5. Kota Kuno Ephesus

Saya pertama kali ke Turki pada bulan April tahun 2019. Saat ada yang mengatakan bahwa ada salju di Uludag maka saya boleh dikatakan bukan setengah tidak percaya tapi sudah tiga perempat tidak percaya. Bukankah bulan April sudah di tengah musim semi yang dimulai bulan Maret. Musim dingin yang jatuh pada bulan Desember-Februari sudah lama terlewati. Jadi mana mungkin masih ada salju di bulan April.

Tapi dugaan saya keliru. Salju bukan hanya masih ada namun malah masih tebal. Bukan hanya masih tebal namun malah masih dipakai untuk main ski.

Sekarang kunjungan kedua ini jatuh pada bulan Maret. Tentu saja sangat jelas bahwa salju masih ada, tebal dan masih dipakai untuk main ski.

Dari bandara Istanbul kami langsung ke Bursa. Setelah berkunjung sebentar ke masjid Ulu Cami dan silk market maka perjalanan langsung dilanjutkan ke Uludag.

Uludag adalah sebuah gunung yang terletak di sebelah barat daya kota Bursa, Turki. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2.543 meter di atas permukaan laut dan dikenal sebagai salah satu tujuan wisata populer di Turki.

Selama musim dingin Uludag menjadi tempat yang sangat populer bagi para wisatawan yang ingin bermain ski atau snowboard. Terdapat beberapa resor ski yang beroperasi di sana dan menyediakan berbagai fasilitas seperti lift ski, restoran, serta akomodasi.

Kami tentu saja tidak ikut main ski walaupun ada fasilitas rental peralatan ski di sana. Perlengkapan dan peralatan bermain ski cukup ribet dan perlu latihan berkali-kali sebelum bisa bermain ski.

Sebagai penduduk daerah tropis maka kami sudah sangat excited hanya dengan bermain salju saja. Main lempar-lemparan salju, naik turun gundukan salju, meluncur bebas di salju, melihat orang main ski dan tentu saja sambil mengambil foto-foto.

Destinasi berikutnya adalah kota kuno Ephesus yang terletak di wilayah Anatolia, barat daya Turki. Kota ini didirikan pada sekitar abad ke 10 SM oleh suku-suku Yunani dan terus berkembang menjadi salah satu kota terbesar dan terkaya di dunia kuno.

Ephesus adalah pusat kebudayaan dan perdagangan di Laut Tengah Timur dan menjadi pusat agama pada zaman Yunani dan Romawi Kuno. Pada zaman Yunani Kuno kota ini dikenal sebagai tempat ibadah untuk dewi Artemis. Kemudian pada masa pemerintahan Romawi kota ini menjadi pusat agama Kristen, tempat di mana St. Paulus memberikan khotbahnya.

Salah satu tempat terkenal di Ephesus adalah Kuil Artemis, sebuah kuil yang dibangun pada abad ke 6 SM dan menjadi salah satu kuil terbesar dan terindah di dunia kuno. Kuil ini memiliki 127 tiang marmer yang tingginya mencapai 20 meter dan dianggap sebagai keajaiban arsitektur zaman kuno.

Selain Kuil Artemis, kota kuno ini juga memiliki berbagai bangunan dan monumen yang indah seperti Agora, Odeon, Perpustakaan Celsus, dan Teater Romawi yang menampung lebih dari 25.000 orang. Ephesus juga memiliki jalan-jalan marmer yang indah dan jaringan saluran air yang kompleks yang mengalir ke seluruh kota.

Namun pada abad ke 7 M kota ini mulai mengalami kemunduran akibat serangan oleh bangsa Persia dan gempa bumi yang sering terjadi di wilayah tersebut. Pada abad ke 14 M kota ini ditinggalkan dan perlahan-lahan terkubur oleh tanah dan pasir.

Saya sudah pernah ke Ephesus empat tahun yang lalu sebagai bagian dari traveling backpacker Turki. Saat itu kami, saya dan istri, hanya jalan berdua tanpa pemandu. Kami lebih banyak hanya menikmati reruntuhan kota saja tanpa banyak dapat informasi selain yang tertulis di papan signage.

Tapi karena saat ini kami bersama rombongan SMPIT Cordova maka ada pemandu wisata yang selalu mendampingi. Dia bercerita di setiap spot yang dlilewati. Dari dia kita dapat info tentang pertentangan antara kaum pagan dan orang kristen. Awalnya orang kristen tidak berani menunjukkan identitasnya dan mereka diburu oleh kaum pagan. Tapi kemudian terjadi sebaliknya yakni kaum kristen yang berkuasa dan orang pagan yang diburu.

Ada sebuah info yang sangat menarik dan bisa membuat kita tersenyum. Kami sampai di sebuah situs toilet umum kuno yang biasa digunakan oleh orang Ephesus pada masanya.

Toilet itu seperti undakan tangga. Di undakan tersebut dibuat lubang berjejer jarak sekitar 50 cm sebagai lubang toilet. Di bawahnya ada air yang mengalir. Lalu orang-orang duduk di sana menunaikan hajatnya tanpa pembatas. Mereka duduk berjajar di sepanjang undakan itu yang berkapasitas untuk sekitar 30-40 orang.

Yang menarik adalah mereka akan ngobrol dan bercengkerama selama di sana. Lebih lucu lagi ada suguhan live music di depan mereka. Toilet itu berupa bangunan segiempat di mana di tengahnya adalah tempat penyanyi dan pemusik.

Tidak heran kegiatan di toilet bisa memakan waktu 1 jam karena digunakan untuk hang out. Waktunya dibagi yakni pagi untuk laki-laki dan sore untuk perempuan. Tidak diceritakan bagaimana kalau ada laki-laki atau perempuan yang perutnya mules padahal bukan giliran waktu dia.

Ada tiga momen bersosialisasi untuk penduduk Ephesus zaman itu. Pertama adalah di amphitheater saat menonton pertarungan gladiator. Yang kedua di tempat pemandian umum. Yang ketiga adalah saat di toilet seperti cerita di atas.

Bersambung

Toilet Kuno

Jalan utama kota

Library

Reruntuhan kota

Berjalan di lorong

Sebagian reruntuhan

Artikel Terkait