17. Bahasa Inggris (Tamat)

Apakah saya bisa bahasa Inggris? Kalau saya jawab tidak bisa mungkin tidak benar juga karena buktinya saya sudah mengunjungi 31 negara dan berkomunikasi dengan berbagai kalangan untuk berbagai maksud.

Tapi apakah saya mahir bahasa Inggris maka jawabannya jelas, sangat tidak mahir. Saya sering tidak mengerti apa yang diucapkan orang. Jadi sering sekali ada kejadian lucu. Saya menanyakan sesuatu dan orang itu sudah menerangkan namun saya tidak mengerti apa yang diterangkan. Apalagi kalau orang itu ngomong bahasa Inggris seperti orang kumur2 maka saya sudah pasrah tidak paham apa2.

Mendengar pronunciation yang jelas dan jernih saja seperti di tes2 TEOFL saya tidak bisa menangkap seutuhnya maka apalagi mendengar orang yang berkumur2. Karena itu saya sering sekali mengucap sorry dan pardon pada setiap bicara dengan orang. Kalau saya tidak mengerti juga maka saya akan berucap my english is not so good, please speak slowly. Biasanya lawan bicara lalu akan berbicara lambat. Tapi itu hanya beberapa detik saja karena setelah itu dia akan lupa dan mulai kumur2 lagi.

Akhirnya setelah pusing dan tidak mengerti juga saya akan menutup pembicaraan dengan kata2 OK. Padahal saya juga tidak tahu apa yang saya OK kan. Yang penting pembicaraan selesai.

Ini juga yang membuat saya dan istri sering beda pendapat. Saya lebih suka mencari sesuatu dengan mengandalkan google map ataupun dengan googling sesuatu. Konsekuensinya memang butuh waktu karena saya harus mempelajari google map dan arah terlebih dahulu.

Tapi istri saya tidak sabaran dengan cara ini. Dia inginnya saya bertanya langsung pada orang saja biar cepat. Sebaliknya saya enggan bertanya karena itu akan jadi pertanyaan konyol karena sudah jelas sekali ada di situ hanya saja saya perlu orientasi arah.

Keengganan lain adalah karena saya tidak mengerti setelah diterangkan seperti cerita saya di atas. Makanya sebisa mungkin saya tidak mau bertanya jika tidak terpaksa sekali.

Contohnya saya terpaksa bertanya karena tidak menemukan jalur L di jaringan kereta bawah tanah Los Angeles padahal kami sudah masuk ke platform. Ternyata setelah saya tanyakan lokasinya beda lagi bukan di platform yang kami masuki.

Begitu juga di New York saya pernah menanyakan arah line subway karena di map titik pertemuan line 7 dengan line B, D oren tidak jelas bagi saya. Jadi saya bukan anti bertanya tapi memilah2 mana yang patut ditanyakan dan mana yang tidak.

Di San Francisco kami salah arah saat naik bus ke Fisherman Wharf. Istri saya menyalahkan kenapa saya tidak bertanya dulu pada driver. Saya sendiri merasa konyol jika bertanya lagi karena di google map sdh jelas sekali petunjuk untuk naik bus no 8 di halte Golden Gate Bridge Welcome Center. Kami sudah di halte tersebut, bus yang datang nomor 8 dan di depan bus tertulis Fisherman Wharf. Jadi masa saya harus bertanya lagi.

Kami naik dan bus berjalan lagi. Tapi arahnya kok beda dengan direction di google map. Semakin lama semakin menjauh dari tujuan sebenarnya. Kebetulan di depan kami ada 3-4 orang turis dari Jerman sedang kasak kusuk pakai bahasa Jerman. Kelihatannya mereka juga membicarakan arah bus yang tidak sesuai.  Saya tanya apakah mereka mau ke Fisherman Wharf juga. Katanya ke arah itu walau bukan ke Fisherman. Saya bilang ke dia bahwa arah bus ini berlawanan dengan Fisherman.

Tiba2 seorang penumpang menyela bahwa kami salah arah. Ini memang bus Fisherman namun dalam arah berlawanan. Kalau mau ke Fisherman maka kami harus turun lalu menyeberang jalan dan naik lagi bus nomor 8 ke arah sebaliknya. Jadilah di halte berikutnya kami dan rombongan Jerman itu turun. Kami menyeberang dan menunggu bus nomor 8.

Kali ini saya ingin menyalahkan bus. Harusnya display di depan bus sesuai dengan tujuan bus. Kalau di display tertulis Fisherman maka seharusnya bus memang menuju ke sana. Jangan malah ke arah sebaliknya. Itukan namanya membohongi penumpang.

Tram di Jerman selalu sesuai antara display di depannya dengan tujuannya. Display akan berganti antara titik awal dan titik tujuan. Karena sebenarnya baik bus, subway maupun tram hanya bolak balik saja dari satu titik ujung ke titik ujung berikutnya.

Saya ingat sekali sebuah rute tram di Magdeburg karena selama berbulan2 saya selalu naik rute tersebut yakni Herrenkrug dan Olivenstedt. Displaynya akan selalu berganti antara Herrenkrug dan Olivenstedt sesuai tujuan tram saat itu.

Setiap jalur tram dan subway akan selalu punya titik persimpangan di mana penumpang bisa turun untuk pindah jalur sesuai tujuannya. Di dalam tram atau subway akan ada suara yang mengingatkan penumpang untuk berpindah jalur dan menginformasikan bisa pindah ke jalur mana saja.

Saking rutinnya naik tram tersebut setiap hari maka saya sampai hafal pengumumannya setiap sampai di titik perlintasan Damaschkeplatz. Bunyinya seperti ini: Damaschkeplatz Zentraler Omnibus Bahnhoff. Umsteigen moglichtkeit um richtung Diesdorf und Herrenkrug.

Kembali ke soal bahasa Inggris. Karena tidak mahir berbahasa Inggris ini maka saya mengalami kejadian konyol saat ikut tour Grand Canyon. Paket tour sudah termasuk lunch yang dipilih saat booking. Saya memilih paket vegetarian dengan asumsi halal karena hanya sayuran saja.

Adapun breafast dan dinner tidak masuk dalam paket sehingga harus beli sendiri atau sediakan sendiri. Saat itu tour leader menawarkan apakah mau ikut mengambil sarapan di rest area yang akan dilalui. Saya jawab tidak karena kami sudah membawa bekal sendiri karena tidak yakin akan bertemu makanan halal.

Lalu tour leader yang bernama Fiona  menerangkan tentang rest area dan breakfast yang bisa dipesan di sana. Seperti biasa saya tidak sepenuhnya mengerti apa yang dia sampaikan. Ada memang saya dengar dia ngomong lunch, ambil makanan dan bawa ke bus namun saya tidak mengerti detilnya. Saya tidak terlalu mengacuhkan ketidakmengertian ini karena toh saya tidak ikut ambil breakfast di sana. Saya pikir itu pemberitahuan untuk peserta yang mengambil breakfast saja.

Saya anteng saja di bus saat yang lain membawa makanan mereka masing2 ke dalam. Terakhir Fiona yang masuk bus sambil menenteng makanan. Di dalam dia memanggil nama saya dan menyerahkan bungkusan makanan untuk lunch saya katanya. Detik itu juga saya baru sadar bahwa saat dia sebut2 lunch tadi itu maksudnya semua peserta agar juga mengambil lunch masing2 di rest area dan dibawa ke bus.

Saya mohon maaf tidak mengerti bahwa kita harus ambil lunch kita masing2. Sekarang dia membawakan lunch saya seolah2 saya raja yang harus dilayani dan hanya menunggu di bus. Saya berkali2 mohon maaf ke dia karena miskom ini dan dia jawab tidak apa2.

Saya sendiri sungguh tidak menyangka lunch diambil di sini karena ini masih jam 7an pagi. Bus masih belum jauh dari Las Vegas dan Grand Canyon masih sangat jauh masih sekitar empat jam perjalanan lagi. Saya pikir lunch akan dibagikan nanti siang saat waktunya makan siang tiba. Siapa yang menyangka bahwa lunch sudah dibagikan pagi sekali jam 7an. Tapi itulah yang terjadi. Ternyata ini maksud kata2 lunch yang tadi sempat saya dengar itu.

Di dalam cruise yang kembali dari Alcatraz Island saya duduk di hadapan sepasang suami istri yang kelihatannya ramah. Karena saya masih penasaran dengan tiket cruise yang sudah habis maka saya menanyakan ke dia kapan dia pesan tiket. Ternyata benar, dia sudah pesan tiket lima hari sebelumnya.

 

Lalu pembicaraan berlanjut dengan pertanyaan saya, where are you from. Dia jawab Washington yang negara bagian, bukan Washington DC. Saya tahu negara bagian Washington di sebelah utara bagian barat Amerika. Di sana ada kota Seattle yang terkenal sebagai pabrik pesawat Boeing. Jadi saya tanya apakah Seattle. Dia jawab Sadel. Saya bingung dan tanya lagi dan dia jawab lagi Sadel. Setelah bingung beberapa saat akhirnya saya sadar ternyata Seattle itu kalau diucapkan orang Amerika maka terdengar seperti Sadel. Padahal saya salama ini mengira bacaannya adalah Sitel.

 

Begitulah, bahasa Inggris masih saja jadi titik lemah saya. Entah kejadian apa lagi yang akan saya alami menyangkut bahasa Inggris ini di traveling berikutnya. Tapi terlepas dari kekurangan bahasa Inggris saya maka ada fenomena lain yang menarik perhatian saya. Ternyata pemakaian bahasa Spanish sangat dominan di Los Angeles. Bahkan ada warga yang hanya bicara Spanish dan tidak bisa bahasa Inggris. Ini semua diakomodir di sana karena berbagai petunjuk di tempat publik juga menyertakan bahasa Spanish.

Jadi Amerika tidak melulu bahasa Inggris. Banyak sekali warganya yang berbahasa Spanish ternyata. Di New York sendiri ada area di Queens yang dominan orang Mexico. Semua orang bicara Spanish di sini. Petunjuk2 dan tulisan2 di ruang publik juga dalam bahasa Spanish. Saya sendiri dikira penutur Spanish oleh tour leader Grand Canyon karena bahasa Inggris saya yang parah. Dia hampir ngotot ngasih map Grand Canyon bahasa Spanish ke saya saat saya minta versi English ke dia. Mungkin dia pikir saya sok-sok an. Bahasa Inggris parah begitu kok malah minta map versi English, begitu mungkin dalam hatinya.

 

 

Fisherman Wharf

Artikel Terkait