17. Rindu Calo

Setiap melangkah keluar dari airport di Eropa saya selalu merasa ada yang agak aneh. Tidak ada porter yang menyorong-nyorongkan troley untuk membantu kita. Tidak ada calo yg menawar-nawarkan taksi. Tidak ada yang tanya mau ke mana pak, mau ke mana pak. Saking biasanya dapat perlakuan seperti itu di Indonesiaq, insting saya selalu seolah-olah siap dengan ritual penyambutan tersebut. Jadi untuk sesaat saya selalu merasa aneh setiap keluar bandara. Setelah itu baru ingat lagi, ini kan bukan bandara di Indonesia.

Hal yang sama di tempat tujuan wisata. Tidak ada tukang parkir, tidak ada polisi cepek di setiap pertigaan, perempatan atau putaran balik. Tidak ada penjual yg maksa-maksa beli dagangan mereka. Kecuali di sekitar menara Eiffel Paris, memang banyak pedagang asongan dan memang agak agresif menawarkan barangnya walaupun tidak sampai memaksa. Sebenarnya memang nyaman hidup tanpa calo, pedagang kaki lima, polisi cepek, pemungut parkir dan sebangsanya.

Masyarakat Eropa yang saya temui selama ini selalu ramah terhadap turis. Dulu waktu pertama ke Eropa saya selalu rajin bertanya-tanya dan semua orang selalu menjawab dengan ramah. Jika ada pepatah mengatakan bahwa seeing is believing maka bagi saya asking is believing. Entah kenapa rasanya tidak haqqul yakin kalau tidak bertanya dulu walau sebenarnya di signage dan di peta sudah jelas. Sekarang frekuensi bertanya saya sudah berkurang jauh. Jika sudah jelas di peta dan signage maka saya gak akan bertanya lagi. Sekarang saya hanya bertanya jika memang tidak ada signagenya.

Saking ramahnya orang Eropa, saya beberapa kali malah sampai diantar oleh mereka. Di Helsinki saya tanya lokasi bus bandara, malah diantar sampai ke haltenya. Di Budapest saya tanya tempat money changer dan diantar satu belokan supaya saya dapat melanjutkan arah. Sebelumnya dia sarankan juga money changer yang lebih baik daya tukarnya. Berkali-kali dia bilang jangan tukar di sana karena kurang bagus kursnya, tapi yang di sana saja. Di airport Budapest saat saya melihat-lihat money changer, seseorang mendekati saya dan bilang jangan tukar di sini, kursnya jelek sekali. Saya sendiri tidak ada niat menukar, hanya lihat-lihat saja karena saya juga tahu, kurs money changer selalu buruk di airport manapun di seluruh dunia. Tapi tetap saya ucapkan terima kasih atas masukan dia.

Di Helsinki saya kehilangan arah apartemen waktu keluar stasiun. Waktu saya tanya seseorang, dia bantu buka map di hape dia. Beberapa orang lain juga membantu dengan membuka map di hapenya saat saya tanya arah. Beberapa kali juga saat saya dan istri bergantian saling ambil foto, tiba-tiba ada yang datang dan bilang kurang lebih begini, do you want I take the picture both of you. Dan diapun memotret kami berdua.

Artikel Terkait