45. Tentang Bahasa Inggris

 

Did you cleaned your dishes? Itulah yang tertulis di lobby, sekaligus resepsionis, sekaligus ruang internet, sekaligus ruang kongkow, sekaligus ruang makan, sekaligus dapur. Pokoknya itu satu-satunya ruangan selain kamar yang terdapat di Amigo Budget Hostel, Linneausstraat, Amsterdam.

Saya tidak akan membahas maksud tulisan tersebut karena memang di semua budget hostel atau apartemen yang saya tempati, semua tamu harus self service dan membersihkan kembali seluruh peralatan makan dan peralatan dapur yang dipakainya. Bahkan di warung kebab di Praha para pelanggan harus membawa sendiri semua wadah bekas makannya ke ke troley khusus piring dan gelas kotor.

Yang mau saya bahas adalah tentang bahasa. Ternyata orang Belanda sendiri yang bahasa Inggris menjadi bahasa keduanya masih bisa salah secara grammar. Saya masih ingat sekali pelajaran bahasa Inggris di SMP, grammar untuk kalimat simple past tense. Verbnya menggunakan bentuk kedua. You clean your dishes (simple present tense) menjadi you cleaned your dishes (simple past tense). Tetapi untuk kalimat tanya, jika bentuk kedua do ada di depan menjadi did, maka verb di belakangnya kembali ke verb bentuk pertama. Do you clean your dishes? (simple present tense) menjadi did you clean your dishes? (simple past tense).

Jadi jika orang Belanda sendiri bisa salah, seharusnya kita gak perlu terlalu malu kalau salah juga. Adapun kesalahan umum yang sering kita ucapkan adalah selalu memakai to be am setiap ada I tanpa melihat apakah to be itu diikuti oleh infinitive atau noun atau adjektive. Jadi kita mengucapkan I am from Indonesia, I am 25 years old, I am buy some souvenirs. Dua yang pertama benar karena to be diikuti oleh non verb. Yang terahir salah karena to be diikuti oleh verb. Seharusnya kita mengucapkan I am buying some souvenirs atau I buy some souvenirs.

Tapi benar gak yang saya sampaikan di atas. Tanya dulu ah ama guru bahasa Inggris saya, Made Panji Teguh Santoso. Benar gak pak Made?

Kenapa saya membahas ini? Karena pelajaran bahasa Inggris kita diajarkan sebagai ilmu bukan sebagai ketrampilan. Hasilnya adalah grammar yng masih salah dan ketrampilan berbahasa yang sangat rendah. Saya sebagaimana semua generasi sebaya sudah belajar bahasa Inggris selama 7 tahun, 3 tahun SMP, 3 tahun SAM dan 1 tahun kuliah. Tapi hasilnya tetap tidak bisa berbahasa Inggris sebagai sebuah ketrampilan berbahasa. Tetapi setelah hampir sebulan di Eropa saat ini, saya kok merasa bahasa Inggris saya jadi lumayan. Bisa mengerti omongan orang dan bisa ngobrol dengan orang. Walaupun entah kenapa, tetap lebih jelas ngomong dengan orang bule bukan native Inggris atau Amerika. Di telinga saya orang asli Inggris dan Amerika kalau ngomong seperti kumur-kumur saja. Padahal kalau di Indonesia, mau ngomong aja selalu macet. Dengar orang ngomong gak mudeng. Dari sini saya percaya bahwa ketrampilan berbahasa adalah masalah pembiasaan.

Artikel Terkait