Supaya lebih sistematis, tips marketing yg saya lakukan saya berikan nomor ya.
1. Ada tiga cara bagaimana transaksi biasanya terjadi. Pertama adalah hasil dari upaya kita selama ini melakukan marketing selama ini. Ada beberapa pola marketing seperti pasang iklan, turun langsung ke lapangan dan digital marketing.
Pola terakhir inilah yg saya lakukan selama ini krn banyak kelebihannya seperti dapat dilakukan kapanpun, pasarnya menjangkau seluruh indonesia dan yg paling penting free, gratis. Hasilnya bisa instan saat itu juga namun bisa juga berproses. Bisa jadi transaksi yg terjadi hari ini adalah hasil dari marketing tahun lalu.
Transaksi yg terjadi dari hasil marketing ini akan kita nikmati saat tiba2 ada wa atau telepon yg masuk menanyakan produk kita. Hampir semua transaksi saya polanya seperti ini. Saat dalam hening tiba2 ada telepon menanyakan meja belajar, sepatu safety, filter nozzle, box meter air dan lain2. Soalnya memang ada puluhan produk yg saya marketingkan. Saya berpegang pada teori probabiliti yakni semakin banyak produk yg kita jual maka semakin besar peluang terjadi transaksi. Bisa juga saat buka wa, tiba2 masuk bbrp pesan wa yg menanyakan produk kita.
Intensitas transaksi ini tdk dapat diprediksi. Bisa saja dalam sehari saya dapat bertubi2 telepon dan pesan wa yg menanyakan produk. Bisa juga berhari2 tidak ada transaksi yg terjadi. Tetapi biasanya setiap pekan selalu ada transaksi.
Nominal transaksi juga tidak bisa diduga. Jika ada yang mengambil meja belajar dalam jmlh puluhan atau ratusan set maka nilainya tentu sangat lumayan. Jika ada yg mengambil filter nozzle atau tube settler dalam jumlah ratusan pcs maka nilai transaksinya jauh lebih besar lagi. Ini sudah lumayan bisa digunakan utk backpacker.
Intermezo saja, tahun 2019 adalah masa traveling back packer paling banyak dan paling panjang.
Backpacker jepang #2, durasi 2 pekan
Backpacker turki, durasi 3 pekan
Backpacker umroh ramadhan, durasi 3 pekan
Backpacker italy, swiss dan balkan, durasi 4 pekan.
Saya tdk menyangka juga. Ternyata jika semua dijumlah maka itu mencapai 12 pekan atau 3 bulan traveling backpacker. Lama juga ya.
Wabah corona tahun 2020 ini membuat semua jadual berantakan. Padahal saya sdh merencanakan ada tiga backpacker tahun ini yakni backpacker jepang #3, backpacker australia dan backpacker amerika kanada. Seperti diketahui maka semuanya ambyar.
Kembali ke hasil transaksi, maunya kita tentu yg nilainya yg gede terus. Tapi kenyataannya tentu saja tdk bisa begitu. Malah yang paling banyak adalah transaksi kecil saja. Misalnya transaksi barang safety kebutuhan pabrik. Nilainya kecil saja. Tapi kalau berjalan rutin dan kontinu tentu saja harus disyukuri.
Bicara syukur saya jadi ingat anekdot bedanya pedagang dg karyawan. Katanya pedagang itu setiap terima uang berapapun maka selalu terucap syukur di hatinya. Sebaliknya karyawan saat ambil gaji di atm maka yg terucap adalah, yaaah…. gaji cuma segini, belum akhir bulan juga sdh habis. Jadi kata anekdot tsb tidak heran jika pedagang akan lebih kaya krn selalu bersyukur. Bukankah firman Allah dalam QS 14:7, barang siapa yg bersyukur maka akan ditambah lagi rezekinya.
Tapi ini hanya anekdot ya. Yg karyawan jangan marah dulu. Saya dulu juga karyawan. Tdk semua karyawan seperti itu. Dan tidak juga semua pedagang seperti itu juga. Yang penting marilah kita bersyukur siapapun kita.
2. Cara kedua bagaimana transaksi terjadi bukanlah dari hasil marketing. Bahkan produknya bukanlah produk yg kita pasarkan. Saya sudah mengalami ini beberapa kali yakni menjual produk yg bukan produk saya. Bahkan saya tdk tahu produk itu sama sekali sebelumnya namun ternyata malah bisa menjualnya. Setelah tahu produk dan terjadi transaksi maka berikutnya produk itu masuk dalam list produk yg saya pasarkan.
Bagaimana cara kedua ini bisa terjadi yakni menjual produk yg bahkan kitapun tdk tahu produk tsb? Itu terjadi krn tiba2 ada yang menanyakan produk ke kita. Bbrp tahun yg lalu masuk pesan wa ke saya menanyakan peak loupe. Sungguh saat itu saya tdk tahu apa itu peak loupe. Jadi saya bilang saja coba saya cek ya. Nanti saya kabari, begitulah saya meresponsnya.
Setelah itu saya langsung googling dan baru tahu itu adalah kaca pembesar. Dari sekian lama googling ternyata semuanya di luar negeri semua. Tdk ada sama sekali tersedia di indonesia. Pantaslah maka orang tsb tanya ke saya krn mungkin dia tdk tahu juga harus beli di mana.
Saya hampir putus asa tdk menemukan produk tsb saat kemudian ketemu kontak yg menjual peak loupe ini. Info ini tersempil di balik info produk lainnya yg tdk spesifik tentang peak loupe. Jadi wajar saja susah menemukannya.
Saya segera kontak penjualnya dan tanya harga. Setelah dapat harga maka saya menawarkan kepada customer yg tanya tadi. Secara coba2 saya tawarkan saja ke dia harga hampir dua kali lipat dari modal. Setelah sedikit tawar menawar akhirnya close juga dan transaksi terjadi.
Seperti sudah disebut di atas maka selanjutnya peak loupe saya masukkan dalam portofolio produk yg saya jual. Saya melakakukan marketing peak loupe ini sebagaimana produk2 lain. Dan lumayan juga, setelah itu terjadilah bbrp kali transaksi berkat upaya marketing tsb.
Margin profit yg bisa saya ambil cukup lumayan juga krn selalu di atas 50%. Padahal saya tdk ada cost untuk itu. Saya tdk stok barang. Saya baru beli barangnya jika ada order. Saya juga menerapkan pembayaran 100% di depan jika mau beli peak loupe. Jadi tdk ada risiko sama sekali. Saya terima uang dulu baru lalu belanja barang.
Ini adalah sebuah contoh lagi bahwa berbisnis atau berjualan tanpa modal dan tanpa risiko itu ada. Saya jual peak loupe tanpa modal krn terima uang dulu baru beli barang. Tdk ada risiko rugi atau wanprestasi karena uang sudah di tangan kita bahkan sebelum kita punya barangnya.
3. Bagian tiga ini masih bicara tentang transaksi yg sebenarnya bukan produk kita. Kemarin saya sudah cerita contohnya yakni produk peak loupe. Kali ini kejadian hampir sama juga berulang.
Beberapa waktu yg lalu ada yg minta pengadaan kantong jenazah. Ini adalah produk yg tidak umum. Namun karena kami www.mitracoteknik.com adalah suplier barang2 safety maka kelihatannya masuk akal juga jika dia bertanya ke saya.
Jadi mulailah saya mencari info tentang kantong jenzah. Kali ini tdk sesulit mencari peak loupe namun tantangannya juga tdk mudah. Saya harus menemukan dg kriteria harus produsen langsung, reputasi jelas pernah memasok ke mana saja, kualitas bagus, harga bersaing dan yg paling penting tentu saja harus dapat dipercaya.
Saya memadukan antara analisis nalar dan intuisi rasa untuk mendapatkan produsen yg memenuhi semua kriteria di atas. Analisis nalar tentu saja dg memasukkan faktor2 penilaian objektif dalam memilih. Adapun intuisi rasa didasarkan pada pengalaman bertransaksi selama ini.
Dari cara bicaranya saya bisa mengira2 apakah ini bisa dipercaya atau tidak. Dari caranya menjelaskan saya bisa mengira2 apakah dia profesional atau bukan. Bahkan seperti pernah saya sampaikan di salah satu posting saya, dari cara orang menulis di wa saja maka saya bisa menduga seseorang itu akan menjadi customer yg sulit atau mudah. Kalau sulit maka alamat saya harus dag dig dug bicara harga dan nego harga. Antara harapan transaksi deal dg kekuatiran customer lari. Tapi kalau customer mudah maka cukup jawaban singkat saja maka transaksipun deal dg harga sesuai skenario saya.
Bicara ttg customer mudah ini maka ada yg malah sangat super duper mudah. Pernah saat jual tube settler si customer tanya diskonnya berapa. Tapi sebelum saya menjawab malah dia sudah menjawab sendiri, tdk ada diskon ya. Krn dia sdh menjawab sendiri maka saya hanya diam saja. Dan memang akhirnya dia membayar senilai quotation yg saya sodorkan.
Pernah juga ada yg mudah lainnya. Saya tdk minta DP tapi malah dia sendiri yang menawarkan DP. Karena dia yg mau ngasih DP ya saya terimalah.
Kembali ke soal intuisi rasa. Ini penting sekali karena saya boleh dikatakan tidak pernah bertemu dg customer dan vendor. Bahkan banyak customer yg sudah bertahun2 kami berkomunikasi, sampai sekarang saya tdk tahu yg mana orangnya. Paling tahunya hanya dari profil pic di wa saja.
Semua komunikasi hanya dilakukan via dunia maya, chat wa, email dan paling banter percakapan telepon. Jadi saya mengenali karakter orang hanya dari cara bicara dan gaya menulisnya di wa saja. Tapi itu sudah cukup. Yang penting saya sudah bisa memetakan karakter mereka.