16. Homeless

Dalam setiap traveling saya selalu tertarik pada hal2 yang bukan mainstream. Jika orang lain tertarik melihat berbagai barang branded yang terpajang di mal atau outlet brand itu sendiri maka saya justru tidak ada keinginan sama sekali.

Perhatian saya malah pada hal2 lain yang berbeda sekali. Saya bisa berhenti lama melihat seniman pelukis jalanan. Melihat pengamen dengan peralatan musik lengkap. Melihat baliho, mural dan grafiti di tembok2 kota. Melihat jalur rel tram dan subway. Melihat tiang baja jembatan. Melihat pekerja proyek menggali jalan. Melihat mobil pengangkut sampah dengan sistem gabungan mekanikal dan manual. Melihat pengumuman atau tulisan aneh di tempat publik. Melihat tutup manhole saluran air limbah yang mengeluarkan asap. Bahkan melihat tiang listrik saja kalau ada sesuatu yang tidak biasa maka saya bisa berhenti.

Istri saya paham sekali dengan kebiasaan ini. Paham tapi tetap tidak bisa menerima sampai sekarang dan bahkan sampai kapanpun. Wajah menahan ketidaksabarannya akan keluar jika saya sudah kumat seperti ini.

Saya hitung2 kami sudah traveling ke 31 negara di seluruh dunia.  Ke mana saja kami traveling maka pasti kami akan bermasalah tentang kebiasaan saya ini. Bagi dia kalau kita sudah berjalan ke suatu tujuan maka kita harus fokus menuju tujuan tersebut. Tapi bagi saya traveling justru untuk menikmati apa saja yang aneh di sepanjang perjalanan.

Celakanya definisi aneh saya dan istri berbeda jauh. Bagi saya hampir setiap meter berjalan selalu ada yang aneh sehingga saya sering sekali berhenti, mengamati dulu dan kalau perlu memfoto.

Tapi istri saya malah heran kenapa di mata saya sesuatu itu aneh. Bagi dia semua biasa saja dan tidak ada yang aneh. Bahkan batu2an hasil abrasi di Grand Canyon yang jelas2 sangat menarik secara geologi maka bagi dia juga biasa2 saja. Apalagi jika saya berhenti untuk mengamati tiang listrik. Sungguh sangat tidak masuk di nalar dia.

Begitulah kami sepasang traveler yang sudah menjelajahi puluhan negara dalam waktu kumulatif sudah mencapai belasan bulan namun tidak pernah satu visi dalam menjalani sebuah perjalanan. Saya heran kenapa dia tidak pernah heran dengan sesuatu apapun juga. Sebaliknya dia juga heran kenapa saya selalu heran dengan apa saja setiap satu kali melangkah.

Kali ini di Amerika objek menarik yang sering saya temui adalah orang2 homeless. Bagi saya ini menarik karena ada kontradiksi yakni negara maju versus homeless people.

Negara maju dan gedung2 pencakar langit, negara maju dan mobil2 mewah berseliweran dan negara maju dengan orang2 berpakaian necis di jalanan maka itu semua adalah hubungan yang serasi. Tapi negara maju dengan orang2 homeless di mana2 maka jelas2 ini bukan tidak serasi lagi tapi sudah sampai pada tingkat kontradiksi akut.

Di berbagai negara Eropa saya juga menemukan orang2 homeless namun tidak sedemikian banyak dan tidak sebegitu mencolok mata. Yang saya ingat pernah lihat di Brussels, Paris, Granada, Roma dan Milan. Saya tidak begitu ingat apakah pernah lihat di Amsterdam, Berlin, Venesia, Florence, Budapest, Praha dan Wina.

Selain itu di Zagreb Kroasia, Ljubljana Slovenia, Beograd, Sarajevo, Podgorica Montenegro, Tirana Albania dan Pritzen Kosovo, saya juga tidak begitu ingat apakah pernah melihat orang homeless.

Adapun di Helsinki dan Tallin Estonia saya yakin tidak pernah melihat. Begitu juga di Canada yakni Toronto, Ottawa, Montreal dan Quebec, saya juga tidak melihat.

Di Tokyo, Yokohama, Sapporo, Nagoya, Osaka, Kyoto dan Hiroshima rasanya saya juga tidak melihat.  Begitu juga di Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok dan Brunei, rasanya saya juga tidak melihat. Bahkan di Manila saya juga lupa apakah ada atau tidak. Hal yang sama di Istanbul, Bursa, Cappadoccia dan Seljuk.

Saya akan ingat sesuatu yang menyolok mata dan kontradiksi. Kalau saya tidak begitu ingat maka sesuatu itu tidak menyolok mata. Kota yang saya ingat ada homelessnya maka pastilah keberadaannya menyolok mata sehingga saya ingat terus. Tapi jika saya tidak begitu ingat maka mungkin tidak ada orang homelessnya atau ada namun tidak menyolok mata.

Tapi di Amerika ini beda sekali. Saya selalu menemukan orang homeless di sini. Tidak di New York, Chicago, Los Angeles dan San Francisco, saya selalu menemukan orang homeless dengan pengecualian Las Vegas karena saya lupa. Dan jumlahnya banyak sehingga meninggalkan kesan yang mendalam di benak saya yakni banyak orang homeless di kota2 besar Amerika.

Saya melihat laki2 tua yang sudah bungkuk berjalan tertatih2 dengan bawaan koper dan tas kresek di tangannya. Ada juga perempuan tua yang meringkuk di trotor dengan jaket kotor dan selimut kotor. Laki2 yang berbaring di emperan toko pada malam hari. Perempuan yang dikelilingi harta bendanya berupa gumpalan2 kain dan tas kresek yang entah apa isinya. Juga mereka yang mengorek2 bak sampah mengumpulkan botol bekas dan kaleng bekas. Lalu pengemis yang duduk diam menengadahkan tangan.

Di Union Station Los Angeles saya menyaksikan para homeless mencari posisi untuk tidur. Kebetulan kami ada di stasiun ini sejak jam 20 sampai jam 23.30 karena menunggu bus Greyhound yang akan membawa kami ke San Francisco. Waktu selama 3 jam lebih di stasiun ini membuat saya leluasa memperhatikan mereka.

Penampilan mereka tipikal sekali yakni baju dan jaket yang sangat kumal dan kotor, sepatu yang sudah tua dan rusak dan bawaannya berupa buntalan2 kain dan tas kresek.

Yang saya bayangkan adalah saat melihat mereka yang terlihat sakit. Apakah mereka akan tergeletak begitu saja saat sakit parah? Apakah sering kejadian tiba2 saja ditemukan homeless yang sudah tidak bernyawa lagi di trotoar atau stasiun? Bagaimana mereka bisa tidur di udara terbuka di tengah dingin yang menggigit? Saya teringat menunggu bus hanya 1 jam saja di Chicago di tengah dingin yang menggigit dan itu sudah membuat saya minta ampun. Sedangkan mereka sepanjang malam dan siang di udara terbuka. Padahal lagi ini baru musim gugur belum masuk musim dingin.

Pertanyaan di atas timbul karena saya melihat laki2 atau perempuan sudah sangat tua yang saya taksir sudah berumur di atas 70 tahun. Secara fisik mereka sudah sangat ringkih dan terlihat hanya tinggal menunggu sisa2 umur saja.

Pertanyaan lain apakah mereka tidak punya anak dan sanak saudara? Lalu bagaimana peran pemerintah sendiri?

Saya menulis tentang homeless people ini karena sebenarnya sistem jaminan sosial di Amerika itu bagus sekali. Semua anak wajib belajar tanpa kecuali tanpa bayar karena semua ditanggung pemerintah. Lalu ada tunjangan jaminan sosial untuk mereka yang menganggur belum dapat pekerjaan. Karena itu saya jadi bertanya2 kenapa banyak sekali homeless di kota2 besar Amerika.

 

 

Homeless Union Station

Artikel Terkait