13. Perasaan Insecure

Satu hal perasaaan yang sulit saya pungkiri selama di Los Angeles khususnya dan Amerika umumnya adalah perasaan insecure. Di Los Angeles terutama di stasiun, dalam subway maupun jalan raya kami hampir selalu bertemu orang2 yang aneh. Ada orang stress, ada orangĀ  homeless, ada orang mabok, ada preman bertato yg petantang petenteng, ada orang gila, ada orang dg pakaian sangat kumal dan lain2 yang tidak seperti orang kebanyakan.

Perasaan insecure ini kami alami juga di kota2 lain yang sudah dikunjungi yakni New York, Chicago dan Las VegasĀ  namun tidak terasa saat di Washington, Philadelphia dan Boston. Tapi saya menduga sebenarnya bukan karena di sana secure tapi karena kami ikut rombongan. Mungkin ceritanya akan beda jika saya sempat mengeksplor Washington, Philadelphia dan Boston dengan jalan kaki dan transportasi publik.

Jika kita ikut rombongan biro travel maka yang kita tahu hanya hotel, dalam bus dan tempat tujuan wisata. Kita tidak naik transportasi publik sehingga kita tidak berbaur dengan masyarakatnya. Tentu saja semua yang terlihat hanya yang baik2 saja. Hotel, bus pariwisata dan lokasi wisata tentu saja tempat2 yang steril dari orang2 aneh yang saya sebut di atas.

Beda sekali jika kita ke mana2 jalan kaki dan naik kendaraan umum. Kita berbaur dengan masyarakat. Kita berinteraksi langsung dengan macam2 orang. Kita berpapasan dan berdekatan dengan mereka saat menunggu di halte bus, saat menunggu di platform subway dan saat duduk atau berdiri di dalam bus atau subway.

Jika saya boleh membuat peringkat maka Los Angeles adalah kota yang saya sangat merasa insecure. Setelah itu berturut2 New York, Chicago dan Las Vegas.

Kalau boleh saya akan bercerita agak detil tentang rasa insecure saya di Los Angeles. Begitu turun dari Flixbus di North Vignes Street sekitar jam 21an maka ada orang yang menawarkan taksi. Suatu hal yg tidak pernah saya jumpai di tempat lain. Saya mengabaikan saja dan langsung memesan Uber untuk menuju penginapan Antonio Hotel di 229 North Soto Street.

Insecure pertama di Los Angeles saya alami saat balik dari Hollywood naik Metro. Sebelumnya kami ke Hollywood pakai Uber karena tarifnya masih oke yakni USD 17. Tapi saat mau pulang dari Universal Studio ternyata ongkos Uber sudah menjadi USD 45 atau sekitar 700rban yang rasanya terlalu mahal bagi kami. Oleh karena itu kami memutuskan naik Metro saja atau kereta bawah tanah.

Saya merasa insecure karena stasiun sepi sekali. Setelah beli tiket di vending machine dan naik ke Metro, ternyata ada orang dengan pakaian amat kumal dan kotor dengan rambut awut2an sudah ada di dalam. Ada juga laki2 bertato dan bertubuh besar bersandar di tiang melihat ke sekeliling. Saya pura2 tidak memperhatikan dan duduk tenang di kursi. Ini adalah perasaan insecure saya yang pertama.

Sesampai di Civic Central/Grand Park maka kami harus pindah moda naik bus no 70. Kami keluar dari stasiun untuk menuju halte bus. Saat itu masih sore, baru sekitar jam 20an namun jalanan bukan main sepinya. Saya benar2 tidak menduga kota Los Angeles sangat sepi pada jam 20an.

Di dekat halte bus ada orang yang ngomong sendiri. Kalau tidak orang mabuk maka mungkin orang stress. Ada juga seorang tua duduk diam di bangku. Tidak ada orang lain lagi selain kami berdua saya dan istri. Perasaaan insecure mulai muncul. Suasana sangat sepi. Mobil juga tidak banyak yang melintas. Ini berlangsung beberapa waktu sampai kemudian datang satu dua orang penumpang biasa.

Dalam kondisi begini menunggu bus terasa sangat lama. Kami sempat mempertimbangkan pesan Uber saja lagi saat kemudian bus no 70 akhirnya datang juga.

Rasa insecure Los Angeles masih berlanjut hari ini saat kami akan ke Santa Monica Beach. Saya cek ongkos Uber USD 45 yang lagi2 terlalu mahal bagi saya. Jadi kami hanya pesan Uber sampai Metro Central 7th Street saja senilai USD 11. Nanti dari sana kami naik Metro saja sampai ke Santa Monica.

Perjalanan dengan Metro jauh lebih murah daripada Uber. Saya cukup beli tiket One Day Pass seharga USD 3.5 saja. Kartu Metro sudah kami beli kemarin saat di Hollywood. Jadi kami cukup isi ulang saja senilai One Day Pass. Pas ini berlaku selama sehari ke mana saja tanpa perlu beli tiket lagi. Jauh lebih murah daripada bayar Uber USD 45 sekali jalan atau USD 90 pulang pergi Santa Monica.

Kembali ke pembahasan insecure maka di dalam Metro kembali ada orang2 yg berpakaian kumal dan perilaku lain yang tidak seperti penumpang biasa. Ternyata tidak berhenti sampai di sini. Setelah kami sampai di stasiun Downtown Santa Monica maka sepanjang perjalanan kami kembali bertemu dengan orang sejenis. Saat duduk di taman ada orang kumal ini mendekat. Kami menghindar dan meninggalkan taman.

Setelah itu tetap saja kami bertemu dengan orang2 yang memaki2 sendiri. Ada juga yang teriak2 sendiri. Belum lagi orang homeless. Namun walaupun ada perasaan tidak nyaman tapi saya tidak begitu merasa insecure karena di sini banyak orang. Banyak sekali wisatawan di lokasi Santa Monica ini. Tapi itulah, ternyata orang2 aneh ini juga tidak kalah banyaknya.

Paling parah adalah di stasiun kereta pada malam hari. Saya naik Greyhound, bus legendaris Amerika untuk pergi ke San Fransisco. Kami berangkat malam jam 23.30 karena pada jadual itulah tiketnya paling murah yakni USD 101. Lainnya di atas USD 120.

Berangkat malam ini ada blessing in disguisenya juga. Lama perjalanan hampir 10 jam maka harusnya menginap di hotel jadi diganti dengan tidur di bus. Artinya ada penghematan biaya hotel antara USD 75 – 110 sebagai standar budget menginap kami.

Bus Greyhound bertolak dari Union Station makanya kami ada di stasiun malam ini. Baru saja masuk stasiun maka sudah ada yang teriak2 di dalam. Ada juga yang minta uang namun saya abaikan. Tapi karena security juga banyak dan ada di mana2 maka saya agak tenang juga.

Semakin jauh melangkah ke dalam maka semakin banyak bertemu orang2 yang homeless. Mereka memang tidur di stasiun. Penampilannya kumal, kotor dan jorok sekali. Mereka mencari bangku2 yang seharusnya untuk tempat penumpang menunggu sebagai tempat tidur mereka.

Jumlahnya banyak. Perkiraan saya antara 20 sampai 30 orang. Itu yang terlihat di area saya menununggu. Saya tidak tahu di area lainnya karena stasiun ini luas sekali.

Salah seorang dari mereka mendekati tempat saya dan langsung berbaring di bangku. Saya jelas tidak nyaman. Mana bau orangnya juga bukan main. Saya menduga dia tidak pernah mandi selama berbulan2.

Saya kagok dan coba agak menggeser lebih merapat ke arah istri yang duduk di sebelah kanan saya. Mau langsung pergi tidak enak juga apalagi bawaan kami banyak. Jadilah kami duduk agak menggeser saja agar ada jarak.

Tentu saja semua ini membangkitkan perasaan insecure. Hanya saja saya masih agak tenang karena banyak sekali security yang berjaga di dalam stasiun ini. Beda sekali dengan saat dari Hollywood kemarin. Saat itu malam dan tidak ada security sama sekali baik di stasiun subway apalagi di jalan raya dan halte bus.

Sebenarnya perasaan insecure ini juga saya alami di New York, Chicago dan Las Vegas. Tapi frekuensinya tidak begitu banyak seperti di Los Angeles ini. Tapi di sini di Los Angeles ini kami selalu bertemu mereka.

Saya terpaksa membandingkan kota2 Amerika dengan kota2 besar dunia lainnya. Tidak pernah saya merasa sangat insecure di kota2 besar yang lain. Paling di Paris, Roma dan Milan saya agak kuatir. Tapi kuatirnya beda yakni takut kena copet.

Adapun kota yang saya merasa sangat aman dan tidak ada kekuatiran sama sekali adalah Helsinki dan Tokyo. Saya betul2 merasa aman ke mana2 meskipun jalan kaki di tengah malam. Berkali2 saya jalan malam di sana namun saya merasa sangat aman. Tidak ada rasa insecure sedikitpun. Entah kenapa Helsinki dan Tokyo memberikan aura rasa aman dan secure bagi saya.

 

 

Di dalam Metro

Artikel Terkait