Backpacker italy, swiss dan balkan
32. Italy atau tepatnya orang italy sungguh meninggalkan kesan yg sangat berbeda bagi saya dibanding negara2 eropa lainnya. Kesan ini timbul karena saya mengalaminya berkali2. Apa pasal? Ini adalah tentang orang italy yg suka menolong.
Kejadian pertama di stasiun kereta termini roma. Saat itu saya sedang memperhatikan papan informasi stasiun utk mencari nomor platform kereta ke florence. Seorang perempuan yg berkalungkan badge semacam tanda pengenal bertanya saya mau ke mana. Saya jawab florence. Tanpa diminta dia mengajak saya ke mesin tiket dan menunjukkan nomor platform ke florence. Saya ucapkan terima kasih ketika kemudian dia menjulurkan tangan. Ternyata dia minta imbalan. Antara rela dan tidak saya serahkan 2 euro ke dia. Padahal tanpa bantuannya saya juga akan menemukan nomor platform di papan informasi.
Kejadian kedua di florence. Saat saya sedang mencari2 nomor bus utk balik ke apartemen dari san marco, seseorang bertanya saya mau ke mana. Saya tunjukkan tujuan saya dan dia menunjukkan halte tempat menunggu. Ternyata dia adalah copet yg sedang menunggu mangsa. Alhamdulillah saya selamat waktu itu. Kisah ini sdh saya ceritakan dalam posting sebelumnya.
Kejadian ketiga hari ini di stasiun bologna centrale. Saya sedang utak atik vending machine atau mesin penjualan tiket dari bologna ke reggio emilia. Sebenarnya saya lebih suka beli tiket di konter saja krn lebih mudah dan pasti. Tapi sayangnya banyak stasiun di eropa dan jepang hanya melayani penjualan tiket melalui vending machine. Di stasiun bologna ini sayapun tidak menemukan konter penjualan tiket sehingga saya terpaksa ke vending machine. Ternyata kemudian konter loket ini ada, tapi di bagian lain stasiun yg saya tidak tahu saat itu.
Saat saya masih sibuk mencari tujuan stasiun reggio emilia di vending machine tsb maka datanglah seorang laki2 menawarkan bantuan. Kali ini saya tdk curiga karena penampilannya seperti penumpang biasa yg mungkin murni mau bantu saya saja. Jadi saya mengikutinya ketika dia mengajak saya ke vending machine yg lain. Kata dia vending machine yg ini hanya utk pembayaran pakai kartu, tidak bisa pakai cash.
Di vending machine yg baru dia membantu mencari tujuan reggio emilia. Setelah membayar 2 tiket x 6 euro di mesin tsb saya mengucapkan terima kasih sambil menjabat tangannya. Saat itu saya masih menduga dia adalah penumpang biasa yg sekedar membantu saja. Tapi ternyata dia minta uang juga. Saat itu saya memang memasukkan 20 euro ke dalam mesin sehingga ada kembalian 8 euro berupa uang kertas 5 euro dan koin 2 dan 1 euro. Saya kasih ke dia 3 euro, tapi dia minta yg 5 euro. Saya menilai 3 euro sdh cukuplah utk jasanya krn saya tdk butuh2 amat bantuannya. Tanpa ada dia saya juga akan bisa menemukan sendiri tujuan reggio emilia tsb di vending machine.
Sebenarnya juga tujuan reggio emilia itu sudah ketemu namun ada 4 stasiun di sana. Dia datang menawarkan bantuan saat saya sedang menentukan stasiun mana yg terdekat ke tujuan saya, lembaga reggio children atau centro internazionale loris malaguzzi di viale ramazzini, reggio emilia. Jadi saya tetap hanya memberikan 3 euro dan menolak menyerahkan yg 5 euro. Kelihatannya dia tdk terlalu mendesak jg dan lalu menerima 3 euro tsb.
Kejadian keempat hanya berselang 30 menit dari kejadian kedua. Waktu keberangkatan kereta adalah 07.33. Saya sdh ada di peron no 4 jam 07.25 utk menunggu kereta saat sebuah kereta datang. Saat itulah seorang perempuan kembali bertanya ke mana. Walau sdh berkali2 mengalami modus serupa namun kali ini saya tdk ada kecurigaan sama sekali. Soalnya ini sudah di platform dan tinggal naik kereta. Masa masih ada calo2 lagi berkeliaran di sini. Jadi saya yakin sekali dia hanyalah penumpang biasa yg akan naik kereta juga.
Dia bilang ini keretanya. Cepat, cepat katanya. Tp saya anteng saja krn tahu kereta jam 07.33 sementara skrg baru 07.25. Tapi dia terus mendesak seraya menunjuk ke papan info. Saya lihat bahwa betul kereta ini ke piacenza yg akan melewati reggio emilia. Tiba2 saya ingat belum stamp tiket. Tiket blm valid alias masih tiket kosong jika tdk distamp sebelum naik kereta.
Sebelumnya saya perlu cerita sedikit tentang stamp tiket. Jika kita beli tiket di mesin maka tiket itu masih polos dan bisa dipakai terus selama belum distamp di mesin. Dalam perjalanan florence ke pisa petugas loket sebenarnya sdh menyuruh utk stamp tiket, tapi saya tdk begitu ngeh dan tdk menganggap penting. Bagi saya yg penting saya sdh pegang tiket.
Saya baru menyadari pentingnya stamp saat membaca aturan yg tertulis di sebuah kereta bahwa penumpang yg tdk punya tiket atau punya tiket namun tdk valid maka akan kena konsekuensi hukum. Waktu itulah saya sadar bahwa tiket tanpa stamp adalah tiket tdk valid. Krn saat turun dari kereta maka tiket itu dapat dipakai kembali krn masih bersih dari stamp. Sebaliknya tiket yg sdh distamp hanya dapat dipakai saat itu sekali saja dan tdk bisa dipakai lagi krn sdh ada stampnya.
Dalam perjalanan balik dari pisa ke florence saya juga tdk menstamp tiket karena sdh terburu2 hampir ketinggalan kereta. Saya beruntung saja bahwa dalam perjalanan florence-pisa pp tsb tidak ada pemeriksaan tiket.
Beberapa kali naik kereta utk tujuan pendek di berbagai negara eropa saya memang jarang atau hampir tdk pernah kena periksa tiket. Termasuk dalam perjalanan bologna-reggio emilia kali ini pp, dua2nya tdk ada pemeriksaan tiket.
Kembali ke perempuan tadi, saya lalu menanyakan di mana mesin stamp. Katanya di bawah dan dia bilang cepat, cepat. Saya turun tangga dan menstamp tiket di mesin di bawah tangga, lalu dg cepat balik ke atas dan naik ke kereta. Dia masih menunggu dan ikut naik kereta seraya kembali mengulurkan tangan. Halah, ternyata modus lagi. Sungguh saya tidak menyangka akan kejadian lagi. Saya mau berikan 1 euro saja, tapi sayang tidak ada koin 1 euro sehingga saya berikan 2 euro. Dia mengomel2 minta lebih, tapi saya tinggalkan saja dan saya mencari bangku kosong di kereta.
Hal ini sangat beda dengan pengalaman saya di negara2 lain. Tidak pernah ada orang menawarkan bantuan tanpa diminta dan lalu minta imbalan. Dengan empat kejadian ini saya jadi sulit utk percaya jika ada lagi orang di italy menawarkan bantuan tanpa diminta. Saya sudah berkeras hati tdk akan mau menerima bantuan orang yg menawarkan bantuan jika itu di italy.
Tapi bukan berarti orang italy itu tidak baik. Orang2 biasa yg saya temui di jalan dan saya menanyakan arah atau informasi yg lain senantiasa sangat membantu. Begitu juga pemilik apartemen di roma, florence dan milan, mereka semua sangat membantu. Pemilik apartemen roma membantu call taksi utk jam 4 pagi. Pemilik apartemen milan jg membantu mencarikan taksi saat saya sedang pusing mencari taksi krn taksi milan tdk bisa sembarangan mengambil penumpang di pinggir jalan, tapi penumpang yg harus ke halte taksi.
Pemilik apartemen florence jg sangat ramah dan menolong jg memanggilkan taksi walau dia tdk bisa bahasa inggris. Saya komunikasi pakai bahasa inggris paling basic dg dia ditambah bahasa isarat dan google translate. Sementara dia terus nyerocos pakai bahasa italy ke saya.
Lesson learned utk italy adalah boleh bertanya dan minta tolong pada orang selama di italy tapi lebih baik jangan menerima bantuan pertolongan dari orang yg menawarkan pertolongan. Apalagi pertolongan itu tanpa diminta dan kita memang sedang tdk butuh bantuan.