Seperti yang sudah diduga dan sama dengan pengalaman traveling Amerika sebelumnya maka traveling dengan travel biro memang sangat melelahkan dengan waktu yang ketat. Baru hari pertama saja sudah terasa betapa capeknya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 8 jam ke Doha, transit 2 jam dan lanjut lagi sekitar 2 jam ke Amman maka kami sampai di hotel jam 20an. Saat ini musim panas sehingga matahari baru tenggelam jam 20.
Setelah makan, beres-beres dan mandi maka kami baru bisa tidur jam 22 lewat. Sebelum jam 4 pagi sudah harus bangun karena waktu subuh di musim panas ini adalah jam 03.50. Lalu jam 6 pagi sudah harus turun dengan semua barang utk sarapan sekaligus cek out karena jam 7 bus sudah menunggu.
Agenda hari ini adalah mengunjungi goa Ashabul Kahfi, kota kuno Petra dan gurun pasir Wadi Ram. Dalam perjalanan ke sana saya dapat melihat sekilas kota Amman. Secara keseluruhan kota Amman terlihat sangat sederhana. Bangunan didominasi oleh bentuk kotak-kotak dengan warna coklat khas bangunan di negara-negara Arab. Tidak terlihat gedung-gedung tinggi apalagi pencakar langit seperti di Dubai.
Sepanjang perjalanan tour guide menjelaskan bahwa Jordania memang bukanlah negara kaya. Dia tidak punya sumber minyak seperti halnya Arab Saudi. Dengan populasi 12 juta jiwa di mana 4 juta di antaranya tinggal di Amman maka Jordania mengandalkan pendapatannya dari 6 sumber utama yakni posfat, pertanian, pariwisata, potassium, semen dan pekerja migran.
Goa Ashabul Kahfi masih berlokasi di kota Amman bagian selatan. Itu adalah sebuah goa mirip dengan goa di Cappadocia karena seolah-olah dipahat di bukit batu. Di dalamnya ada 7 makam yang dikatakan sebagai makam para pemuda Ashabul Kahfi yang tertidur di goa selama 309 tahun.
Goa Ashabul Kahfi sebenarnya masih kontroversial karena di Turki juga ada lokasi
yang diklaim sebagai goa Ashabul Kahfi juga. Mengenai ini maka tour guide menjelaskan bahwa goa Ashabul Kahfi ini adalah cerita turun temurun saja. Jadi memang belum bisa dipastikan kebenarannya di mana sebenarnya goa Ashabul Kahfi itu.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Petra yang berjarak sekitar 4 jam perjalanan dari Amman. Setelah sekitar 2 jam bus berhenti di sebuah tempat peristirahatan sekaligus toko souvenir.
Lokasi ini ada di tengah-tengah gurun pasir. Karena sekarang puncak musim panas maka saya kira suhu udara sangat panas sekali sebagaimana Mekkah di musim panas. Logikanya musim panas di Jordania lebih panas lagi karena posisinya di lintang utara di atas Makkah. Tapi ternyata tidak. Suhu udara boleh dikatakan nyaman walau matahari bersinar terik.
Lokasi terpanas yang pernah saya alami adalah di Makkah dan di Saitama dekat Tokyo. Panasnya benar-benar tidak tertahankan. Saya sudah siap-siap bahwa panas di Jordania akan sama dengan di sana. Tapi ternyata tidak. Jadi tentu saja saya cukup kaget dan senang karena ternyata malah sejuk untuk ukuran musim panas.
Toko penjual souvenir cukup luas dengan berbagai jenis souvenir yang mereka jual. Saya sempat membeli sebuah piring pajangan karena kebiasaan saya selalu mencari piringan khas setiap kali traveling ke sebuah negara.
Saya terpaksa mengatakan bahwa harganya cukup mahal dibanding piring sejenis di negara-negara lain baik di Asia, Eropa ataupun Amerika. Piringan seharga USD 25 di sini maka di negara-negara lain cukup seharga USD 10-15 saja, kecuali di Swiss yang memang sangat mahal.
Pemandangan yang tersuguh dalam perjalanan sejak dari Amman sampai ke Petra hanya gurun pasir saja. Boleh dikata kami tidak melihat kota atau pemukiman penduduk sepanjang perjalanan. Hanya gurun pasir dan gurun pasir saja.
Bersambung