Perjalanan dari Amman ke Petra membutuhkan waktu 4 jam perjalanan dengan bus. Petra adalah situs kota kuno yang katanya masuk ke dalam 7 keajaiban dunia.
Penduduknya memahat gunung-gunung batu menjadi bangunan yang menakjubkan. Banyak yang mengira bahwa itu adalah rumah tempat tinggal mereka. Tapi menurut tour guide itu adalah kuburan orang-orang kaya mereka. Mereka sendiri tidak tinggal di area tersebut.
Dari tempat perhentian bus sampai ke titik no 4 yang menjadi lokasi iconic Petra berjarak sekitar 2,5 km. Pengunjung diberi pilihan apakah akan berjalan kaki atau pakai golf car dengan tarif USD 40 pp.
Kami mengikuti kebanyakan peserta yang memilih berjalan kaki bersama tour guide. Perjalanan melewati jalan setapak yang berbatu-batu mengingatkan saya saat menyusuri kota kuno Ephesus di Turki dari ujung ke ujung. Jaraknya juga boleh dikatakan hampir sama.
Bedanya jalan di Ephesus adalah jalan di kota kuno yang sengaja dibuat memakai susunan batu. Adapun jalan di Petra adalah jalan alami di antara dua bukit batu.
Sepanjang perjalanan kami menikmati landscape alam yang luar biasa. Kita seperti berjalan di lorong yang diapit bukit batu yang tinggi di kiri kanan. Saking tingginya maka cahaya matahari terhalang sehingga kita berjalan di bawah bayangan bukit tersebut. Ditambah dengan suhu udara yang menurut saya justru tergolong sejuk untuk ukuran musim panas maka perjalanan terasa menyenangkan.
Karena proses abrasi oleh angin dan air selama ribuan tahun maka setiap bukit batu punya bentuknya masing-masing. Seperti di Cappadocia maka kata yang tepat hanyalah eksotik. Saya sangat menikmati pemadangan dan landscape alam yang eksotik ini.
Tidak terasa kamipun sampai di situs Petra yang iconik tersebut. Ternyata ini adalah sebuah lembah yang tidak terlalu luas namun dikelilingi oleh bukit batu di sekelilingnya.
Bukit batu tersebut benar-benar menutup lembah dengan sempurna. Hanya ada celah kecil berupa lorong selebar sekitar 6 m sebagai akses untuk mencapai lokasi tersebut. Celah tersebut seakan-akan memotong bukit batu dari atas sampai ke bawah.
Dari jarak kejauan beberapa puluh meter sebelum kita sampai maka di ujung lorong sudah terlihat bangunan Petra yang iconik tersebut. Wow akhirnya saya sampai juga di Petra sebuah destinasi yang sebenarnya tidak terlalu menjadi obsesi saya. Tapi setelah berjalan sekitar setengah jam dan sampai di titik tersebut maka saya harus mengakui bahwa ini sangat worth it untuk dilihat. Eksotisismenya hampir sama dengan tempat-tempat alam lainnya yang pernah saya kunjungi seperti Cappadocia, Niagara dan Grand Canyon.
Bangunan iconic Petra itu seperti kita ketahui adalah bukit batu yang dipahat. Teknologinya sungguh luar biasa sehingga menyerupai istana Romawi kuno. Bagaimana orang zaman dulu bisa memahat sedemikian besar, sedemikian tinggi namun sekaligus sedemikian detil dan halus.
Bangunan itu terdiri dari dua tingkat dengan fasad depan sama persis dengan bangunan Romawi kuno termasuk pilar tinggi yang sangat khas Romawi itu. Tour guide mengatakan bahwa tingkat dua adalah kuil pemujaan kaum pagan sedangkan tingkat satu adalah kuburan.
Sebagai penyuka segala sesuatu yang eksotis maka tentu saja saya sangat excited selama berada di sana. Mengagumi arsitektur pahatan dan mengagumi landscape bukit batu yang mengelilinginya.
Kami meninggalkan Petra sekitar jam 14 untuk selanjutnya menuju Wadi Rum. Di sana tertulis Wadi Rum namun dibacanya Wadi Ram.
Wadi Rum diclaim oleh tour guide sebagai gurun pasir terindah di dunia. Karena itu pernah berkali-kali digunakan sebagai lokasi shooting beberapa film Holywood.
Saya mengakui bahwa gurun pasirnya beda. Saya pernah ikut adventur di gurun Dubai namun itu hanya gurun pasir saja. Tapi Wadi Rum beda. Dia tidak hanya gurun pasir melainkan juga bukit atau gunung batu yang lagi-lagi sangat eksotik.
Saat naik mobil melintasi gurun maka kita benar-benar disuguhi pemandangan landscape alam yang luar biasa. Sebagian dari gunung batu itu berada di kejauhan. Sebagian lagi sangat dekat karena mobil menyusuri pinggirnya.
Sebagaimana jamaknya gurun pasir maka tentu saja anginnya kencang sekali. Jika saya masih muda maka saya akan menikmati semuanya. Tapi karena sekarang sudah tua maka hembusan angin kencang hanya akan membuat saya masuk angin.
Dalam itinerary disebutkan bahwa kita akan menginap di Wadi Rum namun saya belum terbayang seperti apa bentuknya. Ternyata kami dibawa ke sebuah camp di tengah gurun pasir namun posisnya persis di pinggiran tebing gunung batu. Itu dapat menjadi pelindung dari sengatan cahaya matahari.
Tempat tersebut diberi nama Rum Oasis Luxury Camp. Walau disebutnya camp namun saya melihatnya lebih sebagai resort. Yang kita tahu selama ini resort adanya di pegunungan atau di pantai. Tapi ini beda karena berada di tengah gurun pasir.
Sebagaimana resort yang kita kenal maka camp ini dilengkapi dengan bungalow-bungalow satu kamar tempat menginap sampai pada ukuran yang lebih besar. Ada juga kolam renang, ruang makan yang besar, ruang pertemuan dan spot-spot di mana kita bisa duduk santai menikmati suasana.
Bagi saya ini adalah pengalaman baru lagi yang menarik hati. Ini menambah lagi khazanah tempat saya pernah menginap. Mulai dari yang paling konvensional hotel, hostel, apartemen, rumah tinggal, resort pegunungan, resort pantai dan paling baru resort gurun pasir.
Bersambung