15. Dalam setiap travelling selalu saja ada pengalaman baru yang didapatkan bahkan untuk hal2 yang kita sudah sangat biasa melakukannya. Contohnya saja pembelian tiket dan pembatasan bagasi. Seharusnya itu sudah sangat rutin sehingga tidak mungkin lagi ada hal2 baru yang akan saya alami. Tapi nyatanya masih saja ada hal baru yg saya temui soal tiket ini. Dan sayangnya hal baru tersebut termasuk pengalaman pahit yg perlu dijadikan pelajaran untuk masa mendatang.
Pertama tentang tiket. Seperti cerita saya sebelum ini, saya melakukan optimasi tiket dengan membuat berbagai simulasi, meliputi tgl, jam dan rute. Waktu itu optimasi terbaik keberangkatan adalah tgl 1 juli jam 07.05 dg rute langsung jakarta-bangkok. Adapun optimasi terbaik kepulangan adalah 6 juli jam 15.15 dg penerbangan transit bangkok-kuala lumpur-jakarta. Jadi saat pembelian tiket saya memilih rute terakhir ini dengan sekali pembelian tiket.
Dalam bayangan saya, berangkat dari bangkok, barang masuk bagasi dan sebagian lagi masuk kabin. Sesampai di kuala lumpur turun dengan membawa barang2 kabin dan saya tinggal pindah ke penerbangan berikutnya.
Tetapi nyatanya bukan itu yg terjadi. Sesampai di kuala lumpur saya melapor ke desk transit. Petugas mengatakan bahwa saya harus cek in lagi. Harus keluar dulu melewati imigrasi malaysia, harus ambil dulu barang2 bagasi. Kemudian proses cek in lagi dari awal seolah2 kita baru saja sampai di bandara. Kenapa kok jadi rumit begini. Ternyata menurut petugas tiket saya bukanlah tiket conneting. Tiket saya adalah dua tiket terpisah yg tidak ada hubungannya, apalagi hubungan saudara dan sanak famili. Kalau tiket saya tiket connecting maka bayangan saya tentang transit adalah benar.
Inilah pengalaman baru saya soal tiket. Ternyata ada istilah connecting dan tidak connecting. Jadi walau kita beli tiket pada saat yang sama, sudah sesuai dg paket yg ada di traveloka, proses dg klik ya sama, pembayaran secara serentak sekaligus tanpa dipisah2, ternyata itu semua tdk menjamin bahwa tiket yang kita beli adalah tiket connecting.
Pengalaman baru kedua adalah soal bagasi. Kita tahu bahwa di maskapai budget airline pembayaran bagasi terpisah dari tiket. Jika di maskapai normal setia tiket dapat jatah bagasi 15 kg, maka di budget airline, bagasi harus dibayar.
Utk penerbangan bangkok jakarta saya tidak membeli paket bagasi karena semua barang masuk kabin. Utk kepulangan bangkok jakarta, barulah saya membeli paket kabin 40kg sebagai antisipasi membengkaknya bawaan.
Saat packing di bangkok, home person sdh mengatur agar bagasi pas 40kg. Lainnya masuk kabin. Secara aturan, barang yang boleh masuk kabin hanya dua buah dg berat total 7kg. Tapi pengalaman selama ini 7kg selalu dilanggar dan toh oke-oke saja.
Begitulah, dg konsep seperti biasa itu maka bawaan kabin kami melebihi 7kg. Saat cek in di bangkok masih seperti biasa lolos2 saja.
Kali ini saya kena batunya di klia ini. Setelah cek in di counter, petugas air asia menghadang semua penumpang sesaat sebelum masuk imigrasi. Semua bawaan kabin tanpa ampun ditimbang semua. Jadi kenalah kami karena semuanya melebihi 7kg. Tidak ada jalan lain, terpaksa bayar kelebihan bagasi.
Karena waktu boarding sdh dekat, istri dan semua anak2 saya suruh masuk saja dulu. Biar saya sendiri yg mengurus kelebihan bagasi.
Di luar dugaan, ternyata mengurusnya tdk segampang yang saya kira. Tadinya saya pikir cukup datang ke counter, bayar dan beres. Tapi ternyata saya tdk diperkenankan lagi membeli bagasi krn sdh membeli 20kg dari awal. Harus atas nama keluarga yang lain dan orangnya harus hadir. Saya bilang bahwa yg lain sdh masuk semua. Tetap tidak bisa katanya atau saya akan dikenakan 50rm per kg. Dg bagasi 12kg lebih, artinya saya akan kena 2jt lebih. Waduh. Lalu saya minta izin coba panggil lagi dan titip bagasi. Gak boleh juga, bagasi harus ikut dibawa. Terpaksalah saya buru2 balik ke gerbang masuk sambil membawa satu bagasi, satu barang kabin dan satu ransel. Sesampai di sana diberi tahu bahwa penumpang yg sdh melewati imigrasi tdk boleh keluar lagi. Waduh.
Saya buru2 lagi balik ke counter kelebihan bagasi sambil membawa lagi satu bagasi, satu barang kabin dan tas ransel. Saya sampaikan bahwa semua anggota keluarga sudah masuk semua dan tidak boleh keluar lagi.
Si petugas menyalahkan saya, kenapa masuknya tidak bareng2. Waduh bu, minta tolonglah, semua sdh telanjur, waktu boarding juga sdh dekat. Akhirnya si ibu atau tepatnya si mbak karena umurnya masih seumur mbak2, luruh juga hatinya. Dia minta paspor dan boarding pas saya. Dia bilang akan didaftarkan dg nama anak dan saya dikenakan biaya 115 rm atau sekitar 350rb. Ya okelah daripada kena 2jt. Saya bilang tidak punya ringgit krn saya dari bangkok mau ke jakarta. Apakah bisa bayar pakai rupiah atau baht. Dia jawab gak bisa. Kalau pakai kartu kredit? Bisa katanya. Syukurlah. Untung saya selalu menyiapkan kartu kredit untuk menghadapi hal2 di luar dugaan seperti ini.
Yang saya agak merasa aneh saja, maskapai budget air line ini ternyata tdk sama kebijakannya di semua negara. Di jakarta dan bangkok bawaan kabin tidak ditimbang petugasnya. Tapi di kuala lumpur kok ditimbang.