Saya pernah mengira dan meyakini bahwa jadi tour guide itu adalah pekerjaan paling menyenangkan di dunia. Jika orang lain mau keliling dunia harus membayar dan menyiapkan dana yang lumayan maka tour guide bisa keliling dunia gratis dan bahkan dibayar lagi.
Itu adalah keyakinan saya saat selalu traveling backpacker sendiri tanpa travel biro. Tapi setelah ikut travel biro selama dua pekan di Amerika maka saya mulai agak ragu karena melihat repot dan capeknya tour guide.
Tour guide tidak sempat memperhatikan diri sendiri. Setiap saat dia harus memperhatikan orang-orang jangan sampai ketinggalan apalagi hilang. Kadang-kadang dan bahkan sering harus bolak balik menjemput peserta yang tidak taat waktu. Sudah waktunya kembali ke bus namun ada yang belum balik. Terpaksalah tour guide turun kembali mencari dan menjemput peserta yang belum muncul tersebut.
Saat orang-orang lain istirahat atau tertidur di dalam bus maka dia tidak bisa istirahat. Dia sibuk mengarrange nanti makan di mana. Sibuk menghubungi hotel tempat menginap. Sibuk mencek lagi itinerary dan schedule. Sibuk koordinasi dengan driver dan aneka kesibukan yang lain.
Saat sampai di hotel dia sibuk mengatur barang bawaan. Sibuk mengatur cek in dan pembagian kamar. Belum lagi kalau peserta belum makan. Dia baru bisa masuk kamar paling akhir setelah semua peserta dipastikan sudah di kamar masing-masing.
Keraguan saya makin bertambah saat traveling Turki 2 bersama travel biro lagi. Karena sudah pernah menjelajah Turki secara mandiri beberapa tahun yang lalu maka tingkat excited saya tidak setinggi sebelumnya. Apalagi destinasi yang dikunjungi adalah destinasi yang dulu pernah saya kunjungi juga.
Excited saya jadi turun karena ada sedikit rasa bosan karena yang dilihat adalah hal yang sama. Jika saya yang melakoni hal yang sama baru dua kali saja sudah merasa sedikit bosan maka apalagi tour guide yang harus melakoni berkali-kali. Tentu bosannya sudah tidak ketulungan lagi.
Meskipun tour guide tetap semangat dalam menjalankan tugasnya namun saya merasakan ada getar-getar kebosanan dalam gesturenya. Dia tentu tidak akan melihatkan rasa bosan itu. Bahkan semua tour guide akan menyembunyikannya. Tapi bagaimanapun juga gesture tentu tidak bisa bohong.
Melihat tour guide Amerika yang begitu sibuk dan capek maka saya mulai meragukan keyakinan saya. Ditambah dengan sedikit rasa bosan yang saya alami di Turki maka membuat saya tidak lagi menganggap tour guide adalah pekerjaan paling menyenangkan di dunia. Jadi tetap saja pekerjaan paling menyenangkan bagi saya adalah dagang.
Tapi ada kontradiksi juga. Saya pernah mengajak orang dan arrange backpacker Jepang dua kali. Tapi anehnya saya tidak merasa bosan ke Jepang. Saya tetap saja merasa excited setiap ke Jepang.
Apakah karena penginapannya beda dan orang-orangnya juga beda? Tapi bukankah tour guide yang lain juga akan mendapatkan orang yang berbeda-beda juga? Atau mungkin karena saya bukan tour guide tapi hanya arranger saja?
Saat menawarkan backpacker Jepang saya memang menyampaikan dari awal bahwa ini traveling backpacker. Tiap orang mengurus dirinya sendiri. Saya sampaikan juga bahwa tidak ada pelayanan dan tidak ada yang namanya customer satisfaction. Bahkan saya sampaikan bahwa traveling bersama saya paling banyak kekurangannya sedangkan kelebihannya tidak ada sama sekali.
Mungkin karena itu saya enjoy saja saat bersama-sama di Jepang. Tidak ada tekanan apa-apa karena sejak awal saya sudah memposisikan diri bukan sebagai tour guide. Jadi saya benar-benar tanpa beban sama sekali selama di Jepang tersebut. Apakah karena itu maka saya tetap excited di Jepang?
Di Turki para tour guide benar-benar profesional. Tour guide kami kuliah 6 tahun di jurusan pariwisata untuk bisa menjadi tour guide. Ada sertifikasi juga yang bisa dicabut jika dia melakulan pelanggaran.
Di Malaysia tour guide walau tidak harus lulusan perguruan tinggi pariwisata namun mereka harus ikut pelatihan dulu. Lalu ada ujian dan evaluasi. Penguji akan mengawasi praktik mereka secara langsung. Setelah memenuhi syarat maka barulah mereka mendapatkan licence sebagai tour guide yang ada masa berlakunya.
Kembali ke Turki maka saya melihat mereka benar-benar menyiapkan negaranya sebagai destinasi pariwisata dunia. Hasilnya Turki adalah 4 besar dunia dalam mendatangkan wisatawan. Menurut tour guide kami peringkat pertama adalah Prancis dengan 80jt wisatawan dan diikuti Spanyol yang agak di bawah 80jt. Peringkat ketiga adalah Amerika dengan 40jt wisatawan dan Turki di peringkat keempat dengan jumlah wisatawan sedikit di bawah Amerika.
Bersambung