15. Under Ground City

 

 

 

 

 

 

Backpacker turki, 17 april – 02 mei 2019

 

15. Hari kedua di cappadocia adalah ikut tur jalur green line. Ini adalah area lain cappadocia yg malah lebih luas lagi dari jalur red line yg kemarin kami ikuti. Karena begitu luasnya area ini maka ikut tur wisata adalah pilihan paling efektif. Apalagi kendaraan umum tidak ada sama sekali.

 

Sama seperti saat mengeksplor area red line maka saya juga tidak hafal nama2 sport perhentian kita di area green line ini. Beberapa yg saya ingat adalah spot yg disebut star wars. Ternyata itu adalah tempat shooting film star wars. Saya belum pernah menonton film tersebut sehingga tidak tahu seperti apa lokasi tsb di dalam film. Tapi jika melihat landscape daerah tsb di mana batu2 besar menjulang seolah muncul dari dalam bumi maka boleh jugalah kalau dibilang seperti di planet lain.

 

Spot lain adalah gereja abad2 awal masehi yg dipahat dari gunung batu. Jika ada cave room dan cave house maka ini mungkin bisa disebut church cave. O ya, di area red line kemarin kita juga mengunjungi open air museum. Di sebut open air museum krn ini bukan museum di dalam bangunan di mana barang2 zaman purbakala dipajang. Tapi ini area bangunan2 yg dipahat di bukit batu termasuk di antaranya gereja. Waktu itu pemandu wisata sempat melemparkan kuis, kenapa di dalam gereja banyak gambar2. Jawabannya karena di tengah2 masyarakat yg buta huruf maka lebih mudah mengajarkan agama kepada mereka melalui media gambar.

 

Di area green line ini ada juga gereja yg dipahat di dinding batu. Lokasinya di kaki sebuah bukit. Di hadapannya ada lembah. Di dasar lembah tersebut ada sungai yang airnya menyusuri sepanjang lembah. Kami lalu diajak turun ke lembah sampai ke pinggir sungai. Setelah menyusuri sungat beberapa saat maka kami bertemu sebuah jembatan. Kami menyeberangi jembatan dan melanjutkan menyusuri sungai sekitar setengah jam lamanya. Perjalanan ini berakhir di sebuah rumah makan. Sebagian sawungnya ditempatkan di atas air dan sebagian lagi di pinggir sungai.

 

Hiking menuruni lembah dan menyusuri sungai ini hampir sama dg hiking dari taman hutan raya juanda dago ke maribaya. Suasana alamnya seperti bukit, lembah dan hutannya cukup mirip. Tapi kalau boleh menilai maka masih lebih bagus hiking dago-maribaya menurut saya.

 

Dari seluruh spot di area green line ini maka yang paling spektakuler adalah under ground city. Ini adalah kota bawah tanah yg terdiri dari delapan lantai. Digunakan oleh orang utk berlindung saat gunung meletus atau ada serangan musuh.

 

Kota bawah tanah ini penuh dg lorong2 yg simpang siur baik secara vertikal maupun horisontal. Lorong2 horisontal ini mengingatkan saya pada labirin. Orang akan mudah tersesat dan tdk tahu lagi jalan keluar.

 

Engineer zaman dulu yg mendesain kota bawah tanah ini ternyata sudah memikirkan semuanya. Mereka sudah memikirkan sistem ventilasi udara. Bagaimana caranya agar udara luar bisa mengalir sampai ke lantai paling dasar yakni lantai 8 sehingga tidak terasa pengap sama sekali. Bgmn cara mengelola asap dari dapur bawah tanah. Bgmn cara mengelola limbah manusia. Utk limbah manusia ini maka mereka menempatkannya di lantai paling atas yakni lantai 1 bersamaan dg binatang ternak. Dalam desainnya lantai 1 memang utk tempat hewan ternak. Pemandu bercerita bahwa jika tempat bab diletakkan di lantai paling bawah maka baunya akan memenuhi seluruh kota.

 

Seluruh lantai jg didesain ada akses utk mendapatkan air. Ada sebuah sumur sedalam 80 meter di sini. Seluruh lantai terhubung ke sumur tersebut. Mereka cukup menimba dari lantai mereka berada tanpa harus naik ke atas dulu untuk mendapatkan air.

 

Ada juga sistem komunikasi yg dibuat sedemikian rupa sehingga para penghuni kota bawah tanah ini dapat berkomunikasi antar lantai.

Artikel Terkait