juga hanya sampai sarajevo saja. Ada om mazni yg jendral tni yg pernah ke semua kawasan itu termasuk ke montenegro, kosovo dan macedonia. Tapi dia ke sana dalam kapasitas sebagai anggota pasukan penjaga perdamaian PBB saat terjadi genocide muslim bosnia dan perang saudara yugoslavia. Jadi beda dong antara tentara dg orang sipil yg turis seperti saya.
Lalu teman FB ada juga yg takut ke balkan krn takut dg penculikan turis utk diambil organ tubuhnya. Jadi bagaimana saya tidak akan deg2an dg traveling balkan ini jika dapat info2 seperti di atas. Tapi ini semua saya pendam sendiri di hati. Saya tidak sampaikan ke istri, kuatir dia jadi ketakutan juga.
Tapi alhamdulillah, traveling balkan sejauh ini masih baik2 semua. Kami sudah mengunjungi slovenia, kroasia, serbia, bosnia herzegovina, montenegro dan albania. Tinggal sekarang kosovo dan macedonia saja. Karena waktu yg tdk cukup maka kami harus pilih salah satu saja, kosovo atau macedonia. Dalam posting sebelum ini saya sudah menyampaikan keputusan kami utk ke kosovo saja beserta alasannya.
Jadi pagi ini kami akan ke kosovo dengaan bus jam 6 pagi. Jam 05.30 kami sdh sampai di terminal bus tirana. Saat memasuki terminal menuju platform bus seseorang menanyakan ke mana. Saya jawab prizren. Follow me katanya. Dg ragu saya menoleh ke istri tapi kami mengikuti dia juga. Saya jadi semakin ragu karena dia justru melangkah keluar terminal. Saya menjejeri dia dan bilang kami mau ke prizren dg bus. Dia jawab follow me dan semakin jauh melangkah ke arah keluar terminal. Saya semakin ragu setelah keluar dari terminal dia berbelok ke kiri. Dalam hati saya sdh memutuskan akan segera meninggalkan dia begitu ada tanda2 kami dibawa ke mobil pribadi. Jadi saya tetap mengikutinya berbelok ke kiri di luar terminal.
Setelah berjalan bbrp saat lagi saya melihat ada bus di depan. Saat sampai di bus saya lihat di kacanya tertempel tujuan prishtina kosovo. Kota prizren terletak dekat perbatasan dan akan dilewati bus yg menuju prishtina. Saya lega. Syukurlah dia benar petugas dari bus, bukan calo seperti yg saya kuatirkan. Kelihatannya lokasi bus ini bagian dari terminal jg walau sebelumnya harus keluar dulu dari area terminal yg saya masuki.
Perjalanan lancar walau kabut sangat pekat. Jarak pandang sangat terbatas. Tapi sopir kayaknya sdh pengalaman sehingga kecepatan bus tdk menurun secara signifikan walau kabut tebal.
Setelah pemeriksaan paspor di perbatasan sopir menanyakan siapa yg turun di prizren. Awalnya saya tdk begitu memperhatikan krn dia bicara dalam bahasa albania. Tp karena dia mengulang2 prizren dg suara keras saya lalu menyahut prizren. Ternyata tujuan prizren hanya kami berdua, tdk ada penumpang lain yg ke prizren. Kami dipindahkan ke sebuah sedan yg sdh menunggu. Sopirnya bisa bahasa inggris sehingga saya bisa komunikasi dg dia.
Bus ini tidak masuk ke prizren utk menghindari jalan memutar dan macet Semua penumpang tujuan prizren turun di sini lalu diantar dg mobil lain ke prizren. Sebaliknya orang yg mau ke tirana juga akan diantar oleh mobil lain ke lokasi ini utk menunggu bus yg datang dari pristina menuju tirana.
Saya tidak tahu juga mau ke mana saja di prizren ini. Pemilik apartemen yg merekomendasikan saya ke sini memang mengirim beberapa foto prizren yg sangat bagus berupa pemandangan kota dari atas bukit. Tapi saya pesimis bisa menemukannya krn tdk tahu di mana lokasinya. Saya juga tdk punya map prizren. Halangan makin lengkap lagi karena saya tdk ada akses internet.
Paket internet xl yg saya aktifkan utk eropa bisa digunakan di hampir semua negara eropa kecuali bosnia dan kosovo. Pihak xl tidak punya partner di kedua negara ini sehingga saya terpaksa membeli paket lokal di bosnia. Tapi saya malas membeli paket lokal kosovo krn saya hanya beberapa jam di negara ini. Beda dg bosnia yg cukup worth it utk dibeli karena saya stay 3 hari di sana. Harganya juga murah, hanya 4 euro utk paket 5GB selama 5 hari.
Jadilah kami melangkah asal saja di prizren ini namun dg mengarah ke pusat kota. Saya benar2 blank jika menjelajah sebuah kota tanpa google map dan tanpa peta. Tapi untunglah setelah jalan beberapa puluh meter kami bertemu papan informasi wisata berupa map prizren dg titik2 destinasinya. Semuanya ada di sekitar pusat kota dan bisa dijangkau dg jalan kaki. Hampir semuanya berupa bangunan peninggalan sejarah seperti masjid, gereja, bangunan bersejarah lain, jembatan batu dan lain2.
Di sebuah jalan kami ketemu rumah makan ikan bakar. Kayaknya enak sekali makan ikan bakar di tengah2 suhu musim dingin ini sehingga kami mampir dan memesan makanan. Selesai makan saya iseng tanya pada pelayan apakah dia tahu lokasi foto kota prizren yg diambil dari ketinggian itu. Berutung sekali dia tahu dan lebih untung lagi lokasinya dekat dg rumah makan itu. Dia mengajak saya keluar dan menunjuk sebuah castle di puncak bukit. Katanya gambar tsb diambil dari castle tersebut. Hanya sekitar 15 menit jalan kaki utk menuju ke sana.
Sebenarnya saya sdh melihat castle tsb saat sebelum masuk rumah makan ini namun saya tdk yakin bisa mencapainya krn terlihat terlalu jauh di puncak bukit. Tapi kalau hanya 15 menit tentu saja waktu yg sangat singkat dan harus dicoba.
Kami berjalan ke atas menyusuri bukit tanpa pedoman peta. Pokoknya pilih jalan yg menanjak yg mengarah ke castle. Di tengah jalan kami bertemu seorang turis perancis yg jg menuju ke sana. Jadilah kami jalan bareng sambil ngobrol.
Sesampai di castle puncak bukit saya menyaksikan pemandangan yg luar biasa indahnya. Kota prizren terhampar di hadapan kita dg atap2 bangunan yg dominan warna merah. Saya juga menemukan spot tempat mengambil gambar yg dikirim pemilik apartemen tirana di mana terlihat jembatan batu dan masjid sinan pasa yg dibangun tahun 1615 di masa kekahlifahan turki usmani.
Saya benar2 exciting dg suasana di sini sehingga memundurkan jadual kembali ke tirana dari jam 13.30 menjadi jam 15.30 saja. Saya ingin benar2 menikmati pemandangan di sini yg luar biasa indahnya. Bayangkan saja, kita ada di castle yg seperti benteng di puncak bukit. Di bawah terhampar kota prizren. Di bagian sebaliknya terhampar lembah, bukit, hutan dan jalan raya di luar kota prizren. Kembali seperti saat di swiss, foto2 yg saya ambil tdk bisa menyamai keindahan yg sebenarnya. Benar2 akan sebuah penyesalan luar biasa jika sdh ke prizren namun tdk mampir ke castle ini.
Suasana yg tenang dan nyaman berubah menjadi sahdu saat kemudian waktu zuhur masuk. Saya surprise mendengar suara adzan dari menara2 masjid di bawah terdengar sampai ke puncak bukit ini. Dan bukan hanya satu suara adzan, tapi bersahut2an dari banyak menara masjid. Jadi benar juga info yg menyatakan bahwa 90% lebih penduduk kosovo adalah muslim.
Hanya ada kami berdua di atas ini. Si perancis entah di mana atau sudah turun, saya tdk tahu lagi. Setelah benar2 puas menikmati pemandangan di sini maka barulah kami turun. Kami turun dg mengambil jalur yg berbeda dg saat naik. Kami terus menyusuri jalan sampai ke bawah saat tiba2 kami justru sampai di masjid sinan pasa yg saya foto tadi. Kami lalu masuk dan sholat jamar qoshor zuhur dan ashar di sini.
Sekarang waktunya kembali ke terminal prizren. Utk menghemat waktu maka kami naik taksi saja. Itu taksi resmi yg ada bacaan taksi di atapnya. Setelah kami masuk dan taksi jalan, ternyata tdk ada argonya. Saya pasrah saja dan hanya berharap tdk digetok harga tidak wajar. Saat membayar setelah sampai tujuan justru saya yg kaget karena sedemikian murahnya. Supir taksi hanya minta 3 euro saja.
Menurut petunjuk petugas bus tadi kami harus sampai di tempat jam 15.30 utk dijemput oleh kendaraan lain dan dibawa ke perbatasan menunggu bus dari prishtina lewat. Tapi sampai jam 15.30 kendaraan penjemput belum jg sampai. Kata orang di sekitar itu adanya jam 16. Saya kuatir juga krn jam 16 adalah waktu utk sampai di perbatasan menunggu bus dari prishtina.
Saya sdh gelisah krn skrg sdh jam 16. Di dekat kami ada seorang perempuan yg menunggu juga. Kelihatannya dia akan ke tirana juga seperti kami. Seorang laki2 bicara dg perempuan itu dan setelah itu keduanya mendekati kami. Walau mereka bicara pakai bahasa lokal dg saya dan sedikit sekali bahasa inggris namun saya dapat mengerti bahwa mereka mengajak saya join ke tirana pakai mobil si laki2. Ongkosnya sama dengan ongkos bus yakni 10 euro.
Setelah yakin ongkosnya 10 euro maka saya menyetujui daripada menunggu mobil penjemput yg tdk jelas. Soalnya kami harus balik hari ini juga ke tirana karena besok pagi sekali sdh harus terbang ke bologna italy. Tdk terbayang kalau kami tertahan di prizren ini gara2 ketinggalan bus dari prishtina. Padalah jam 16 itu adalah jadual terakhir bus dari prishtina.
Kami lalu mengikuti si laki2 dan si perempuan. Ternyata mobilnya adalah mobil sedan mercy. Secara ekonomi adalah tidak layak membawa penumpang tiga orang dg mobil mercy dan menempuh ratusan km hanya utk mendapatkan 30 euro. Kecuali kalau dia sekalian balik ke tirana daripada mobil kosong.
Setelah sampai di luar kota si sopir langsung tancap gas. Di speedo meter saya lihat sampai kecepatan 160 km/jam dan kadang menyentuh 170 km/jam. Tentu saja saya jadi ngeri juga. Segera saya cari seat belt, tapi sialnya tdk ada pengaitnya. Saya pasrah krn tdk ada pilihan lain lagi. Utk menghibur diri saya lalu berasumsi dalam hati bahwa mungkin bagi mobil mercy kecepatan segitu adalah normal2 saja.
Seumur2 saya baru kali ini naik mobil dengan kecepatan 160 km/jam. Saya sendiri paling tinggi membawa mobil di 120 km/jam dan segera menurunkan kecepatan lagi. Pernah mencapai 140 km/jam, tapi hanya utk sekedar mencoba saja dan segera menurunkan kembali.
Suasana terasa mencekam saat pikiran saya mulai ke mana2. Apalagi di luar gelap dan hujan turun. Saya berpikir bahwa yg saya lakukan ini sangat berisiko tinggi. Bgmn kok saya percaya begitu saja naik mobil dg orang yg tdk saya kenal. Bgmn kalau mereka adalah komplotan yg akan merampok kami.
Tapi kondisi tadi memang sangat dilematis. Jika saja saya tdk dikejar waktu harus terbang besok pagi ke bologna niscaya saya tdk akan mau naik angkutan gelap ini. Saya akan menunggu bus saja. Jika memang ketinggalan bus maka saya akan menginap di sini saja.
Mobil terus melaju dan semakin mendekati kota tirana. Semakin dekat ke kota saya makin tenteram. Sampai akhirnya mobil benar2 sampai di tirana dan kami turun. Hilanglah semua keraguan dan saya sangat lega. Namun demikian dalam hati saya berjanji tdk akan mengulangi lagi kejadian ini. Saya juga mewanti2 pada siapa saja yg akan traveling utk tdk mudah percaya pada orang yg menawarkan angkutan gelap. Lebih baik
senantiasa menggunakan transportasi publik saja.