Backpacker italy, swiss dan balkan
12. Hari ini kami akan meninggalkan venesia menuju milan. Tadi malam saya sudah cek alternatif moda transportasinya apakah naik kereta atau naik bus. Tiket kereta berkisar dari 26 euro sampai 58 euro tergantung waktunya. Adapun tiket bus 14 sampai 28 euro tergantung waktu juga.
Seharusnya saya langsung pesan tiket saja dari tadi malam krn berkali2 pengalaman backpacker, pembelian tiket secara go show selalu berpotensi masalah. Bisa saja kehabisan tiket ataupun dapat harga yg jauh lebih mahal dibanding on line.
Tapi kali ini kami kembali setengah gambling lagi utk go show saja besok. Soalnya kalau tiket sudah dipesan maka kami harus sdh ada di lokasi sesuai jadual atau tiket hangus. Padahal istri saya tdk bisa memastikan siap jam berapa besok pagi krn dia sudah lelah sekali malam ini setelah seharian menjelajah venesia. Padahal lagi pekerjaan packing koper selalu butuh waktu dan tenaga juga. Jadi kami putuskan go show saja. Nanti setelah sampai di lokasi baru pesan secara on line.
Ada dua alternatif keberangkatan bus dari venesia ini yakni dari mestre dan tronchetto. Lokasi terdekat dari apartemen kami adalah tronchetto sehingga kami memutuskan akan go show ke tronchetto. Saya sudah menanyakan ke pemilik apartemen cara menuju tronchetto. Katanya kita harus ke piazzale roma dulu lalu dari sana disambung dg boat ke tronchetto.
Saya sudah tahu lokasi piazzale roma krn kami melewatinya saat kedatangan dari stasiun santa lucia kemarin. Yg jadi masalah adalah bagaimana caranya mencapai piazzale roma tersebut. Apakah harus menyeret koper dan naik turun tangga jembatan lagi. Katanya iya krn tdk ada boat dari apartemen ini ke sana. Saat saya sampaikan bahwa saya melihat banyak perahu kecil di bawah, dia bilang itu adalah milik privat. Jadi tdk ada cara lain ke piazzale roma selain jalan kaki, saya menegaskan lagi. Dia menggeleng dan bilang tidak. Ya ampun, saya harus mengangkat2 koper lagi menaiki tangga jembatan sama seperti saat kedatangan kemarin.
Istri saya selesai beres2 dan packing koper setelah waktu menunjukkan jam 9 pagi. Kami turun dari apartemen dan istri saya turun duluan. Sesampai di bawah tiba2 dia teriak kaget krn kakinya langsung nyemplung di air sehingga sepatunya basah. Ternyata ada genangan air setinggi mata kaki di lantai dasar apartemen. Saya juga kaget krn tdk mengira ada air di lantai.
Jika di lantai ada air setinggi mata kaki berarti jalan di depan banjir juga. Terus bagaimana caranya kami keluar. Tidak mungkin menyeret koper krn pasti basah. Saat kami masih kebingungan itu ada seorang penghuni apartemen baru datang dari luar. Dia pakai sepatu boot karet. Melihat kami berdiri di tangga dg dikelilingi koper dia bilang bahwa di luar ada genangan air, tapi setelah 50 meter kering.
Tidak ada jalan lain. Kami tetap harus check out skrg. Mau tidak mau saya harus menggotong koper agar tidak basah. Tapi saya harus orientasi dulu, setinggi apa genangan air di luar dan sejauh mana saya harus menggotong koper. Sayapun mencopot sepatu dan kaos kaki dan menyingsingkan celana hingga lutut. Dengan telanjang kaki saya saya nyemplung ke air, membuka pintu dan terus keluar. Saya lihat air kanal memang meluap meluber ke jalan emperan rumah. Ternyata yg tergenang hanya sepanjang 25 m saja utk mencapai area yg tdk tergenang.
Begitulah, dengan sangat susah payah saya mengevakuasi koper satu demi satu. Menyeret koper saja sudah sangat berat, sekarang malah harus menggotongnya. Benar2 perjuangan berat. Nafas ngos2an dan badan keringatan. Padahal ini udara musim gugur dg suhu di bawah 10 derajat celcius. Padahal juga saya sdh lepas jaket saking gerahnya menggotong koper.
Kelihatannya banjir ini soal biasa di sini. Mungkin setiap pasang naik terjadilah kanal meluap dan menggenangi jalan. Mengapa saya pikir biasa. Karena saya lihat orang2 memakai sepatu boot dan banyak toko2 menjual sepatu boot juga.
Sesampai di tempat yg kering maka kami memasang sepatu lagi. Perjuangan masih berlanjut yakni menyeret koper menaiki anak tangga demi anak tangga jembatan. Saya bukan mendramatisir soal koper ini. Tapi coba bayangkan, koper2 yg kami bawa bukanlah seukuran koper kabin yg bisa masuk kabin pesawat, tapi koper seukuran untuk kebutuhan traveling 26 hari atau hampir sebulan. Karena traveling backpacker sekarang ini memang akan kami lakoni selama 26 hari melintasi 12 negara dgn hampir 20 kota yg dieksplor.