Apartemen sudah tidak bisa diubah lagi. Mau tidak mau saya harus menerima dg ikhlas. Yang perlu saya lakukan sekarang adalah berkomunikasi dg host utk koordinasi selanjutnya. Jadi melalui aplikasi messenger booking.com maka sayapun menanyakan nomor wa nya agar mudah dalam komunikasi. Tapi dia bilang dia tidak punya wa. Lalu saya bertanya bgmn saya bisa komunikasi dg dia jika tdk ada wa. Kata dia melalui messenger ini. Ya ampun, bagaimana bisa lancar kalau via aplikasi. Kirim pesan skrg, dibalasnya baru besok. Itupun kalau dia buka. Kalau gak bisa seminggu kali komunikasinya.
Namun begitulah yg terjadi. Saya kirim pesan skrg, jawabnya kapan2. Saya juga tdk ada waktu utk memantau web terus menerus. Jadilah komunikasi kami seperti orang bercakap2 dg selang waktu beberapa hari. Kira2 seperti ini. Ditanya sekarang jawabnya tiga hari lagi. Saya baru tahu jawabannya seminggu kemudian karena saya baru buka webnya seminggu kemudian juga.
Dari komunikasi dg cara yang aneh ini paling tidak saya b5erhasil mendapatkan beberapa kepastian sebagai berikut:
1. Aturan cek in adalah jam 15, namun saya mohon kebijakan agar bisa titip koper paginya. Soalnya kami sampai di bandara haneda jam 22.30. Lalu menginap semalam di bandara dan keesokan paginya langsung ke apartemen. Jadi saya bilang gak apa2 kami akan cek in jam 15, tapi koper bisa dititipkan dulu jam 8 pagi. Alhamdulillah dia setuju.
Sebenarnya istilah titip koper ini hanya bahasa halus saja. Waktu backpacker jepang 1 dulu istilahnya juga titip koper. Tapi krn sudah kadung masuk apartemen utk menaroh koper, akhirnya malah cek in beneran. Nah, saya berharap nanti juga seperti ini, cek in beneran jam 8 pagi.
2. Handuk dan toiletries tersedia. Rice cooker juga ada satu. Adapun fasilitas lainnya sesuai dg yg tercantum di booking.com seperti tv, kulkas, kompor, microwave, mesin cuci, hair dryer dll.
Selanjutnya lima hari sebelum waktunya cek in dia kirim pesan mengenai tata cara cek in krn ini adalah cek in mandiri. Tidak ada orang di apartemen tsb. Jadi dia mengasih kombinasi empat angka utk bisa membuka kunci.
Saya masih bisa menerima sistem self check in walau saya belum pernah mengalami. Yang sering saya alami adalah self check out di mana kita meninggalkan kunci di drop box. Tapi utk cek in saya selalu ketemu orang selama ini. Minimal bertemu utk menyerahkan pembayaran uang.
Di bawah ini adalah pesan dari dia tentang cara cek in.
Hi,
I will inform you of the check-in method to the room of 20 Feb.
The room is a self check-in. Your room are room # 101 #102 #104 on the first floor and #201 and #202 on the second floor.
You should pay xxxxxx yen for accommodation in the refrigerator in 101room.
If you enter the room without putting in cash, you need to pay a large fine, so please be careful.
There is a key box of room#101 #102 #104(First floor) and #201 #202(second floor) in the door knob of the room.
Room#101 key box number : xxxx
Room#102 key box number : xxxx
Room#104 key box number : xxxx
Room#201 key box number : xxxx
Room#202 key box number : xxxx
※You always keep the key of the room in the key box of the door knob.
※If you lose your key, you need to pay a big fine.
※The room is non-smoking. Please smoke on the outside.
※When you take out the garbage (trash), please separate the burnable and unburnable.
The supermarket close to the apartment is an 4-minute walk.
A convenience store near the apartment is 4 minutes on foot.
When check-out the room, please be sure to return the key to the key box.
If there is something, please contact me.
Please enjoy your trip.
Best regard,
Tidak ada yang aneh dg cara cek in tersebut namun tidak dg cara pembayaran. Dia menyuruh saya utk membayar via refrigerator. Dan di sinilah kekonyolan itu terjadi.
Setahu saya refrigerator adalah kulkas. Tapi krn dia bicara tentang pembayaran pakai refrigerator, maka saya pikir refrigerator itu adalah semacam mesin yg bisa menerima uang tunai. Karena penasaran maka saya cek di google translate apa arti refrigerator. Ternyata memang kulkas. Tapi saya anggap itu mungkin ada arti lain refrigerator yakni mesin penerima uang. Kurang lebih dalam pemikiran saya itu adalah semacam teknologi digital terbaru dalam menerima uang. Maklum, jepangkan terkenal dg inovasi2 teknologi terbaru.
Sebagai generasi produk orde baru yang tidak terlalu familiar dg teknologi digital, maka saya agak takut2 juga melakukan transaksi digital ini. Sebagai generasi ortodox, saya lebih yakin jika semua dilakukan secara manual. Dia datang ke apartemen dan kita bertemu. Lalu uang saya kasih dan dia memberikan kuitansi. Demikianlah maunya saya.
Oleh karena itu maka pesannya saya balas begini. Bagaimana kalau kita bertemu saja untuk mengambil pembayaran. Saya tidak familiar dg teknologi ini. Saya tdk yakin bisa melakukan pembayaran via refrigerator.
Saya kirim pesan senada dua atau tiga kali dg setengah memaksa agar dia mau datang. Akhirnya dia mau juga dan kami janjian jam 11 akan bertemu.
Begitulah, akhirnya kami bertemu juga pada waktu yang dijanjikan. Dan tahukah sodara2 sebangsa dan setanah air di mana kekonyolannya? Ternyata yg dia maksud dg pembayaran melalui refrigerator itu adalah dalam pengertian harfiah. Maksud dia adalah agar saya memasukkan uang ke dalam kulkas, lalu dia akan datang nantinya untuk mengambil uang itu dari dalam kulkas. Ya ampun, ternyata saya yg terlalu over estimate terhadap teknologi di jepang. Alih2 teknologi digital terbaru dalam menerima uang, ini malah sama saja dg teknologi kakek nenek saya yakni menyimpan uang di bawah kasur. 😀
Bersambung