Prosedur dasar back packer sebelum datang ke suatu kota adalah mengetahui dulu stasiun metro terdekat ke tempat penginapan. Begitu turun dari bandara, stasiun KA atau terminal bus, kita tinggal cari stasiun metro terdekat dan lihat jalur untuk menuju stasiun destinasi. Bukti booking yang saya print dari booking.com untuk apartemen di Budapest, Wina dan Praha semuanya dilengkapi peta sehingga saya bisa lihat stasiun metro yang terdekat ke apartemen.
Di Berlin saya book tempat di pension mitte. Sayangnya tidak ada peta lokasi di bukti booking yang saya print. Seperti yang saya tulis di atas, seharusnya saya cek dulu stasiun metro terdekat yang di Jerman disebut U Bahn. Sayangnya tidak saya lakukan. Saya hanya lihat di google map, oh lokasinya gak jauh dari Brandenburger Tor. Karena itu saya pede saja, nanti gampanglah, posisi pastinya lihat di peta di stasiun U Bahn terdekat dari terminal bus saja.
Turun dari terminal bus Zentraler Omnibus Bahnhoff Berlin, saya langsung jalan ke stasiun U Bahn Kaiserdamm. Jalan sekitar 200m sambil menyeret koper lumayan juga. Apalagi tidak ada eskalator turun di sana sehingga terpaksa pakai tangga manual. Saya langsung lihat peta di stasiun dan cari lokasi penginapan. Brandenburger Tor dengan gampang dapat saya temukan, tapi alamat Pension Mitte di Brunnen Strasse tidak ketemu. Ancar-ancarnya agak ke kanan atas, tapi susah sekali mencarinya karena petanya adalah seluruh Berlin Raya. Jika saya sendirian, saya akan naik U Bahndulu ke Brandenburger Tor, lalu dari sana nanti dicari lagi. Tapi karena ada istri dan ada beban dua koper berat plus 2 ransel berat dan wajah istri yang mulai trauma kalau harus pindah-pindah stasiun lagi, akhirnya saya putuskan saja naik taksi. Jadilah saya bacpacker yang naik kelas di Berlin, jadi traveller elit pakai taksi.
Konsekuensinya keluar uang 23,10 euro (381.000 rupiah) untuk taksi, jauh di atas tiket Praha – Berlin yg hanya 16 euro (264.000 rupiah). Sebuah pelajaran yang lumayan mahal gara-gara saya anggap enteng dan mengabaikan prosedur basic back packer menentukan stasiun U Bahn terdekat penginapan sebelum sampai di Berlin. Mungkin karena ada faktor psikologis juga yakni karena merasa pernah ke Berlin, maka saya tidak begitu kepo. Beda saat ke Budapest dan Praha yang karena belum pernah saya kunjungi maka saya begitu berhati-hati mempersiapkan diri. Sebetulnya kondisi inimasih dapat saya atasi dengan tetap naik U Bahn asalkan saya bisa akses google map. Masalahnya tidak ada wifi gratis saat itu sehingga saya tidak bisa akses.
Saya gak mengerti, kenapa pemilik apartemen di Budapest, Wina dan Praha tidak ada yang sadar merek. Masa tidak ada plang nama sama sekali yang menunjukkan itu sebuah apartemen sewa. Sampai saya sempat was-was waktu mencari lokasi Prague AppArt di Praha saking tidak ada plang namanya. Eh, ternyata di Berlin sami mawon. Gak ada sama sekali plang nama. Pintu no 145 Brunnen Strasse sudah ketemu, tapi di jejeran tombol bel yang ada di samping pintu gak ada tulisan Pension Mitte. Masih agak mending di Praha, ada tulisan Prague AppArt tombol no berapa. Lha ini tidak ada tulisan Pension Mitte, terus saya harus tekan tombol bel nomor berapa. Masa saya trial and error menekan semua tombol bel, apa gak ngamuk orang-orang tersebut.
Waduh, masalah lagi nih. Sebenarnya saya bisa telepon ke nomor yang ada di bukti booking. Tapi saya kan gak punya SIM card Jerman. Modal saya hanya hape yang hanya bisa diandalkan jika ada wifi. Sekali lagi saya celengak celinguk ke kiri dan kanan. Olala, ternyata di kaca sebelah kanan, sekitar 6 meter dari pintu ada tulisan kecil Pension Mitte. O, ternyata itulah kantornya, ruangan berdinding kaca dengan tulisan kecil itu. Benar-benar heran, kenapa tidak ditulis saja besar-besar berupa plang nama, Pension Mitte.
Saya menunjukkan bukti booking. Petugasnya mengantarkan kami ke kamar. Alhamdulillah dapat kamar di lantai dasar, jadi tidak repot-repot lagi menggotong koper ke atas. Kamar yg saya dapatkan lumayan juga walau tetap kalah dg apartemen 35 euro (577.000 rupiah) Budapest. Padahal ini lebih mahal, tarifnya 49 euro (808.000 rupiah). Padahal lagi itu adalah harga termurah se Berlin raya yang saya dapatkan di internet. Memang dari hasil searching saya menyimpulkan bahwa semakin ke barat maka biaya penginapan semakin mahal. Saya mendapatkan harga mahal semua di Amsterdam, Brussels dan Paris sebagai kota tujuan berikutnya setelah Berlin ini.