Saya adalah generasi tua yang tidak biasa dengan yang serba on line maupun serba vending machine. Selama bisa bertransaksi langsung maka saya memilih transaksi langsung. Sebisa mungkin saya selalu menghindarkan yang serba on line.
Tapi celakanya hampir semua hal di sini di Amerika dilakukan secara on line. Tidak ada pilihan tatap muka langsung sama sekali. Dalam kondisi ini maka dengan sangat terpaksa saya on line juga.
Saya tidak suka on line karena tidak bisa tanya2. Paling hanya ada FAQ saja ataupun chatting yg dijawab oleh mesin. Padahal saya tipe orang detil yang maunya semua serba jelas dan clear.
Pengalaman on line paling memusingkan adalah saat beli tiket Frontier Airlines dari Chicago ke Las Vegas. Saya sudah pernah beli tiket pesawat on line dari Tirana, Albania ke Bologna, Italy dengan transit di Roma namun tidak memusingkan. Begitu juga saat beli tiket JAL untuk kepulangan nanti dari San Francisco ke Jakarta. Bahkan saya sudah belasan kali juga beli tiket Air Asia hanya via on line. Semua tidak memusingkan karena saya tidak perlu baca semua aturannya secara detil.
Begitu juga beli tiket kereta dan bus antar kota, semua on line. Beli tiket kereta Amtrak dari New York ke Chicago, tiket Flixbus dari Las Vegas ke Los Angeles dan tiket bus Greyhound dari Los Angeles ke San Francisco.
Tapi untuk Frontier ini beda sekali. Saya harus njelimet mencermati semua term and condition satu persatu. Bahkan sampai belajar apa itu ukuran koper linear inch. Itu semua karena banyak sekali jebakan batman di sana. Untuk pembelian bagasi saja ada banyak tingkatan harga mulai dari on line saat pesan, on line setelah pesan sampai on the spot di airport dengan rentang harga sampai dua kali lipat.
Belum lagi aturan over weight yang untuk sekian lbs nambah USD 50 dan sekian lagi nambah USD 100. Tambah pusing lagi karena semua ukuran dinyatakan dalam inch dan lbs. Jadi saya harus convert dulu menjadi cm dan kg.
Saya sebenarnya bisa saja langsung purchase tanpa perlu baca secara njilimet. Tapi konsekuensinya ada dua yakni membayar dengan kelebihan bayar atau membayar dengan kekurangan bayar lalu dicharge di bandara. Dua2nya pilihan yang tidak enak. Yang benar adalah kita membayar sesuai dengan bawaan kita.
Ini semua menghabiskan waktu saya berjam2. Sangat menjengkelkan karena untuk beli tiket saja saya harus mempelajari website Frontier sacara mendalam. Padahal apa urusan saya dengan website Frontier, tapi sekarang dia membuat saya jadi ahli website dia. Saya membuat catatan di buku mengenai konversi lbs dan inch, list harga utk carry on bag dan checked bag. Semua dengan variasi ukuran dan harga. Benar2 seperti tugas kuliah bedah website.
Karena trauma dengan pembelian tiket pesawat maka saya agak ogah2an saat istri minta naik pesawat dari Los Angeles ke San Francisco. Soalnya dia ingin menghemat waktu karena perjalanan dengan bus akan makan waktu sekitar 10 jam.
Tapi saya coba cek juga. Menurut web skyscanner maka tiket termurah adalah dengan American Airlines. Berarti sekarang saya akan menghabiskan berjam2 lagi untuk mempelajari website American Airlines.
Untuk harga tiket mudah ditemukan. Tapi saat akan eksekusi bagasi maka muncul persoalan. Saya sudah baca tarifnya dan ingin membayar. Tapi bolak balik saya klik pay namun selalu berbalik ke term and condition. Sebenarnya web American Airlines lebih simpel untuk masalah bagasi. Tapi itulah yang saya heran sekali, kenapa saya tidak bisa melakukan pembayaran.
Setelah mencoba berkali2, kembali ke home lagi dan klik jendela baru lagi namun tetap saja saya tidak menemukan tombol untuk membayar bagasi. Padahal untuk pembayaran tiket saya tinggal klik kartu kredit saja namun tanpa bagasi. Tentu saja saya saya tidak mau membayar tiket saja tanpa bagasi.
Setelah mencoba berulang kali akhirnya saya menyerah juga. Kami tidak akan bisa naik pesawat dari Los Angeles ke San Francisco. Alternatifnya hanya kereta dan bus. Tapi kereta Amtrak aneh juga. Kami akan ditransfer ke bus yang dioperasionalkan oleh Amtrak. Naik keretanya hanya 2 jam sedangkan 8 jam berikutnya naik bus. Kalau begini bukankah lebih baik naik bus saja.
Ada dua pilihan bus yakni Flixbus dengan harga tiket USD 120 dan Greyhound Bus dengan harga USD 101. Saya memilih Greyhound bukan hanya karena murah tapi juga karena ingin merasakan naik bus Amerika yang legendaris itu.
Saya beruntung punya kartu kredit jenis platinum yang plafon limitnya lumayan besar. Tapi karena semua serba online maka tanpa sadar pengeluaran kartu kredit saya sudah mendekati limit. Saya baru menyadari ini sepuluh hari menjelang kepulangan. Setelah itu saya mulai menghitung2 berapa lagi jatah pengeluaran saya agar tidak melebihi limit kartu.
Ternyata sisa plafon saya sudah pas2an untuk kebutuhan sepuluh hari ke depan. Ini terjadi karena saat istri belanja yang seharusnya bisa dibayar tunai malah menggunakan kartu. Jadilah limit kartu terlalu cepat tercapai. Padahal masih banyak keperluan kartu ke depan yakni order penginapan, order Uber dan order transportasi antar kota. Bayangkan, Uber sebagai transportasi on line saja hanya bisa dibayar pakai paypal yang menyambung ke kartu kredit. Kita tidak bisa bayar cash ke driver sama sekali. Karena itu saya harus berhitung sekali untuk pemakaian kartu ke depannya.
Saya punya kartu kredit memang dengan tujuan untuk emergency saja yakni saat tidak ada pilihan pembayaran cash. Karena itu kartu kredit saya lebih banyak untuk penggunaan di luar negeri saja. Sekarang saya bawa uang cash hampir tidak ada gunanya kecuali hanya untuk belanja di toko, makan di restoran dan pembelian tiket subway dan metro di vending machine.
Kebiasaan buruk saya yang sering merugikan diri sendiri saat di luar negeri adalah melakukan segala sesuatu secara go show. Padahal orang lain selalu melakukan sesuatu jauh2 hari sebelumnnya. Contohnya saat book tour ke Grand Canyon. Tadinya saya ingin datang langsung ke kantor biro tournya, bayar tiket dan berangkat. Tapi ternyata tidak bisa karena semua booking hanya bisa via online.
Melalui komunikasi via WA dia mengatakan bahwa seat untuk besok sudah penuh. Adapun untuk lusa hanya tinggal 4 seat saja. Jadilah saya buru2 pesan on line untuk keberangkatan lusa.
Hal yang sama saya lakukan lagi untuk kunjungan ke Alcatraz. Saya tidak buka website dia sama sekali melainkan datang langsung ke Pier 33 lokasi dermaga ferry ke Alcatraz. Dalam bayangan saya adalah datang ke counter tiket, pilih jam keberangkatan dan bayar.
Tapi sekarang saya kena batunya. Hari ini bertepatan dengan Thanksgiving Day, hari libur nasional Amerika. Pas hari ini ada special event untuk ingenous people atau native America sehingga Alcatraz ditutup untuk publik.
Kalau begitu saya beli tiket untuk besok saja. Saya datangi petugasnya dan bilang akan beli tiket untuk besok. Alangkah kagetnya saya saat petugas bilang tiket sudah sold out sampai dua hari ke depan. Tiket baru akan tersedia lagi hari Ahad. Dan ternyata memang ada pengumuman tiket sold out.
Saya bingung sekali karena Sabtu adalah jadual kepulangan kami ke Indonesia. Saya coba bernegosiasi dengan petugasnya, menyampaikan kondisi kami dan memohon bagaimana caranya mendapatkan tiket.
Dia mengatakan tidak bisa membantu karena pesanan tiket hanya bisa dilakukan secara on line. Dia juga menyampaikan ada 5.000 orang pengunjung setiap hari ke Alcatraz dan biasanya mereka order tiket secara on line 5-6 hari sebelumnya.
Saya sangat ingin ke Alcatraz dan akan kecewa sekali jika sampai tidak berkunjung ke sini. Saya masih ada harapan yakni beli tiket dari biro tour. Mungkin mereka punya stok tiket tersendiri. Saya sudah coba cek 2-3 biro tour namun semua menampilkan tiket sudah sold out sampai dua hari ke depan. Kelihatannya web mereka tersambung ke web Alcatraz sehingga info yang disampaikan sama.
Sebenarnya ada ferry lain selain Pier 33. Tapi ferry lain hanya mengitari Alcatraz saja tanpa menurunkan penumpang ke pulau. Saya tidak mau pilihan ini karena tidak ada artinya jika tidak mendarat langsung ke pulau.
Saya sudah hampir menyerah saat saya melihat ada booth Big Bus San Francisco, Hop On Hop Off Sightseeing Tour. Ini adalah operator bus tour yang hadir hampir di seluruh kota2 besar di dunia.
Sayapun menanyakan tiket ke Alcatraz dan dia bilang ada. Tiketnya adalah paket bus dan paket ferry seharga USD 150. Naik bus sekarang dan naik ferry besok. Saya minta paket terpisah ferry saja karena saya tidak ingin naik bus keliling2 kota.
Awalnya dia tidak mau. Tapi karena saya terus mendesak akhirnya dia mau juga. Namun harganya sangat lumayan yakni USD 100 untuk tiket ferry. Padahal harga resmi hanya USD 42 yang setelah ditambah tax jadi USD 50. Artinya saya membayar dua kali lipat.
Ada kalanya nilai uang dikalahkan oleh nilai lain yang menjadi obsesi kita. Saya yang tadinya sudah putus harapan tidak bisa lagi mengunjungi Alcatraz malah menjadi sangat ecxiting sekarang karena berhasil mendapatkan tiket untuk besok. Nilai uang yang saya keluarkan akhirnya menjadi relatif. Saya berpikir tidak apa2 mengeluarkan biaya besar sekarang daripada saya dihantui terus penyesalan tidak jadi ke Alcatraz.
Ini sebenarnya lucu sekali karena saya sangat berterimakasih ke dia sedangkan dia juga senang sekali dapat untung 100%. Mungkin karena itulah lalu dia bilang akan mengembalikan ke saya USD 10 dari USD 200 yang saya keluarkan untuk saya dan istri.
Sebenarnya ada faktor lain keengganan saya dengan serba on line ini yakni semua hal harus direncanakan jauh2 hari. Kita jadi terikat jadual sehingga tidak bebas lagi. Contohnya jika kita pesan tiket ferry 5 hari sebelumnya maka kita jadi terikat waktu bahwa 5 hari kemudian kita sudah harus di sana.
Padahal saya ingin bebas dalam traveling. Bebas menentukan kapan meninggalkan satu kota dan kapan pergi ke kota lain. Jika sudah ada jadual jauh2 hari maka itu sama saja jadinya terikat jadual seperti ikut travel biro. Lalu di mana artinya kebebasan sebagai backpacker.
Namun inilah konsekuensinya jika tidak mau terikat jadual dan enggan dengan serba online. Dari dulu ini sudah jadi dilema saya. Traveling tanpa itinerary ketat memang memberikan kebebasan namun berisiko tinggi karena semua dilakukan pada last minute. Risiko tidak dapat penginapan dan transportasi ataupun jika dapat maka harganya bisa2 menjadi dua kali lipat.
Ini sudah saya alami saat perjalanan dari Zurich Swiss ke Zagreb Kroasia. Saya terpaksa bayar tiket Flixbus dua kali lipat karena order dilakukan pada last minute.
Pengalaman kedua adalah di Cappadocia Turki. Kami tidak berhasil mendapatkan tiket kembali ke Istanbul karena semua sold out. Hanya keajaiban saja ketika pada akhirnya dapat juga 2 tiket terakhir karena ada penumpang lain yang cancel.
Dan yang ketiga sekarang ini. Saya sudah hampir tidak dapat tiket ke Alcatraz. Hanya keajaiban juga bahwa masih ada dua tiket tersisa dengan harga dua kali lipat.
Lalu next bagaimana? Apakah saya akan mengubah mindset serba online dan serba terjadual? Saya masih tetap dalam dilema. Masih tetap tidak bisa memilih. Jadi kita lihat saja nanti bagaimana.
