7. Menginap di Haneda

Kami berangkat dari jakarta jam 08.30 pagi. Sampai di kuala lumpur jam 11.40. Waktu transit adalah 3 jam krn jam 14.40 sdh take off lagi ke haneda. Tadinya saya pikir cukup lama masa menunggu di klia 2 ini. Tapi ternyata tidak. Waktu tiga jam ini hanya pas2an saja utk makan dan sholat. Krn waktu 3 jam ini sdh terhitung dari mulai waktu landing sampai pesawat take off lagi dan perjalanan pindah gate di klia 2. Apalagi boarding 40 menit sebelum take off. Jadi waktu bersih utk sholat dan makan paling banyak hanya 1,5 jam saja

Kami dijadualkan sampai di haneda jam 22.30. Selanjutnya istirahat di haneda sambil menunggu pagi. Sebenarnya ini bahasa halusnya saja. Yang benar adalah kami menginap di haneda krn mau menghemat biaya menginap satu malam. Soalnya memang tanggung sekali juga. Jika tetap dipaksakan langsung ke tokyo maka akan sampai di tokyo sekitar jam 1 atau 2 dini hari. Apa juga yg bisa diperbuat jam segitu selain menyusahkan diri sendiri. Jadi tetap stay di haneda menunggu pagi tetaplah pilihan yg terbaik.

Singkat cerita kamipun sampai di haneda. Setelah mengikuti proses imigrasi dan ambil bagasi maka selanjutnya adalah mencari lokasi yg stretegis utk numpang tidur. Menurut info dari wuning yg ke jepang bulan desember, ada bangku2 pengunjung di dek observatori di lantai 5 yg bisa utk ditiduri. Lalu kamipun naik ke lantai 5.

Benar saja, ternyata banyak juga penumpang lain yg seperti kami, menginap di bandara. Malah semua bangku2 strategis sdh diokupasi mereka semua utk tidur. Bangku yg seharusnya jatah 3-4 orang utk duduk mereka tempati sendiri utk tidur. Kami malah hanya mendapatkan space yg cukup utk duduk 2-3 orang saja.

Kami menyimpan semua koper di sini dan menetapkan lokasi ini sebagai posko. Skrg yg penting cari mushola dulu utk sholat maghrib dan isya karena ada info yang mengatakan bahwa ada mushola di lantai 3. Dan benar saja, ada mushola yg lumayan nyaman di sana.

Ada sedikit yg mengganjal saya tentang arah kiblat. Walau di langit2 dipasang arah mata angin namun tidak ada petunjuk arah yg menyatakan dg tegas arah kiblat. Jadi saya menggunakan kompas manual yg selalu saya bawa ke mana2 setiap traveling utk menentukan arah kiblat.

Saat sholat subuh keesokan paginya, kami bertemu satu orang pakistan dan satu orang malaysia. Ternyata arah kiblat beda 90 derajat ke kanan dari arah kompas saya. Ada satu sudut ruangan yg dibuat agak beda dg tiga sudut yg lain dan itulah arah kiblat menurut mereka. Padahal kompas manual yg saya bawa malah menunjukkan arah 90 derajat ke kiri dari sudut tsb.

Awalnya saya yakin kompas manual saya yg benar. Tapi si pakistan dan si malaysia meyakinkan saya bahwa sudut itulah yg benar krn penetapannya atas petunjuk lembaga islam jepang. Akhirnya saya mengalah juga dan ikut mereka krn mereka juga bilang bahwa mereka mukim di jepang. Lalu kamipun sholat subuh berjamaah.

Kembali ke soal tempat utk tidur. Karena posko saat ini hanya ada space utk tidur satu orang saja maka diputuskan masing2 mencari saja tempat utk tidur masing2. Jadi kamipun berpencar. Ada yg dapat tempat di bawah tenda promenade, ada yg di emperan kios yg sdh tutup krn sdh malam, ada yg di depan mushola dan macam2 lagi. Adapun saya sendiri tetap stay di posko.

Tapi sungguh sayang, lokasi posko ini benar2 sangat tdk nyaman. Tempat duduknya keras sekali tanpa ada alasnya. Saya coba berbaring namun tdk bisa tidur. Bolak balik dari telentang, miring kanan, miring kiri dan telentang lagi. Nyaris tdk bisa tidur semalaman.

Karena tdk bisa tidur juga, sekitar satu jam sebelum subuh saya memutuskan utk ke mushola saja. Eh ternyata di depan mushola masih banyak bangku2 kosong. Mana bangku2nya empuk lagi. Wadduh, kenapa saya tdk ke depan mushola saja sejak tadi malam. Apa boleh buat krn sudah terlanjur. Yg jelas lumayan jugalah sebab saya sempat juga tidur satu jam di sini. Krn bangkunya empuk maka akhirnya saya bisa juga merasakan tidur di bandara.

Bersambung.

 

Artikel Terkait