37. Berurusan dengan Polisi Jerman

 

Hari ini ada tiga kejadian penting yakni mendapatkan tiket bus Berlin – Amsterdam, menemukan kios roti halal dan berurusan dengan polisi jerman. Pertama, pagi-pagi jam delapan saya sudah sampai di ZOB untuk memastikan tiket ke Amsterdam, sekaligus jadual bus yang ada jam keberangkatan pagi. Ternyata ada beberapa pilihan bus. Euroline sesuai tercantum di internet hanya punya satu jadual saja yakni jam 20.00. Harga tiket 59 euro (973.000 rupiah), berbeda dengan yang tercantum di internet yakni 37 euro (610.000 rupiah). Tapi di internet memang ada dua tarif, 37 dan 59 euro. Ternyata yang berlaku yang 59 euro. Pilihan kedua adalah Berlin Linien Bus dengan harga tiket jauh lebih murah, hanya 19 euro (313.000 rupiah), padahal di display terminal tertulis 33 euro (544.000 rupiah). Gak tahu kenapa di loket bisa lebih murah. Tapi sayangnya jadual keberangkatan juga jam 20.00. Akhirnya saya memilih alternatif ketiga, Meinfernbus Flixbus dengan harga tiket 29 euro (478.000 rupiah), tapi ada jadual keberangkatan jam 8.30 pagi. Jadi sesuai dengan rencana saya.

Kejadian kedua adalah menemukan kios roti halal. Awalnya istri hanya ingin minum teh hangat karena tenggorokannya kering (sebenarnya yang tepat adalah kerongkongan sebagai jalan masuk makanan dan minuman sedangkan tenggorokan ada jalan masuk udara). Sayapun membeli segelas teh hijau hangat di sebuah kios penjualan roti dan minuman di stasiun. Iseng saya tanya ke penjual, apakah dia tahu tentang halal. Gak nyangka ternyata dia muslim. Dia bilang alles halal, semua halal. Alangkah senangnya istri. Selama ini hanya bisa memandang aneka jenis roti yang kelihatannya amat lezat sepanjang perjalanan di Eropa, tapi tidak pernah mencicipi sama sekali karena tidak yakin pada kehalalannya. Sekarang bisa mencicipi apa yang diinginkan. Akhirnya dia borong berbagai jenis roti yang ada, gak mikir lagi soal diet dan soal berat badan.

Kejadian ketiga ketika berurusan dengan polisi. Tidak pernah terbersit sedikitpun di benak bahwa saya akan berurusan dengan polisi. Kejadiannya kayak dalam film-film. Awalnya seorang turis dari Yunani minta tolong diambil gambarnya di Charlottenburg Schloss. Tiba-tiba datang dua orang berpakaian preman, membuka dompet, menunjukkan emblem polisi dan bilang police. Persis di film-film, hanya saja tidak bilang angkat tangan atau langsung memborgol. Dia bilang sekarang banyak imigran dan banyak transaksi narkotik. Lalu dia tanya dan periksa paspor. Dia tanya juga bawa uang berapa. Dompet harus dibuka dan semua uang diperlihatkan. Namanya backpacker, uang di dompet saya hanya sedikit. Mungkin dalam hati dia kasihan juga, ini orang kok miskin banget.

Kemudian tas juga diperiksa. Dia masih tanya apa ada uang yang lain. Saya bilang tidak karena memang tidak ada uang lain di tas. Dia mengingatkan jangan menukar uang di pasar gelap. Saya bilang saya tidak pernah menukar uang di pasar gelap. Lha, emang apa yang mau ditukar. Uang euro sudah saya tukar sejak di indonesia. Emang saya mau dagang uang rupiah. Siapa yg mau beli. Dikasih saja orang ogah kali. Setelah tidak ada apa-apa lagi, si polisi bilang apologize. Saya bilang you just do your job. Lalu dia menyalami saya dan pergi. Sementara si Yunani sudah tidak kelihatan lagi di mana setelah ditanya-tanya juga oleh rekan polisi yang menanyai saya.

Artikel Terkait