3. Harga murah selalu berbanding lurus dengan kerepotan dan risiko dan berbanding terbalik dg kenyamanan. Seperti sdh disebut, kerepotan pertama adalah saat hunting tiket. Kerepotan kedua adalah saat saling menunggu flight rombongan lain di changi. Tapi gak apa2, ini adalah bagian dari pembelajaran. Guru pendamping rombongan sdh dibriefing dan diberikan sop rinci apa yg harus dilakukan saat sampai di changi. Bgmn mengisi kartu imigrasi, bgmn mencari gate arrival, bgmn mencapai imigrasi, bgmn mengambil barang bagasi (seharusnya tdk ada barang bagasi krn anak2 sdh disetting utk hanya membawa tas kabin). Itu semua harus dihadapi oleh guru pendamping anak2. Ketidaknyamanan pertama yg dihadapi adalah ternyata pesawat rombongan terakhir delay 1 jam.
Kembali pada pembelajaran. Saat cek in lebih gampang jika dilakukan secara kolektif. Tp krn kita ingin memberikan pembelajaran, maka mereka harus cek in sendiri seperti orang lain.
Pembelajaran kedua adalah penerapan kedisiplinan. Alhamdulillah anak2 cordova sdh biasa disiplin, biasa tertib, biasa antri saat sehari2 di sekolah. Antri wudhu, antri makan siang dll. Jadi saat di bandara terlihat mencolok sekali betapa tertibnya mereka. Berjalan secara berbaris tertib, berdiri tertib, duduk tertib. Beda banget dg rombongan umroh yg kebetulan ada di bandara juga. Mereka apa2 bergerombol. Maka saking tertibnya, para penumpang lain banyak yg melihat dg pandangan kagum. Saat ke toilet berbaris, mau sholat subuh berbaris, menuju gate cek in berbaris dst.
Tapi semua upaya tim guru tidak sia2. Penghematan yg didapat sangat signifikan. Sekolah lain mengenakan biaya 8jt utk kunjungan satu negara, singapura atau malaysia. Sementara cordova cukup dengan 4,5jt saja sdh dapat dua negara, singapura dan malaysia.