7. Gagal ke Panmunjom

7. Gagal ke Panmunjom

 

Seperti yang saya tulis sebelumnya maka itinerary traveling Korea ini sepenuhnya dibuat oleh Fathan anak saya. Sejak awal saya sudah komit akan ikut ke mana saja dia pergi. Oleh karena itu saya tidak bertanya dan tidak juga mengecek itinerary yang dia buat. Pokoknya saya akan merem dan menerima saja.

Dengan demikian saya tidak tahu akan ke mana saja di Busan. Sekarang di Seoul saya juga tidak tahu mau ke mana saja sampai tiba-tiba saya ingat Panmunjom yakni sebuah titik perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan.

Peristiwa yang cukup viral adalah saat Kim Jong Un bertemu Donald Trump dan mereka melangkah melintasi garis perbatasan. Tapi saya tahu Panmunjom bukan karena Trump ke sana. Sebagai penyuka sejarah dan politik internasional maka saya sudah lama tahu tentang Panmunjom ini.

Gara-gara Panmunjom ini maka saya terpaksa mengingkari sebagian komitmen saya untuk ikut itinerary anak secara penuh. Kunjungan ke Panmunjom menjadi a must buat saya.

Karena kami bertiga maka saya mencoba membuka negosiasi dg istri dan anak. Saya menawarkan biar saya sendiri yang ke Panmunjom sedangkan istri dan anak tetap ikut sesuai itinerary.

Tapi ternyata istri saya mau ke Panmunjom juga. Dia mau ikut bukan karena dia berminat tapi karena takut ada apa-apa dengan saya. Saya sudah jelaskan bahwa saya akan ikut travel biro sehingga seharusnya aman. Tapi dia tetap saja mau ikut.

Istri saya membuka opsi kedua yakni mengajak anak juga. Tapi anaknya tidak mau karena dia sudah punya agenda sendiri sesuai itinerary yang dia buat. Akhirnya disepakatilah ada satu hari kita berpisah jalan. Saya dan istri ke Panmunjom dan anak dengan agendanya sendiri.

Begitu ingatan Panmunjom ini muncul maka saya langsung searching dan mencari info. Saya mengontak kenalan yang tinggal di Korea dan bertanya juga di grup backpacker FB.

Dari info kenalan tersebut dan dari searching yang saya lakukan diketahui bahwa kita tidak bisa arrange jalan sendiri ke sana. Untuk ke sana harus dengan travel biro. Itupun tidak semua travel biro bisa menyelenggarakan melainkan hanya yang punya izin khusus dari pemerintah.

Dari grup FB saya dapat info bahwa perjalanan ke Panmunjom dapat ditanyakan di hotel. Dan benar saja, di lobi hotel tempat kami menginap ternyata ada brosur perjalanan ke DMZ atau De Militerazation Zone dan Panmunjom. Penyelenggaranya adalah biro travel Cosmojin.

Brosur menawarkan tiga opsi yakni DMZ, DMZ plus pertemuan dengan pembelot Korea Utara dan DMZ plus Panmunjom. Sudah tentu saya mau mengambil paket ketiga yakni DMZ plus Panmunjom.

Saya ingin bertanya-tanya dulu tentang paket tersebut. Apalagi untuk Panmunjom harus reservasi dulu minimum tiga hari sebelumnya. Tapi sayangnya tidak ada nomor WA yang bisa dihubungi. Hanya ada website dan email saja.

Saya buka websitenya namun tetap tidak jelas bagi saya. Saya masih tetap butuh bertanya-tanya dulu. Tidak ada jalan lain selain harus datang ke kantornya.

Hari itu kami bertiga berjalan-jalan di area Myeongdong. Dari sana kami lanjut ke Cheonggyecheon yakni sungai di tengah kota Seoul yang jadi spot kunjungan turis itu. Sungainya sangat menarik karena aliran air hanya ada di tengah saja sedangkan pinggirnya jadi pedestrian. Menariknya karena pedestrian itu adanya di dasar sungai bukan di atas sungai seperti sungai-sungai kebanyakan lainnya.

Saat melihat google map menuju Cheonggyecheon tersebutlah tiba-tiba saya melihat nama Cosmojin di map. Ternyata kantornya di jalan yang akan kami lewati. Wah ini namanya pucuk dicinta ulam tiba. Saya tidak perlu menyengajakan diri lagi ke sana karena tiba-tiba dia sudah ada di depan mata.

Sayapun ke sana dan langsung bertanya-tanya kepada petugasnya. Ternyata paket Panmunjom belum dibuka lagi sejak ditutup karena pandemi. Dia juga tidak tahu kapan akan dibuka lagi karena itu sepenuhnya wewenang militer. Area di sana adalah area di bawah kontrol militer, demikian katanya.

Dengan demikian yang ada hanyalah paket DMZ saja. Lalu sayapun memastikan mengambil paket seharga 80.000 won tersebut.
Paket berlangsung hampir sehari penuh karena jadualnya adalah jam 07 pagi sampai jam 15 sore. Dia ada tiga titik pick up yakni di Hamilton Hotel, Grand Hyatt dan President Hotel. Kebetulan lokasi Hamilton Hotel ada di Itaewon yang hanya 10 menit jalan kaki dari tempat penginapan kami di Itaewon juga.

Bersambung

Artikel Terkait