4. New York, kesan pertama

Sejak awal biro tur sudah mewanti2 mengenai bawaan ke Amerika. Makanan dibolehkan tapi harus yang ada kemasan seal atau dengan kata lain produksi pabrik. Indomi boleh. Rendang juga boleh tapi yg kemasan seal. Abon, teri dan kering kentang perlu dideclare jika bukan kemasan seal.

Tour leader sendiri prefer declare di custom daripada risiko tdk lapor tapi ternyata kemudian ketahuan oleh petugas. Dia ingin menghindari risko bermasalah di custom.

Masih ada lagi hal2 lain yg diwanti2 oleh biro tur melalui up date info2 di WA. Misalnya soal kunci koper standar TSA, ukuran koper, berat bagasi, cara menghadapi imigrasi dan macam2 up date info lainnya. Semuanya tentu saja berdasarkan aturan2 yang dikeluarkan maskapai, imigrasi dan custom.

Info2 tersebut kadang bisa membuat nervous. Misalnya bahwa punya visa bukan berarti sudah pasti bisa masuk Amerika. Bisa saja imigrasi menolak kita masuk dan disuruh pulang balik lagi ke Indonesia. Lalu biro tur memberikan tips dan apa2 yang perlu diperhatikan agar tidak ditolak.

Biasanya saya termasuk orang yg taat asas dan peraturan dibanding istri. Saya cenderung taat asas karena sayalah yang akan menghadapi segala sesuatu saat traveling. Sedangkan istri cenderung abai karena dia tidak tahu regulasi detil, tidak menghadapi petugas dan tidak paham konsekuensinya.

Tapi kali ini posisi kami terbalik. Istri selalu ribut setiap ada info2 baru di grup WA dan sebaliknya saya yang justru anteng. Saya bilang ke dia, kamu kok kayak orang tidak pernah keluar negeri saja. Kok sebegitu ributnya. Padahal kita sudah puluhan kali melakukan traveling ke berbagai negara. Tapi dia menjawab ini Amerika, beda dg negara2 lain.

Sejauh ini semua masih lancar saja mulai dari cek in dan pemeriksaan imigrasi di Jakarta dan Doha. Begitu kami landing di John F Kennedy Airport New York maka tantangan yg akan dihadapi adalah imigrasi dan custom.

Antrian di imigrasi panjang sekali. Kami antri hampir satu jam untuk mencapai meja imigrasi. Kami semua sudah menyiapkan mental untuk proses imigrasi dan custom. Tapi ternyata proses yg dijalani jauh lebih mudah dari yang semula dibayangkan.

Imigrasi hanya menanyakan dua saja dari banyak list pertanyaan yang harus kami hapalkan jawabannya. Dia hanya tanya mau tinggal di mana dan bawa uang berapa. Dua2nya kami jawab sesuai dg kunci jawaban yg diambil dari tutorial di youtube. Adapun di tutorial sendiri ada sembilan pertanyaan yg biasa ditanyakan imigrasi. Tapi kami hanya dapat dua pertanyaan saja. Mungkin petugasnya lelah sehingga tidak menanyakan tujuh pertanyaan lainnya.

Saat pengambilan bagasi juga sama. Awalnya yg  mau declare di custom akhirnya tidak jadi dilakukan karena melihat longgarnya pemeriksaan. Tidak ada pemeriksaan apa2 sama sekali saat membawa bagasi keluar.

Jarak area penerimaan barang sampai ke lobi pintu keluar dekat sekali. Tidak lama berjalan kami sudah langsung sampai. Lalu berkumpul di sana menunggu jemputan.

Sejak dari imigrasi sampai ke lobi pintu keluar saya sudah merasa heran. Kondisinya kok sederhana sekali. Kalau boleh dibandingkan hampir sama sederhananya dengan bandara Malang.

Saya membayangkan bahwa JFK sebagai bandara utama Amerika tentulah tidak kalah dengan Changi Singapura atau Charles de Gaulle Paris atau Fiumicino Roma ataupun airport2 kota metropolitan lainnya. Tapi ini kok beda sekali. Masa malah samanya dengan bandara Malang.

Pertanyaan ini saya simpan dulu dalam hati saat kami mulai melangkah keluar menuju bus yang sudah menunggu. Dalam perjalan menyeret koper menuju bus saya kembali melihat kesederhanaan yang keterlaluan. Suasananya jauh sekali dari suasana saat kita keluar dari bandara Narita Tokyo, dari bandara Attaturk Turki dan bahkan dari bandara Soekarno Hatta sendiri. Bayangkan, saya kok malah merasa seolah2 baru keluar dan stasiun kereta KL Central Kuala Lumpur. Kalau ada warga NY yg baca ini maka mungkin saya bisa dianggap menghina. Masa JFK airport disamakan dg stasiun kereta KL Central Kuala Lumpur.

Dari JFK bus akan membawa kami ke Manhattan. Di atas bus saya menanyakan ke Tour Guide tentang keheranan saya pada kondisi bandara yg sangat sederhana. Katanya bandara JFK sangat luas dan tempat kami keluar hanya salah satu terminalnya saja. Saya tidak begitu mengerti jawabannya namun untuk sementara saya terima saja dulu. Saya masih tidak percaya JFK sesederhana itu. Jadi mungkin saja ada bagian lain yg tidak kalah megahnya dg bandara2 megah lainnya.

Kami meninggalkan bandara saat senja hari sehingga sesampainya di Manhattan hari sudah gelap. Seluruh area bermandikan cahaya lampu. Bus terus masuk ke area Manhattan di mana kami akan berkunjung ke Time Square.

Time Square sesuai dg bayangan saya tentang New York yg bermandikan cahaya di malam hari. Di seberang Hard Rock New York ada plaza tempat banyak orang lalu lalang dan berfoto2. Ada juga orang2 berpakaian super hero dan turis berfoto2 bersama mereka.

Time Square di waktu malam mengingatkan saya pada area Akihabara Tokyo dan Dotonbori Osaka yang juga bermandikan cahaya di malam hari. Hanya saja gedung2 di Time Square lebih tinggi dan banyak bilboard iklan berukuran raksasa.

Setelah dirasa cukup maka rombongan kembali naik bus untuk menuju hotel di daerah New Jersey. Ini masih termasuk New York City yg dipisahkan oleh sungai Hudson dari Manhattan. Setelah sampai di seberang saat bus menyusuri sungai Hudson menuju New Jersey maka kelihatanlah jejeran gedung2 tinggi di Manhattan. Pemandangan di malam hari ini benar2 spektakuler. Ratusan gedung2 tinggi sky scrapper New York begitu indahnya bermandikan cahaya. Kalau ini benar2 pemandangan khas New York dan saya tidak punya perbandingan dengan kota2 lain yg pernah saya kunjungi.

 

Time Square New York

Artikel Terkait