Tiba2 ada panggilan telepon dari salah satu customer kami www.mitracoteknik.com yg menanyakan rapid test. Nada suaranya agak sedikit panik krn dia butuh rapid test mendadak.
Sebenarnya tdk ada masalah dg kemendadakan ini krn barang ready stock. Tapi masalahnya ini utk dikirim ke jakarta dan sdh harus ada besok pagi. Dia tanya apakah bisa kirim ke jakarta besok pagi. Saya jawab bisa, tapi mungkin ongkirnya agak mahal krn tdk bisa dikirim pakai gojek motor tapi harus gocar krn jarak cikarang-jakarta tdk bisa dicapai dg gojek motor.
Dia minta saya cek ongkir dan saya bilang ok. Tapi kemudian dia tanya apakah bisa langsung diambil ke tempat saya saja dan bayar COD. Saya jawab tentu saja bisa malah lebih bagus begini.
Lalu dia minta alamat dan shareloc. Nanti ada yg ambil katanya. Saya jawab oke dan kirim shareloc. Tdk lama kemudian ada yg datang utk ngambil barang. Saya pikir yg datang itu driver atau semacam itu. Karena itu saya kaget juga krn yg datang itu orang jepangnya sendiri.
Awalnya saya tdk ngeh dia orang asing krn dia pakai masker. Jadi saya bilang mau ambil rapid ya. Dia jawab i can’t speak bahasa. Olala, setelah saya lihat lagi ternyata dia orang jepang.
Sebenarnya ini adalah order kedua dari perusahaan tsb. Waktu order pertama barang kami kirim dan di surat jalan dicantumkan nama penerima Mr. Shirayanagi. Jadi utk surat jalan kedua ini saya tinggal print yg pertama saja dg ganti tanggal.
Yg menarik lagi selain orang jepang langsung yg ngambil barang adalah dia langsung muncul di tempat saya tanpa tanya2 lagi. Cukup hanya berbekal shareloc saja. Beda dg kebanyakan orang indonesia. Walaupun sdh saya kasih shareloc namun tetap saja masih tanya2. Bahkan ada yg tanya sampai berkali2. Dia bilang sdh sampai di suatu tempat lalu telpon saya lagi tanya terus ke mana lagi. Padahal sdh jelas2 alamat saya persis sesuai titik di shareloc.
Yg lebih parah adalah orang yg pulang lagi krn tidak ketemu alamat saya. Rumah saya no 36, tapi memang tidak ada nomor yg terpasang di dinding. Dia bilang sdh sampai di tempat saya tapi tdk ketemu no 36. Katanya yg ada no 30, 32, 34, 38, 40 dan 42. Nomor 36 tdk ketemu katanya, jadi dia pulang lagi.
Walau saya orang indonesia, tapi kalau perilaku mencari alamat maka saya lebih mirip orang jepang itu. Kalau sdh ada shareloc atau google map, maka saya tdk pernah lagi tanya2 pada orang.
Kalau istri saya lebih tipical orang indonesia yg lebih suka bertanya. Krn itu kadang2 kami sering bertengkar juga dalam tanda kutip saat traveling backpacker di luar negeri. Saya selalu mengandalkan google map walau harus bolak balik. Dia kesal karena bolak balik dan minta bertanya saja pada orang. Sebaliknya saya malas bertanya utk sesuatu hal yg sdh jelas di google map.
Bolak balik cari alamat ini kami alami pada hari terakhir di roma menjelang balik ke jakarta. Saat itu kami baru saja datang dari Bologna dan menginap semalam di Roma utk keesokannya balik ke jakarta. Saya sdh sampai di titik tempat penginapan sesuai google map. Tapi tdk ada tanda2 di sana ada penginapan. Nomornya juga tidak cocok padahal benar2 sdh sesuai titik di map. Jadi terpaksalah saya bolak balik mencari nomornya dan bertanya2. Ternyata sungguh keterlaluan, alamat yg benar itu sekitar 500 m dari dari titik di google map. Padahal titik google map itu info dia sendiri di aplikasi booking dot com.
Saya marah2 pada resepsionisnya kenapa lokasi di google map berbeda jauh dg sebenarnya. Apalagi mencarinya sambil menyeret2 koper besar yg berat sekali. Belum lagi ransel dan tas tangan. Pokoknya benar emosi saat itu.
Tapi kelihatannya marah2nya percuma saja. Bahasa inggris saya kan tdk bagus. Ngomong biasa tanpa marah2 saja orang belum tentu mengerti bahasa inggris saya apalagi yg pakai marah2. Saya juga tdk optimal mengungkapkan marah2 dalam bahasa inggris krn sambil mikir ini bahasa inggrisnya apa ya. Kemudian resepsionisnya adalah orang italia yg bukan penutur asli bahasa inggris juga. Jadi kloplah kalau marah2 saya percuma saja. Sama2 tdk optimal dalam mengungkapkan dan mendengarkan.