Anies dan Dilema PKS

Oleh Emir Sadikin

Saat Nasdem mendeklarasikan Anies beberapa waktu yang lalu maka banyak orang yang menyayangkan dan menyalahkan PKS karena terlalu lelet dalam mendukung Anies. Sekian waktu setelah Nasdem deklarasi maka PKS masih saja tetap anteng. Bahkan malah PD yang duluan menyusul Nasdem dalam mencalonkan Anies. Barulah setelah itu PKS datang belakangan.

Padahal secara pilihan opsi dan kesamaan chemistry maka sebenarnya sejak awal PKS tidak punya pilihan lain selain Anies. Lihat saja tiga besar nama-nama yang mengapung yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

Apakah mungkin PKS memilih GP? Tentu saja sangat mustahil. Begitu lebar faktor ideologis dan psikologis yang membentang antara PKS dan PDIP. Belum lagi jauh-jauh hari Mega sudah mengumumkan bahwa tidak mungkin PDIP bekerja sama dengan PKS. Lalu kemudian PKS mencalonkan kader PDIP. Di mana nalar dan harga diri. Jadi sudah pasti 1.000% PKS tidak akan ke GP.

Lalu apakah PKS akan ke PS? Setelah ditinggal dan dikhianati PS dengan sukses dan gilang gemilang maka apakah masuk akal PKS akan menyokong PS lagi? Keledai saja yang dianggap makhluk paling bodoh bersama dengan udang tidak mau terperosok ke lubang yang sama dua kali. Masa PKS dianggap lebih bodoh dari keledai dan udang. Masa elit PKS dikira punya otak udang. Jadi sangat jelas bukan bahwa PKS tidak mungkin ke PS.

Calon ada tiga, GP, PS dan AB. GP dan PS sudah tereliminasi sejak awal. Hanya tinggal AB saja sekarang. PKS sudah punya hubungan spesial dengan AB sejak pilkada DKI 2017. AB visioner dan intelektual, sebuah rantai yang chemistrynya cocok sekali dengan PKS. Lalu mana mungkin PKS tidak ke AB. Semua orang sudah tahu bahwa PKS pasti ke AB.

Pertanyaanya adalah kenapa PKS sangat lelet dalam mendukung Anies. Dalam logika politik linear seharusnya PKS adalah yang pertama mendeklarasikan Anies. Bukan Nasdem yang dari ruang hampa antah berantah tahu-tahu kok malah duluan mencalonkan Anies.

Di sinilah kuncinya politik bahwa politik itu tidak bisa linear. Politik perlu belok-belok untuk mencapai tujuannya. Kalau tidak atau dia memaksakan berjalan linear maka dia akan mudah dimatikan dengan seketika.

Jadi kenapa PKS tidak langsung mendeklarasikan Anies? Karena Anies akan langsung tewas sebelum berkembang jika PKS deklarasi pertama. Dia akan diserang habis-habisan dengan politik identitas. PKS tidak akan kuat menopang Anies. Dengan cepat Anies dan PKS dijadikan musuh bersama sehingga partai-partai lain takut mendekat.

Deklarasi pertama Anies oleh Nasdem adalah strategi sangat brilian. Mereka kaget saat Nasdem mengusung Anies. Sesaat mereka gelagapan bagaimana cara menyerang. Masalahnya ini yang mengusung adalah Nasdem bukan PKS. Padahal Nasdem ini orang kita.

Tapi karena tetap harus diserang akhirnya mau rasional atau tidak maka tetap saja diserang pakai politik identitas. Soalnya mau menyerang pakai cara lain tidak ketemu caranya. Akhirnya jadilah serangan yang lucu. Masa Nasdem kawan sendiri diserang sebagai politik identitas.

Setelah gelagapan sejenak maka barulah muncul cara lain untuk menjinakkan Nasdem. Kelihatannya pakai pola stick and carrot. Untuk carrot salah satunya adalah pertemuan Luhut dengan Surya Paloh di London. Adapun untuk stick salah satunya adalah dengan mulai mengutak-atik menkominfo Johnny G Plate yang kader Nasdem. Namun sejauh ini pola stick and carrot ini masih gagal dalam menjinakkan Nasdem.

Terbayangkan jika Anies dan Nasdem saja bisa dibegitukan. Apalagi jika Anies dan PKS, tentu dalam hitungan menit saja Anies akan langsung TKO. Jadi PKS menghitung kehidupan Anies sebenarnya. Karena Anies akan langsung tewas jika PKS menjadi partai pertama pengusung.

PKS memikirkan Anies karena jika Anies sudah tewas maka tidak bisa hidup lagi. PKS sendiri walau babak belur dihantam dari semua arah akan tetap bisa hidup bahkan semakin berkembang karena sudah punya captive market dan ditambah market baru efek dari sikap konsisten oposisi selama ini.

Di sinilah letak kenegarawanan elit PKS. Mereka memikirkan estafet kepemimpinan bangsa ke depan bukan hanya memikirkan diri sendiri. Mereka menghitung apa yang akan terjadi dengan bangsa ini jika pilihan hanya dua yakni GP dan PS sedangkan Anies sudah tewas duluan. Oleh karena itu mereka menahan diri tidak mendeklarasikan Anies namun menunggu Nasdem dan PD duluan.

Kita lihat apa yang diantisipasi PKS memang terjadi. Anies diserang dengan politik identitas. Tapi karena dua penopang pertamanya adalah Nasdem dan PD maka serangan itu terlihat konyol. Akhirnya tidak efektif dan terbukti Anies tetap hidup dan malahan lebih berkibar. Akan sangat lain ceritanya jika PKS yang pertama mendeklarasikan Anies.

Tapi PKS masih belum bisa menarik nafas lega. Justru permainan baru saja dimulai. Deklarasi Anies oleh Nasdem, PD dan PKS menimbulkan gelombang tsunami dukungan untuk Anies. Indikasinya terlihat dari sambutan yang mengharu biru dan membahana pada setiap kunjungan Anies ke mana saja. Lautan massa yang hadir pada setiap kunjungan senantiasa membuat ketar ketir pihak sana.

Partai-partai pragmatis mulai berhitung. Mereka jelas akan berpihak pada yang menang sementara yang akan menang itu sudah mulai terlihat jelas. Karena itu adalah tidak mengagetkan jika nanti Golkar, PKB, PAN dan PPP akan merapat ke Anies. Jadilah Anies akan disokong 7 partai.

Di sinilah dilema PKS muncul. Dengan sokongan 7 partai maka hampir pasti Anies akan menang pilpres. Masalahnya adalah posisi PKS sendiri yang jadi rawan di koalisi perubahan itu. Dia tidak lagi menjadi penentu. Beda dengan saat koalisi perubahan masih hanya 3 partai. PKS adalah penentu karena tanpa PKS tidak terpenuhi PT 20%.

Saat koalisi menjadi gemuk dan PKS bukan lagi penentu PT maka sangat mudah bagi para gerombolan partai itu menendang PKS. Jadi PKS harus hati-hati dan antisipasi dari sekarang saat anggota koalisi masih 3 partai.

Perlu dibuat piagam tersendiri yang melindungi 3 partai pendiri koalisi perubahan ini. Jangan sampai terjadi ironi, partai pendiri malah ditendang saat partai-partai baru masuk. Harus ada hak privilege partai pendiri koalisi yang berbeda dengan partai penyokong yang datang belakangan. Kalau tidak PKS akan mengalami nasib yang sama dua kali, dikhianati.

Cikarang, 02.04.23

Artikel Terkait