2. Voucher vs Dana yang Dikreditkan
Traveling Korea ini sebenarnya adalah traveling pengganti. Seharusnya ini adalah traveling Australia yang berganti jadi traveling Korea. Ini semua terjadi sebagai dampak Covid 19. Orang tentu akan bertanya-tanya apa hubungannya Covid dengan perubahan destinasi. Jadi begini ceritanya.
Tahun 2019 saya menemukan tiket murah promo dari sebuah maskapai sebut saja maskapai XYZ yakni 3,3jt pp ke Sydney, Australia. Jika saya ambil untuk kami sekeluarga 6 orang maka jatuhnya harga adalah sekitar 20jt. Menurut saya ini harga yang cukup terjangkau sehingga saya putuskan langsung booking untuk keberangkatan 2020. Saya nekat langsung booking walau belum punya visa Australia karena saya tahu tiket murah seperti ini akan langsung cepat habis jika kita tidak segera ambil.
Tapi semua tahu apa yang terjadi. Covid datang menyerang akhir 2019 dan 2020 terjadi penutupan perbatasan antar negara. Awalnya saya masih optimis tetap bisa berangkat karena jadualnya masih pertengahan tahun. Saya mengira covid akan segera berakhir dan every thing goes to normal condition again. Namun dugaan saya keliru karena ternyata covid malah semakin menggila sampai 2021.
Tiket sudah terlanjur dibayar dan sudah issued sementara semua penerbangan dihentikan. Saya tidak tahu bagaimana nasib dana yang sudah disetorkan tersebut sedangkan kita tidak jadi berangkat sampai saya dapat email dari maskapai XYZ tersebut. Dalam email disebutkan bahwa tiket tidak hangus karena akan dikreditkan di akun kita. Artinya saya punya deposit di XYZ senilai 20jt yang bisa dipakai untuk membeli tiket lagi.
Secara nominal penumpang memang tidak rugi namun secara opportunity ada kerugian karena kami tidak bisa lagi ke Australia 6 orang. Kalau dalam ekonomi ini namanya opportunity loss. Ini karena harga tiket sudah berubah. Sekarang kredit akun senilai 20 juta hanya cukup untuk 2-3 orang saja jika masih mau ke Australia.
Tapi bagaimanapun kebijakan ini masih okelah dibanding uang kita hangus sama sekali. Jadi saya masih cukup happy sampai suatu saat saya mendapat email lagi dari XYZ. Kali ini emailnya mengatakan ada perubahan kebijakan yakni kredit di akun kita diubah menjadi voucher dengan nilai yang sama.
Awalnya saya oke-oke saja karena saya anggap kredit akun dan voucher sama saja karena sama-sama senilai 20 juta. Paling hanya beda istilah saja, demikian saya menggumam dalam hati.
Saya baru menyadari bahwa voucher ternyata sangat berbeda dengan kredit akun saat akan menggunakannya. Jika kredit akun seolah-olah kita ada deposit dan bisa digunakan sampai senilai 20 juta maka voucher beda lagi. Voucher hanya bisa digunakan dengan pembatasan-pembatasan tertentu.
Pertama voucher hanya bisa digunakan jika kita berangkat dari Kuala Lumpur. Berarti kita ada lagi biaya tambahan beli tiket Jakarta-KL pp karena tdk termasuk dalam voucher. Yang kedua voucher hanya bisa digunakan untuk ke New Delhi dan Seoul saja walau di bawahnya ada note bahwa nanti akan ada destinasi lain juga.
Inilah yg membuat kita jatuh pada pilihan buah simalakama. Voucher 20 jt hanya cukup untuk 3 orang saja ke Seoul. Padahal tadinya cukup untuk 6 orang ke Sydney. Lalu saya harus menambah lagi biaya tiket Jakarta-KL pp karena seperti disebut di atas voucher hanya berlaku untuk keberangkatan dari Kuala Lumpur saja.
Saya tidak ada pilihan lain karena lama-lama voucher akan hangus jika tidak digunakan. Terpaksalah saya ambil juga tiket ke Seoul untuk 3 orang daripada hangus sama sekali.
Cerita voucher ini tidak berhenti sampai di sini saja. Masih ada cerita lanjutan saat saya mengeksekusi tiket KL-Seoul ini. Nilai tiket yang sekitar 19 juta masih di bawah nilai voucher yang senilai 20 juta. Jadi saya masih ada sisa voucher senilai 1 juta.Tapi ternyata hitungannya tidak seperti itu. Saya masih harus menambah sekitar 2 juta sedangkan sisa voucher saya jadi 3 juta.
Ini kan aneh. Kenapa saya harus menambah lagi sedangkan voucher masih bersisa. Tapi yang saya hadapi adalah mesin pembayaran di web maskapai XYZ. Saya tidak bisa tanya jawab dan beradu argumen dengan dia. Pilihannya hanya ada dua yakni bayar sesuai yang disebutkan atau batalkan transaksi. Karena tidak ada pilihan lain lagi maka terpaksalah saya tekan juga tombol pay. Akhirnya jadi jugalah tiket Korea issued untuk 3 orang.
Bersambung