Di Eropa beli tiket metro atau trem dilakukan melalui mesin tiket otomatis. Jalan masuk ke platform metro di hampir semua kota yang saya kungjungi seperti Helsinki, Wina, Praha, Berlin, Amsterdam dan lain-lain tanpa dijaga sama sekali. Kecuali di Budapest, ada penjaga yang memperhatikan, apakah kita melakukan validasi tiket di mesin validasi atau tidak. Validasi harus dilakukan sebagai tanda tiket one way sudahdigunakan sehingga tidak bisa digunakan lagi. Kalau tiketnya tiket 24 jam tentu bisa digunakan lagi. Di Praha sendiri pilihan tiketnya adalah tiket 30 menit, 90 menit atau 24 jam. Di Budapest para penumpang cukup menunjukkan kartu pada petugas jika dia punya kartu langganan. Adapun di dalam metro sendiri hampir tidak pernah ada pemeriksaan.
Jalur masuk trem lebih bebas lagi karena haltenya di tempat terbuka. Jadi semua orang baik yang punya maupun tidak punya tiket dapat masuk begitu saja ke trem. Di atas trem juga tidak ada pemeriksaan tiket.
Sistem MRT di Eropa jauh lebih longgar dibanding MRT di Singapura. Di Singapura kita harus insert tiket di mesin, barulah palangnya terbuka dan kita bisa lewat. Untuk keluar stasiun juga sangat ketat karena kita tidak bisa keluar sembarangan di Singapura. Tempat keluar stasiun harus sesuai dengan tujuan di tiket. Kalau gak maka palangnya tidak bisa membuka dan kita tidak bisa keluar. Di Eropa kita dapat keluar dengan mudah di stasiun mana saja karena tidak ada palang lagi di pintu keluar.
Yang saya bayangkan, apakah mungkin diterapkan di Indonesia seperti itu. Kejujuran untuk mau membeli tiket. Kejujuran untuk membeli kartu langganan. Kejujuran untuk melakukan validasi. Tanpa ada petugas yg memeriksanya.
Merancang stasiun metro bawah tanah tentu juga bukanlah hal yang gampang. Harus dipikirkan bagaimana sistem drainasenya agar tidak kebanjiran. Bagaimana sirkulasi udaranya agar tidak pengap. Bagaimana pengaturan lalu lintas orang dan lalu lintas kereta, terutama di stasiun inter koneksi. Untuk stasiun interkoneksi antar line jurusan, platformnya tentu saja minimal dua tingkat dan lebih banyak tingkat lagi jika interkoneksinya melebihi dua line. Fasilitas tangga, eskalator dan lift juga perlu dipikirkan.
Hampir semua stasiun metro dilengkapi eskalator. Hanya di Praha saya menemukan bahwa dari permukaan tanah ke lantai pertama stasiun yang tidak dilengkapi eskalator turun, hanya eskalator naik saja. Saya adalah salah seorang korban yang bersusah payah menggotong koper 20kg lebih dengan ransel berat di punggung sambil menuruni anak tangga satu demi satu di sana. Tapi masih ada untung juga karena dari lantai pertama stasiun ke platform metro disediakan eskalator baik untuk naik maupun turun.
Di platform stasiun metro bawah tanah Praha saya merasakan adanya tiupan angin. Padahal itu kan ruang tertutup di bawah tanah, ada angin dari mana. Saya ambil kesimpulan sendiri, berarti sistem sirkulasi udara di sana sangat bagus. Di Paris mungkin sistem sirkulasinya tidak begitu bagus karena terasa kurang fresh. Atau mungkin karena penumpang metro di Paris yang sangat banyak sehingga udaranya tidak segar. Tapi dari info yang saya dapat, katanya stasiun metro di London lebih parah lagi. Sangat pengap dan tidak nyaman. Saya belum pernah ke London. Mungkin ada yang bisa sharing info tentang kondisi stasiun metro bawah tanah London.