2. Backpacker atau Traveling

2. Backpacker atau Traveling

Orang bisa memilih traveling secara mandiri ataupun ikut grup tur. Perjalanan mandiri bisa dilakukan secara backpack dan pelakunya disebut backpacker. Bisa juga layaknya perjalanan biasa saja tanpa backpack namun malah membawa koper.

Selama ini saya menyebut perjalanan kami sebagai traveling backpacker walau bukan murni backpack. Kami masih membawa koper, bekal makanan seperti mi instan, abon, rendang, dendeng, beras dan bahkan mini rice cooker.

Hampir di semua traveling kami mencari penginapan di apartemen yang ada dapurnya sehingga istri bisa masak dan kami bisa bawa bekal untuk makan siang. Banyak keuntungan yang didapat dengan membawa bekal ini seperti tidak repot lagi mencari makanan halal, dapat makan kapan saja dan yang lebih penting lagi bisa menghemat pengeluaran makan.

Komponen terbesar biaya traveling adalah tiket pesawat, penginapan, transportasi lokal dan makan. Itu jika kita tidak makan di restoran. Jika makan di restoran maka bisa jadi komponen biaya makan lebih besar dari transpor lokal.

Makan paling sederhana di luar negeri adalah sekitar 150-200 ribu sekali makan per orang. Sementara jika kita masak sendiri dan membawa bekal maka biaya makan dapat ditekan menjadi murah sekali. Karena itulah maka biaya makan menjadi komponen biaya paling kecil dalam setiap traveling saya.

Karena membawa pakaian, bekal dan aneka keperluan untuk traveling sekitar satu bulan maka bawaan kami selalu banyak dan agak merepotkan. Perlengkapan standar kami adalah selalu membawa dua koper bagasi, dua koper kabin dan dua ransel untuk kami berdua.

Ini beda sekali dengan orang yang murni backpacer hanya dengan satu ransel saja. Bahkan teman saya mas APU bisa traveling Eropa selama sebulan penuh hanya dengan satu ransel seberat 7 kg saja sesuai dengan standar bawaan yang boleh dibawa masuk kabin. Dengan demikian dia tidak perlu beli bagasi lagi saat memesan tiket pesawat.

Bawaan hanya satu ransel saja apalagi dengan berat hanya 7 kg akan sangat memudahkan kita dalam mobilitas. Kita bisa sampai di suatu kota kapan saja tanpa perlu memikirkan barang bawaan.

Beda sekali dengan saya dan istri yang membawa begitu banyak bawaan. Jika kita sampai di suatu kota sore atau malam maka kita bisa langsung cek in dan menyimpan koper-koper di kamar. Tapi jika kita sampainya pagi hari maka maksimal yang bisa dilakukan adalah titip koper.

Jika beruntung maka kita boleh langsung cek in. Saya beberapa kali pernah pakai cara ini, minta izin titip barang dan ternyata bisa langsung cek in. Ini pernah kejadian di Sarajevo, Denver dan paling baru di San Francisco beberapa waktu yang lalu. Lainnya umumnya hanya titip koper saja, lalu kami tinggal jalan untuk balik lagi cek in sore harinya.

Tapi pernah juga kejadian yang menyedihkan. Kami sampai di Beograd jam 5 pagi setelah menempuh perjalanan darat dari Zagreb. Setelah sholat subuh di terminal bus maka kami langsung menuju apartemen.

Kami sampai di apartemen sekitar jam 6 lewat. Apartemen itu di dalam sebuah gedung yang ternyata pintu masuknya terkunci. Pemilik apartemen memang sudah mengasih tahu bahwa kami baru bisa masuk setelah jam 10 karena apartemen itu masih ada yang menempati. Akhirnya terpaksalah kami menunggu.

Saat itu akhir bulan November saat suhu sedang dingin-dinginnya. Kami terpaksa menunggu di halte bus yang terbuka. Tidak ada tempat menunggu lain seperti cafe atau mal yang bisa melindungi dari hawa dingin dan angin. Saking dinginnya maka jari-jari tangan serasa membeku kalau tidak pakai sarung tangan dan dimasukkan ke kantong jaket.

Selain traveling mandiri maka adakalanya kami ikut rombongan. Misalnya saat ada kunjungan sekolah. Sebagai pengelola sekolah maka istri saya sering ikut untuk mendapatkan insight-insight baru dalam mengelola dan mengembangkan sekolahnya. Misalnya pernah ke Finlandia dan ke Jepang.

Traveling kali ini juga mengikuti rombongan. Ada program kunjungan ke beberapa sekolah di Australia sehingga kami menjalani trip Australia ini sekarang. Sama seperti beberapa trip sebelumnya maka traveling kali ini akan berlangsung secara hibrid. Sebagian ikut rombongan dan sebagian lagi traveling mandiri karena kami akan extent setelah anggota rombongan pulang.

Traveling bersama rombongan memang menyenangkan. Saya tidak perlu pusing-pusing lagi mempelajari map, mencari rute dan membeli kartu metro. Semua sudah disiapkan sehingga saya tinggal ikut saja. Tapi akibatnya saya tidak paham orientasi arah dan rute-rute transportasi publik di Melbourne dan Sydney karena hanya ikut saja ke mana rombongan melangkah.

Bersambung

Artikel Terkait