Saya baru kali ini mengalami yang namanya ikut travel biro. Selama ini ke mana2 selalu berdua saja dengan istri secara backpackeran. Karena itu saya jadi tahu bahwa traveling dg travel biro ternyata tidak sepenuhnya sama dengan yang saya bayangkan.
Dulu saya pernah membahas bedanya traveling backpacker dengan ikut tour walau saat itu saya belum pernah mengalami perjalanan dengan travel biro. Saya hanya menduga saja bahwa perjalanan dengan travel biro itu menyenangkan karena kita tinggal duduk manis saja. Penginapan, transportasi, makan, titik tujuan dan lain2 sudah disiapkan semua. Beda sekali dengan backpacker yang harus mencari sendiri transportasi, di mana mau menginap, memasak atau mencari makan dan cara mencapai titik tujuan.
Lalu saya kira tur dengan travel biro itu juga tidak capek dan tidak menguras energi dibanding backpacker. Ternyata perkiraan saya salah. Tur dengan travel biro juga tidak kalah capeknya. Ditambah lagi dengan itinerary dan waktu yang ketat.
Di setiap tempat selalu dikasih jatah waktu tertentu. Kalau waktunya sudah habis maka kita harus cepat2 balik ke bus. Beda sekali dengan backpacker. Sepenuhnya terserah kita saja, apakah mau berlama2 atau sebentar di satu titik, tidak ada yang membatasi.
Yang membuat capek adalah itinerary yang ketat. Jam 07.00 harus sudah turun ke lobi hotel untuk sarapan. Sampai di hotel lagi sudah malam, kadang sudah jam 21 baru sampai di hotel. Padahal setiap hari kita pindah hotel karena berpindah kota.
Akibatnya setiap malam kita harus packing ulang. Ini benar2 membuat kita tidak ada waktu untuk beristirahat dan menikmati me time. Beda sekali dengan backpacker. Di setiap kota tujuan selalu ada 2-3 malam kami menginap di suatu tempat. Jadi tidak setiap malam harus packing ulang.
Lebih capek lagi karena setiap turun ke lobi pada jam 07.00 tersebut harus lengkap dengan semua koper dan bawaan karena sekalian cek out. Lalu sore atau malamnya cek in lagi di hotel yang lain dengan seluruh koper dan bawaan yang ada.
Beda sekali dengan backpacker. Tidak ada yang mengharuskan kami untuk bersiap2 setiap pagi jam 07.00. Tidak ada yang menghalangi kami utk balik ke penginapan jam 17.00 jika sudah capek berkeliaran di jalan2. Tidak ada yg menghalangi kami jika ingin bersantai dulu malam2 tanpa urusan packing2.
Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, baik perjalanan dengan travel biro maupun secara backpacker maka masing2 ada plus minusnya. Dulu saya iri dengan orang yang punya kemampuan ikut travel biro dan menyangka semuanya menyenangkan. Tapi sekarang tidak lagi. Ternyata perjalanan dengan travel biro sangat capek juga dan banyak juga minusnya. Malah kalau dilihat secara over all maka saya merasa tetap lebih enak backpacker saja. Saya tidak iri lagi pada orang yang ikut travel biro.
Oh ya, satu hal lagi pengalaman pertama saya ikut travel biro ini adalah banyaknya waktu yang habis di jalan dan sedikitnya waktu untuk mengeksplorasi titik tujuan.
Contoh dari Washington ke Niagara menghabiskan satu hari penuh. Dari Niagara ke Toronto habis satu hari lagi. Bahkan sampai tidak sempat mengeksplor kota Toronto sama sekali karena besok paginya sudah berangkat lagi ke Montreal setelah mampir dulu di Ottawa.
Kasus yang sama terulang di Montreal. Kami tidak ada waktu untuk melihat Montreal sama sekali karena sejak pagi sudah berangkat ke Quebec. Akhirnya sayapun tidak tahu apa2 tentang Toronto dan Montreal sama sekali. Ottawapun sama saja, hanya mampir saja tanpa saya tahu apa itu Ottawa.
Ada itinerary mengunjungi Harvard University dan MIT di Boston. Tapi hanya dua itu saja karena perjalanan harus dilanjutkan ke New York. Jadi sayapun tidak tahu Boston.
Hal seperti ini tidak pernah terjadi sepanjang karir backpacker saya. Kota manapun yang saya kunjungi maka saya selalu tahu tentang kota tersebut. Saya tahu di mana stasiunnya, tiket dari vending machinenya, jalur kereta bawah tanahnya, downtownnya, landmarknya, taman kotanya, jalur tremnya, destinasi wisatanya dan lain2.
Cukup dengan sekali saja traveling mandiri ke Jepang maka saya langsung tahu seluk beluk Tokyo. Dengan pengetahuan tersebut bahkan saya bisa mengarrange grup untuk traveling backpacker ke Jepang.
Namun sekarang agak lucu dan ironis juga. Saya sudah ke New York, Philadelphia, Washington DC, Toronto, Ottawa, Montreal, Quebec dan Boston. Tapi saya tidak tahu apa2 tentang kota tersebut. Tidak tahu stasiunnya, tidak tahu jalur kereta bawah tanahnya dan tidak tahu jalur tremnya.
Dari kasus ini saya dapat pelajaran. Dengan segala kekurangan dan kelemahannya maka ternyata backpacker tetap lebih worth it. Jadi saya tetap akan backpackeran saja ke depannya.
Tamat