Di bawah ini adalah posting saya tentang talent mapping di wag sekolah. Mungkin ortu yg lain pernah mengalami juga dan berminat ikut sharing.
Mhn izin ke ortu dan pihak sekolah di wag ini karena saya ingin sedikit mengangkat diskusi ttg talent mapping yg diterima saat pembagian rapor kemarin. Ada beberapa item pemikiran saya pribadi yg ingin saya sharing tentang talent mapping ini.
1. Menurut saya orang tua dan guru lebih tahu tentang talent mapping anak karena berinteraksi langsung dg anak selama bertahun2.
2. Konsultan hanya berdasarkan pada isian kuesioner saja tanpa adanya pendalaman. Memang ada sesi interview yg saya kira pendalaman namun ternyata bukanlah interview pendalaman, tapi hanya info umum saja dari pihak konsultan kepada anak. Oleh karena itu metodologi kuesioner adalah faktor satu2nya yg mempengaruhi hasil talent mapping. Salah metodologi akan memberikan hasil yg menyimpang. Sementara kita tdk tahu, sekuat apa dan seterbukti apa metodologi yg dipakai konsultan.
3. Saya dapat info bahwa konsultan ini sudah biasa dalam mengases karyawan perusahaan utk keperluan promosi atau keperluan profesional lainnya. Tapi menurut saya metode asesmen karyawan utk keperluan profesional berbeda dg asesmen talent siswa utk mengarahkan hidupnya ke depan.
4. Menurut info yg saya gali dari fathan, kuesioner bakat mencoba mengarahkan anak utk menjawab apa yg sesuai atau apa persepsi anak tentang dirinya sendiri. Kuesioner bakat menunjukkan bahwa fathan sangat dominan dalam empati sehingga empati jadi nomor 1 dari 34 item. Fathan mengakui bahwa dia memang sangat kuat di empati. Jadi dia menduga bahwa dia dipilihkan jurusan sosial krn kuat di empati. Padahal minat teknik, sain atau sosial tentu saja tdk ada hubungannya dg empati. Tidak bisa dikatakan bahwa empati orang teknik di bawah orang sosial misalnya.
5. Kuesioner minta juga mencoba memforecast minat anak dg pertanyaan seperti apakah kamu suka membangun rumah. Fathan sempat berpikir dalam hati seolah2 jika suka membangun rumah maka minatnya adalah teknik.
6. Berdasarkan poin 4 atas maka kenapa saya begitu menekankan pada metodologi. Apakah metodologi yg digunakan sdh benar. Metodologi saya pertanyakan krn dg empati sebagai bakat no 1 maka fathan dianggap sangat berbakat di bidang komunikasi, psikologi dan sosial. Fathan dianjurkan memilih 3 jurusan di atas.
7. Metodologi kembali saya pertanyakan berhubungan dg poin no 5. Saya menduga bahwa ada metoda mengaitkan minat membangun rumah dg minat di bidang teknik. Pertanyaan ini ambigu dan berpotensi misleading. Bagi sebagian orang membangun rumah berarti penuh dg aspek teknis seperti perencanaan, konstruksi, pembiayaan dll. Bagi sebagian orang membangun rumah berarti cukup menyediakan dana dan suruh orang lain mengerjakannya. Anak dg talent pengusaha atau anak orang kaya mungkin saja menjawab minat membangun rumah dg pengertian seperti di atas. Bisa saja dia sangat benci teknik tapi berminat membangun rumah dg tinggal menyuruh orang.Tapi talent mapping membacanya sebagai minat di bidang teknik.
8. Mengacu pada poin 1, sebenarnya saya berharap ada peran guru sebagai kalibrator hasil talent mapping apakah hasilnya memang sudah mewakili atau justru kontradiktif. Ini krn guru sudah berinteraksi dg siswa selama 2,5 tahun sedang pihak konsultan tdk ada interaksi sama sekali. Dia hanya mengandalkan kuesioner yg kalau metodologinya salah maka hasilnya jg akan salah besar.
9. Saya melihat hasil talent mapping sangat bertolak belakang dg bakat dan minat fathan. Dia dianggap berbakat dan berminat dalam bidang komunikasi dan sosial padahal fakta yg ada sangat sebaliknya. Sejak sekolah taman kanak2 fathan adalah orang yg sangat tdk komunikatif dan susah bergaul. Jika teman2nya main ayunan, lari2an dan lain2 maka dia hanya diam di tempat saja. Saat teman2 sekolah dasarnya main bola di halaman sekolah maka dia hanya berdiri saja menonton. Walau saya terus mendorongnya agar bergaul dan bersosialisasi, tapi saya tdk melihat perubahan yg signifikan selama di sma ini. Salah satunya kelihatan dalam foto bersama. Jika anak2 lain berfoto dg macam2 gaya dan ekspresi, maka fathan selalu terlihat berdiri kaku di belakang atau di samping. Jadi bagaimana sampai disimpulkan oleh talent mapping bahwa bakat dan minatnya adalah sosial?
10. Yg lebih mengejutkan bahkan talent mapping menyimpulkan bahwa komunikasi adalah bakat dan minat fathan nomor satu sehingga merekomendasikan masuk jurusan komunikasi. Padahal saya tahu betul bahwa komunikasi adalah kelemahan terbesar dia. Dia berbicara dg artikulasi kata2 sangat lemah, lebih seperti menggumam sehingga lawan bicaranya akan sering bertanya apa, apa, krn tidak jelasnya artikulasi ucapan dia. Belum lagi dia bukanlah komunikator yg baik krn sangat pendiam. Ditanya satu maka jawabannya satu. Padahal saya selalu memancing dan mendorongnya agar menjawab lebih panjang. Saya merangsang dia dg mengajukan pertanyaan2 yg butuh analisis utk menjawabnya agar dia mau bicara lebih panjang. Tapi selalu saja jawabannya hanya sepatah dua patah saja. Jadi bagaimana ceritanya sampai talent mapping mengatakan bahwa bakat dan minat fathan nomor satu adalah komunikasi?
11. Selama sekolah sma fathan sering terlibat dalam berbagai kegiatan dan lomba karya ilmiah. Bersama kelompok ilmiahnya dia berkali2 ikut kompetisi di bogor, malang dan bahkan sampai ke kuala lumpur malaysia. Kalau utk ini saya percaya bahwa dia ada bakat dan minat di bidang yg menuntut ketekunan dan intelegensia. Gurunya juga mengatakan bahwa fathan bagus saat praktikum. Nah, bagaimana ceritanya sampai talent mapping tdk melihat sama sekali potensi ini? Tdk ada pembahasan sama sekali bakat dan minat di bidang sain atau teknik utk fathan apalagi merekomendasikannya.
12. Saya mohon jangan ada salah duga.
Tulisan saya tdk berpretensi utk menyalahkan konsultan talent mapping. Bisa saja metodologi yg mereka gunakan sdh benar dan teruji. Tapi saya kan tidak tahu dg metodologi mereka itu. Yg saya tahu dan bisa saya analisis hanyalah hasil talent mappingnya saja dan beberapa contoh pertanyaan dalam kuesioner yg saya tanyakan ke fathan.
13. Pretensi tulisan saya hanyalah utk mengajak kita diskusi dan mengevaluasi talent mapping ini. Misalnya saja dg melibatkan guru sebagai kalibrator hasil talent mapping krn saat ini saya lihat guru tdk terlibat sama sekali. Yg saya dengar guru hanya diberi pembekalan ttg talent mapping, tapi metodologi kuesioner, pengolahan data dan sampai pada kesimpulan hasil maka guru tdk terlibat sama sekali. Guru hanya menyampaikan hasil ke ortu saat pembagian rapor.
14. Saya mendorong ortu lain utk ikut menganalisis hasil talent mapping ini. Saya malah tidak menyarankan ortu utk mentah2 menerima saja hasil talent mapping. Besar sekali konsekuensinya jika ternyata, maaf saya ulangi lagi dg penekanan pada kata JIKA, jika ternyata metodologinya salah.
Saya lebih menyarankan utk mendengar masukan dari guru karena mereka sdh mendampingi anak2 selama 2,5 tahun.
15. Saya mohon maaf jika ada kata2 yg salah dan jika analisis saya ternyata salah. Saya benar2 tdk ada maksud memojokkan apalagi menyalahkan pihak tertentu. Niat saya benar2 murni hanya demi kebaikan anak.