9. Kenangan lain New York

 

Kenangan lain tentang New York adalah adanya makanan halal yang dijajakan pakai gerobak van di pinggir jalan. Kebanyakan penjualnya adalah orang Mesir. Mereka menjual menu Chicken over Rice, Lamb over Rice dan aneka hotdog dan sandwitch.

Untuk ukuran perut orang Indonesia maka satu paket lamb over rice seharga USD 9-12 kadang bisa untuk dimakan oleh dua orang. Tapi kalau saya sedang lapar maka habis juga dimakan sendiri.

Satu kali saya pernah beli lamb over rice untuk saya dan hotdog untuk istri di jalan West 34th street di mana Empire State Building berada. Harga USD 20. Ya ampun, sekali makan pinggir jalan saja harus keluar 300rban. Padahal di Indonesia uang 300rban sudah bisa makan di restoran besar.

Saya tidak kebayang bagaimana cara hidup di New York ini. Jika sekali makan saja habis 300rban maka sehari keluar 1jtan. Itupun hanya makanan pinggir jalan dan belum beli minuman. Saya tidak beli minuman karena bawa botol minum sendiri di dalam tas.

Tadinya kami berniat masak sendiri selama di New York karena rice cooker tersedia di Apartemen. Tapi beli berasnya harus sekantong besar yang tidak mungkin kami habiskan. Kebetulan toko grocery tersebut menjual nasi juga. Jadi kami beli nasi putih saja seharga USD 12. Nanti makan di apartemen pakai lauk ikan teri dan abon yang kami bawa.

Di sini uang USD 1 seperti uang 1.000an saja, tidak ada harganya. Untuk ngasih tip saja USD 2 – 5. Itukan artinyan ngasih tip 30rban – 75rban. Adapun uang USD 5 seperti 5.000an saja. Hanya cukup beli jus pinggir jalan atau sepotong roti croissant. Tidak terbayang di Indonesia kita mengeluarkan 75rban hanya untuk segelas jus atau sepotong roti saja. Paling kita enteng saja keluar 5rban beli gorengan pinggir jalan. Nah di sini enteng saja keluar USD 5 seperti keluar uang 5rban saja.

Oh ya, di 86 – 10 Whitney Ave, Queens, New York ada rumah makan Asian Taste 86 yang menjual kuliner Indonesia. Pemiliknya Chinese Indonesia. Di sini menyediakan sop buntut, soto ayam, soto daging, rawon, bakso malang, gado-gado dan aneka kuliner Indonesia lainnya. Hargnya sekitar USD 14 – 18 atau rata2 sekitar 250rban per porsi. Cukup murah jika dibandingkan dengan lamb over rice dan hotdog yang saya beli di Manhattan. Tapi tentu saja sangat mahal utk ukuran Indonesia karena hanya dapat satu mangkok saja.

Pengalaman lain yang menarik adalah laundry. Banyak sekali tempat2 laundry di mana2. Sistemnya adalah self service. Kita mengerjakan sendiri mencucinya dan kemudian mengeringkannya. Mesin pengeringnya benar2 membuat pakai kering dan seperti habis disetrika karena ada pemanasnya.

Saya datang ke sebuah laundry dan melihat tarifnya USD 4,5. Saya agak heran kenapa mahal sekali padahal sebelumnya hanya USD 2. Saya sudah memasukkan pakaian ke dalam mesin saat kemudian melihat ada macam2 mesin. Ternyata mesin cuci yang saya pilih adalah ukuran besar. Padahal ada mesin cuci lain yg lebih kecil dg biaya USD 2. Jadilah pakaian yang sudah dimasukkan saya keluarkan lagi dan dipindah ke mesin yang lebih kecil. Saya memasukkan koin quarter dollar sebanyak 8 keping dan mesin cuci langsung bekerja.

Setelah menunggu sekitar 45 menit maka cucian selesai. Pakaian dikeluarkan dan sekarang dipindah ke mesin pengering. Ada pilihan mau dikeringkan pada suhu berapa. Saya ambil suhu medium saja.

Biaya mesin pengering adalah satu quarter dollar untuk 8 menit. Kita bisa coba dulu dengan 4 koin selama 32 menit. Nanti setelah dikeluarkan maka ada sebagian pakaian yg sudah kering sempurna dan sebagian lain belum. Kita bisa pisahkan yang belum kering sempurna saja dan ulangi lagi masuk ke mesin pengering. Kali ini saya memasukkan 2 koin saja atau 16 menit karena ini adalah pengeringan yang kedua.

Proses laundry selesai sempurna sekitar 1,5 jam. Sekarang semua pakaian sudah bersih. Tidak ada lagi pakaian kotor yang tersisa. Dengan demikian kamipun siap berangkat ke Chicago hanya membawa pakaian bersih.

Selain laundry maka yang saya ingat tentang New York adalah masjid2nya. Rasanya tidak sulit mencari masjid di New York. Bahkan di area Manhattan daerah paling elit di New York juga ada masjid.

Hampir semua masjid adalah ruko yang diubah jadi masjid. Pengalaman dengan semua masjid juga hampir sama kecuali dengan satu masjid di daerah Queens yang sangat berbeda sekali. Namanya masjid Sunnyside Woodside Jame Masjid yang beralamat di 45-18 48th Ave, Woodside, New York.

Di sini perempuan tidak boleh masuk padahal saya berdua dengan istri. Saya bilang istri saya harus sholat juga tapi dia bilang tidak bisa. Katanya dia imam di sini dan jangan sampai ada jamaah yang melihat ada perempuan yang masuk. Gesturenya menunjukkan bahwa dia sangat kuatir, seolah2 sebuah dosa sangat besar ada perempuan masuk masjid.

Saya tidak mengerti dan tidak bisa memahami kenapa sampai sebegitu benar aturan melarang perempuan masuk. Saya tetap ngotot istri saya bisa masuk karena dia harus sholat juga. Akhirnya dia mengizinkan tapi disuruh naik cepat2 ke lantai dua bukan ke ruang utama masjid. Berkali2 dia bilang cepat, cepat seolah ini adalah aib besar jika ketahuan orang.

Sampai di lantai dua saya lihat ini adalah semacam tempat untuk belajar karena ada rak buku di sana. Tapi karpetnya seperti karpet sholat karena ada garis2 shafnya.  Lalu kamipun sholat di sana.

Sampai sekarang saya tidak mengerti ini masjid aliran apa sampai sedemikian ketatnya melarang perempuan masuk. Padahal Masjidil Haram dan Masjid Nabawi saja sangat terbuka untuk perempuan. Dan tambahan lagi saya tidak pernah menemukan masjid di tempat lain yang melarang perempuan masuk sebagaimana di tempat ini.

Terakhir tentang New York. New York ini memberikan impresi yang amat baik bagi saya tentang toiletnya.  Semua toilet gratis di mana2. Sama dengan Tokyo yang semua toiletnya gratis di mana2.

Beda sekali dengan kota2 di Eropa. Hampir semua toiletnya berbayar kecuali di mal. Di stasiun saja juga berbayar. Rata2 1 euro atau 16rb sekali masuk toilet. Di Milan bahkan lebih parah lagi. Sulit sekali mencari toilet di sana. Kalau di Venesia harga toilet lebih mahal, tarifnya 1,5 euro atau 32rb.

 

Laundry Mesin Coin

Artikel Terkait