Backpacker italy, swiss dan balkan
14. Hari ini kami check out dari apartemen milan utk menuju zurich. Tiket flixbus sudah dipesan secara on line seharga 19 euro. Bandingkan dg tiket kereta yg harganya 88 usd. Masa harganya lebih dari 4 kali lipat harga tiket bus.
Saya dapat pengalaman baru lagi hari ini saat kami menunggu taksi ke lampugnano bus station di halte bus kota. Semua taksi yg lewat lampunya tidak nyala pertanda ada penumpang di dalamnya. Satu2nya taksi yg kosong lewat juga tdk mau berhenti. Lalu saya tanya pada orang di halte, apakah saya bisa menunggu taksi di sini. Dia bilang ini halte bus, bukan halte taksi. Tidak bisa naik taksi dari sini. Lalu saya tanya di mana naiknya. Over there katanya seraya menunjuk ke arah kanan. Ya ampun, ini taksi di milan kok bikin susah penumpang saja.
Saya lalu jalan ke arah over there yg dia tunjuk. Sudah berjalan 100m tidak ada tanda2 adanya halte taksi. Lalu saya tanya pada orang dekat sana, di mana saya bisa naik taksi. Dia bilang kamu tdk bisa naik taksi dg menyetop di pinggir jalan ini, tapi harus ke halte taksi. Saya tanya di mana. Katanya belok kiri dan jalan sekitar 400m. Wadduh, saya jadi frustrasi. Begini banget susahnya hanya sekedar mau naik taksi.
Akhirnya saya telepon yanira saja, pemilik apartemen milan yg kami tempati. Saya minta tolong dipanggilkan taksi. Ok katanya. Melalui pesan wa dia bilang dia sedang call taksi. Butuh waktu juga sampai akhirnya dia bilang taksi sudah didapat dan akan sampai 5 menit lagi.
Argo taksi dari via vetra ke lampugnano 20 euro. Cukup mahal juga utk jarak yg tdk terlalu jauh utk ukuran indonesia. Kalau di indonesia paling 100rb atau 8 euro saja. Tapi inikan di italy. Gak bakal ke mana2 kita kalau semua harga dibandingkan dg indonesia.
Saya sangat menikmati perjalanan milan – zurich selama 4 jam. Pemandangannya bervariasi dan jauh lebih menarik dibanding venesia – milan. Ada pemandangan rumput hijau yg luas dan beberapa biri2 merumput. Ada perbukitan yg puncaknya diliputi salju. Lalu ada juga area2 perumahan yg sudah turun salju pula. Tapi yg paling menarik adalah saat sudah memasuki swiss. Pemandangannya sesuai dg bayangan saya ttg swiss yakni rumah2 pedesaan di dasar lembah dg sungai yg mengalir dan sekelilingnya adalah hamparan rumput hijau. Lalu pedesaan itu dikelilingi oleh pegunungan yg menjulang dg puncak tertutup salju.
Saya beruntung bahwa ada saudara sepupu saya yg sudah puluhan tahun tinggal di swiss yg menawarkan utk tinggal di rumahnya saja di swiss. Kalau secara budaya indonesia sangat wajar kita menginap di rumah saudara. Malah saudara bisa marah jika kita datang ke suatu kota tapi tidak mampir ke rumahnya.
Tapi saya tdk tahu secara budaya eropa, apakah menginap ini hal biasa juga karena bagaimanapun juga suaminya adalah orang swiss asli yg tentu saja berbudaya eropa. Saya berterus terang saja menanyakan ini ke ni son dan dijawabnya bahwa sudah biasa orang lain juga menginap di rumahnya. Dengan demikian jelas saya tidak perlu sungkan lagi. Saya ucapkan terimakasih banyak dan mungkin kami akan menginap beberapa malam di sini. Dan ni son membalas dengan menyatakan sangat senang saya bisa menginap di rumahnya.
Ni son tinggal di ehrendingan, baden, sekitar 30km dari zurich. Suaminya akan menjemput kami di terminal bus zurich jam 17.30. Jadi sesampai di zurich kami cukup menunggu di ruang tunggu terminal saja.
Tidak disangka saya dapat dua pengalaman menarik lagi saat menunggu itu. Utk mengisi waktu saya masuk ke stasiun zurich bahnhoff utk sightseeing saja. Sekalian mencari toilet dan mau lihat berapa bayarnya krn kemarin ada info di fb bahwa bayar toilet di stasiun zurich adalah 2 euro alias 32.000 rupiah. Setelah ketemu dan saya lihat ternyata 1 euro saja. Syukurlah walau sebenarnya masih sangat mahal utk ukuran kita. Masa pipis saja bayar 16.000.
Saya masuk toilet dan sekalian berwudhu di wastafel utk sholat maghrib. Saat saya cuci muka ada orang yg menegur saya . Dia bilang di atas saja. Saya tanya, maksudnya shower? Saya bilang saya tdk niat mandi, hanya cuci muka saja. Lalu dia pergi.
Saya sedang angkat kaki di wastafel ketika ada lagi org lain yg juga tanya. Kelihatannya dia pekerja bangunan dilihat dari pakaiannya. Saya bilang saya hanya cuci kaki krn mana mengerti dia ttg wudhu. Tapi dia kemudian memperagakan gerakan sholat. Loh, kok dia tahu. Saya bilang iya saya mau sholat. Lalu saya tanya kok dia tahu sholat, apakah dia muslim. Ternyata benar muslim. Where ara you from saya tanya. Dia jawab kosovo. Mungkin krn dia menduga saya tdk tahu kosovo lalu dia tambahkan muslim albania. Oh, saya tahu kosovo kata saya, malah minggu depan saya mau ke sana. Saya ucapkan assalamualaikum seraya menjabat tangannya. Dia jawab alaikumussalam dan menjabat tangan saya. Saya lalu mengajak dia foto selfie.
Pengaman menarik kedua adalah bertemu pasangan backpacker dari indonesia di halte tempat kami menunggu tsb. Mereka baru datang dari luzern dan mau lanjut ke praha dari zurich ini.
Sebagai sesama backpacker maka dg cepat kami menjadi akrab dan saling bercerita. Dia katanya dari amsterdam, terus ke brussels, paris, luzern, zurich untuk lanjut ke praha dan athena. Total sekitar 2 minggu. Sebaliknya saya bercerita kami dari roma, florence, venesia, milan dan zurich. Dari zurich lanjut ke negara2 balkan lalu terus ke bulgaria dan rumania. Total 26 hari.
Ternyata mereka lebih brutal lagi dalam melakukan penghematan traveling. Mereka hampir selalu jalan malam saat pindah kota sehingga tdk perlu bayar penginapan lagi. Kalaupun terpaksa ke penginapan maka hanya ambil yg jam2an saja. Seperti saat ini, mereka pakai bus malam ke praha dan sampai di praha besok pagi. Mereka juga tidak makan di luar, tapi bawa lauk sendiri sejak dari indonesia.