42. Mahalnya Eropa

 

Yang membuat stress para back packer (kok saya mengklaim seluruh back packer ya, padahal mungkin hanya saya doang yang merasa) adalah biaya penginapan, transportasi dan tiket masuk tempat wisata, termasuk museum. Untuk makan masih bisa disiasati. Selama ada nasi dan indomi, rasanya hidup masih berlanjut. Indomi benar-benarjadi penyelamat di sini. Jadi kalau ke Eropa jangan malu-malu bawa indomi sebanyak mungkin.

Yang minta ampun adalah biaya penginapan. Di hotel minimum 200 euro (3.300.000 rupaih) per malam. Turun kelas di hostel paling murah adalah 60 euro (990.000 rupiah) dan dapatnya kamar ukuran 3×1,5m. Memang ada yang lebih murah lagi yakni dorm, tapi harus rela sekamar dengan delapan orang atau lebih, mungkin bisa di bawah 20 euro (330.000 rupiah) per malam.
Transportasi begitu juga, minta ampun mahalnya. Pagi ini saya jalan ke Den Haag, maunya berkunjung ke miniatur negeri Belanda di Madurodam. Tiket kereta api pulang pergi 22,4 euro (369.000 rupiah). Dari stasiun sentral Den Haag harus naik trem lagi ke lokasi. Sewaktu mau bayar ke sopir trem, dia tanya one way atau return. Karena biasanya harga return selalu lebih murah dibanding beli one way dua kali maka saya bilang return. Harganya 6,5 euro (107.000 rupiah). Setelah saya duduk, ternyata yang dikasih adalah one day ticket untuk trem den haag.

Saya gak tahu apa memang gitu peraturannya, tiket return sama dengan one day ticket. Soalnya kalau ditinjau dari jarak tempuh seharusnya tiket dari stasiun Den Haag ke Madurodam menurut perkiraan saya maksimum 1,5 euro (24.000 rupiah) saja.
Sebenarnya saya belum mengerti sepenuhnya sistem tiket di Amsterdam ini. Dari Den Haag saya turun di stasiun Sloterdijk, bukan stasiun sentral seperti waktu berangkat. Maksudnya sekalian mau cek tiket untuk ke Brussels besok karena bus start dari sini. Setelah tanya ke sopir bus, ternyata tiket dapat dibeli langsung ke sopir di bus besok karena tidak ada konter tiket mereka di sini.
Karena saya turun di Sloterdijk maka saya harus beli tiket bus lagi ke sentral stasiun. Sebenarnya bisa saja tidak bayar lagi ke sentral stasiun, tapi saya harus menunggu kereta dari Den Haag datang karena tiket saya adalah Den Haag – stasiun sentral. Cuman daripada menunggu lama sekali saya beli tiket bus saja. Saya tidak pilih kereta karena agak trauma dengan tiket kereta yang luar biasa mahal untuk rute Amsterdam – Den Haag yang saya beli tadi pagi.

Setelah beberapa kali beli tiket metro, trem dan bus langsung ke sopir maka hari ini saya beli tiket via mesin tiket di Amsterdam Centraal Station. Barulah saya paham bahwa tarif tiket tidak ditentukan oleh jarak tetapi berdasarkan waktu. Tersedia tiket one hour, one day, two days dan three days. Makanya saya bisa mengerti kenapa sopir bus di Den Haag memberikan saya tiket one day sebagai return tiket karena dia tidak tahu berapa lama saya akan balik. Tapi bagi saya ini merugikan. Seharusnya saya bilang tiket one way saja waktu dia tanya one way atau return. Tiket one way artinya tiket one hour yang harganya 2,9 euro (47.000 rupiah). Nanti pas pulang saya beli lagi tiket one hour seharga 2,9 euro lagi. Jatuhnya lebih murah daripada tiket one day yang 6,5 euro (107.000 rupiah). Jadi saya tertipu lagi secara konstitusional setelah sebelumnya juga tertipu secara konstitusional saat tukar uang di Praha. Tapi untunglah bedanya hanya 0,7 euro (11.000 rupiah) saja.

Kemudian soal tiket masuk. Di Madurodam tiket masuk seharga 15,5 euro (255.000 rupiah). Di Madame Tussaud tiket masuk 20 euro (330.000 rupiah) setelah dapat kartu diskon di hotel dari harga normal 22,5 euro (371.000 rupiah). Dengan harga-harga yang selangit tersebut mana mungkin saya bisa menikmati seluruh tempat wisata. Saya tidak masuk ke museum-museum misalnya. Cukup di depannya saja, foto-foto, lalu pindah lagi ke objek yang lain. Tentu gak masuk juga, hanya foto-foto saja. Khas indonesia banget. Tapi sebenarnya ada kendala waktu juga. Karena waktu tinggal saya yang sangat sempit di setiap kota maka saya juga tidak akan bisa menikmati semua objek walau seandainya punya banyak uang. Ini bisa jadi sebuah alasan yang baik. Nanti kalau ada yang tanya kenapa gak masuk ke Rijks Museum misalnya maka saya bisa bilang waktunya gak keburu. Dan saya gak bohong kan.

Artikel Terkait