6. Solusi Kain Ihrom

6. Solusi Kain Ihrom

Saya mengamati bahwa jamaah umroh yang mengenakan kain ihrom mendapatkan privilage masuk ke dalam masjid sedangkan yang berpakaian biasa dilarang. Pengamatan ini melahirkan ide di kepala saya yang saya sebut solusi kain ihrom.

Saya akan memakai kain ihrom dari hotel seolah-olah sedang umroh. Pakaian biasa saya simpan di tas. Nanti setelah masuk masjid maka pakaian ihrom saya ganti lagi dengan pakaian biasa.

Demikianlah saya datang ke masjid berpakaian ihrom dan benar saja mudah masuk ke dalam. Sebelum sampai di tempat tap maka saya ganti kain ihrom dengan pakaian biasa. Dengan nyaman dan aman sentosa sayapun duduk di tempat tap menunggu waktu berbuka.

Dengan solusi kain ihrom maka saya akan bisa keluar ke toilet dan aman untuk masuk lagi. Beda dengan pakaian biasa di mana kita tidak bisa masuk lagi setelah keluar.
Sayapun bertahan di tempat tap sampai selesai tarawih. Setelah itu saya keluar ke toilet dengan membawa kain ihrom. Selesai urusan toilet maka kain ihrom saya pakai lagi sebagai pass masuk masjid.

Tapi seperti saya tulis dalam posting sebelumnya, sistem buka tutup akses tidak bisa diduga polanya. Ternyata akses pintu 93 ditutup total. Terpaksalah saya masuk melalui pintu 94. Ini masih untung saya bisa masuk karena kalau saya berpakain biasa maka total tidak bisa masuk.

Tapi pintu 94 tidak ada akses ke tempat tap saya. Jikapun ada tangga maka akses itu ditutup. Padahal saya mau balik ke tempat tap saya untuk sholat tahajud.

Tapi karena tidak bisa maka terpaksalah saya sholat tahajud di akses pintu 94 tersebut. Itupun hanya keberuntungan saja karena kebetulan ada space.

Baru saja saya masuk maka space penuh dan akses ditutup. Orang-orang yang datang setelah saya pastilah harus berkeliling lagi berjam-jam mencari celah space lagi. Hal yang sudah saya alami berkali-kali.

Ternyata solusi kain ihrom tidak efektif juga. Padahal kita sudah sibuk bawa-bawa kain, sibuk gonta ganti dengan pakaian biasa. Tapi tetap saja tidak mangkus untuk mencapai tempat tap kita.

Tapi kalau tidak bawa kain ihrom maka nasib saya pasti lebih nelangsa lagi. Sudah pasti tidak akan bisa ikut tahajud di pelataran karena semua sudah penuh. Seperti kejadian malam sebelumnya. Saya sholat tahajud di emperan toko. Saya tidak bawa sajadah karena ada di tempat tap. Benar-benar tidak nyaman dan tidak khusuk berdiri, duduk dan sujud di emperan toko tanpa alas apa-apa. Emperan yang diinjak-injak orang dengan sepatu dan sendal entah dari mana. Namanya juga emperan toko.

Bersambung

Artikel Terkait