5. Sudah dua kali paket backpacker jepang yang saya arrange. Dua2nya tidak sepenuhnya sesuai dg niat awal saya saat pertama tercetus ide ini dulunya. Saat itu peserta yg saya bayangkan adalah yang ingin jalan2 ke luar negeri tapi tdk berani jalan sendiri. Atau malas ikut biro perjalanan resmi krn katanya malah dibawanya ke tempat belanja melulu. Atau budgetnya terbatas namun ingin traveling ke luar negeri.
Tapi dari dua kali mengarrange backpacker saya malah terkena sindrom terbaru politisi yakni sering kaget. Saya sering kaget dengan peserta backpacker ini karena saya sungguh tidak menyangka bahwa mereka akan ikut bergabung.
Saya kaget karena ternyata ada pejabat di instansi pemerintah yg ikut. Masa pejabat masih mau backpackeran. Tapi itulah yg terjadi, ada pejabat yg jadi peserta.
Profil kedua yg saya kaget adalah ada pengusaha yg sudah sangat sering ke luar negeri juga jadi peserta. Ngapain lagi ikut backpackeran kalau traveling ke luar negeri sdh jadi hal yang biasa.
Kaget yg ketiga adalah peserta yg sdh belasan kali bolak balik ke jepang. Kalau ini saya pikir bukan saya saja yg kaget, tapi seluruh rakyat indonesia juga kaget. Wajar semua orang kaget. Masa sdh belasan kali ke jepang kok ikut backpackeran lagi. Jangan2 dia sendiri juga kaget dg keikutannya ini.
Kaget yang paling kaget adalah saat seseorang yg sdh backpackeran sejak 30 tahun yg lalu juga mau ikut. Bayangkan, saat saya masih traveling dari dago ke kebon kelapa dan dari sekeloa ke taman sari atau dari cisitu lama ke haur mekar, maka dia sudah backpackeran ke luar negeri. Puluhan negara2 sudah dia kunjungi. Dan dia serius mau ikut backpacker jepang ini.
Semua profil peserta di atas sungguh membuat saya grogi. Saya yg tadinya semangat merancang backpacker langsung nervous jadinya. Apalagi dg profil nomor empat ini. Tapi untunglah akhirnya dia batal berangkat karena bentrok dg jadual yg lain. Dalam hati saya bersyukur sekali dia tdk jadi ikut. Soalnya kalau dia ikut maka ibaratnya sama saja dengan saya mengajar mekanika fluida di kelas di mana pesertanya adalah doktor mekanika fluida. Tapi tiga profil yang pertama tetap ikut dan faktanya memang jadi peserta.
Saya takut sekali peserta yg memutuskan ikut itu punya ekspektasi yg berbeda jauh dg yg saya deliver. Apalagi utk tiga atau empat profil yg membuat saya grogi tsb. Padahal backpacker yg saya rancang sebenarnya hanya bahasa halus saja dari jalan2 budget hemat.
Tapi mau bagaimana lagi. Program sudah diluncurkan dan peserta sudah kadung mendaftar. Jadi terpaksalah the show must go on. Namun demikian saya tetap harus memastikan ekspektasi peserta sesuai dg delivery saya. Jangan sampai ekspektasi mereka melambung tinggi sementara yg saya berikan nyungsep di lautan pasifik. Oleh karena itu sayapun menyusun panduan backpacker jepang yg secara berkelakar saya sebut sebagai piagam jepang yang terdiri dari 12 pasal seperti di bawah ini. Bersambung.