Traveling Thailand no 18

18. Babak kedua adalah mitologi thai tentang karma. Perbuatan buruk akan mendapatkan hukuman di neraka dan perbuatan baik akan membawa ke surga. Dalam mitologi thai, antara neraka dan surga ada alam lain yakni alam mistis yang dihuni oleh mythic creature juga.

Utk neraka ada narasi bahwa tiap orang dihukum sesuai kadar kesalahannya. Pembohong dihukum dengan mencabut lidahnya. Pencuri dihukum dengan direbus dalam air mendidih. Ada wajan besar dg visualiasasi air mendidih lengkap dg uapnya dan terhukum dicemplungkan di sana. Lalu mereka diberi makan dg bara api merah membara yg dimasukkan ke mulutnya. Lalu perut mereka membuncit dan kelihatan merah dari dalam perut. Kira2 seperti kita melihat lampion kertas, cahaya merah dari api di dalam lampion dapat kita lihat dari luar. Nah, perut para terhukum bagai lampion tadi. Merahnya bara api sampai terlihat keluar. Dan ingat, semua visualisasi itu diiringi dg tata panggung, tata kostum, tata suara dan tata cahaya yang perfect.

Di alam mistis digambarkan berbagai makhluk mistis juga. Ada yg berbentuk setengah manusia dan setengah ayam. Ada yang seperti burung. Ada juga makhluk berkaki empat yang bukan kuda dan bukan gajah. Ada yg bisa terbang dan merekapun melayang2 di atas panggung.

Setelah itu penggambaran surga. Ada bidadari yg main musik, awan berarak, singgasana yg glory dan lain2. Pokoknya surga itu indah sekali.

Babak lainnya, entah kenapa malah menampilkan budaya indonesia yakni permainan adu bambu dan pemainnya melompat2 di antara celah bambu yg dibuka dan ditutup tanpa terjepit kakinya.

Ada juga pertunjukan angklung. Yang ini dikemas agak lucu. Pertama dirigennya disorot lampu sorot yg terang di tengah panggung yg gelap. Saat dia akan memulai, lampu sorot pindah shg dia tdk kelihatan. Lalu diapun berpindah ke arah sorotan lampu. Pas memulai, sorot lampu pindah lagi. Dan ini cukup mengundang kelucuan.

Selanjutnya dirigen memanggil anggotanya satu persatu. Setiap anggota membawa dua angklung dan mereka membunyikan angklung masing2. Tapi ceritanya ternyata ada anggota yg tdk hadir. Dipanggil2 tdk muncul2 juga, padahalĀ  angklungnya ada namun orangnya tidak ada. Sang dirigen tidak kurang akal. Dia datangi seorang penonton secara acak dan dibawa ke panggung. Saya lihat dia seorang turis bule. Si turis disuruh membunyikan angklung. Bisa berbunyi sih, tapi gesture si turis sungguh mengundang tawa.

Semua anggota lalu berbaris di panggung dan si dirigen memimpin sambil menunjuk siapa yg harus memainkan angklungnya. Kemudian terdengarlah musik angklung yg indah. Tapi si turis tetap diam saja krn dirigen tdk pernah menunjuk dia. Hanya saja tiap sebentar si dirigen ngasih isyarat ke turis seolah mengatakan sabar ya, nanti akan dapat giliran. Dan benar saja, salah seorang anggotanya membuat marah si dirigen sehingga diusir keluar dan si turis diminta menggantikan. Pas mau dimulai, si anggota tdk terima dan diam2 berdiri di samping si turis. Si dirigen marah lagi dan diusir lagi. Setelah itu barulah si turis dapat kesempatan ditunjuk membunyikan angklungnya.

Menurut saya ini kreativitas luar biasa, menjadikan panggung interaktif, bahkan sampai mengajak penonton ke atas panggung. Di bagian akhir, beberapa penonton dijemput oleh para performer dari tempat duduknya utk ikut menghanyutkan lilin menyala yg ditempatkan di wadahnya sehingga bisa hanyut mengikuti aliran air sungai di panggung.

Adegan interaktif lainnya adalah saat performer muncul di tengah2 penonton. Mereka perform dengan menari dan bernyanyi. Lalu terus menuju ke panggung.

Artikel Terkait