8. Traveling dan Makanan

8. Traveling dan Makanan

Dulu sebelum pernah ke luar negeri saya heran jika mendengar ada orang yang sedang traveling tapi masih mencari restoran Indonesia atau masakan Indonesia di sana. Rasanya itu merusak atmosfir traveling dengan masih makan makanan Indonesia. Menurut saya traveling yang paripurna itu harus memakan makanan lokal orang di sana.

Setelah jalan sendiri ke luar negeri maka barulah terasa bahwa traveling yang paripurna dan paling puas 100% justru adalah ketika kita setiap hari bisa makan masakan Indonesia. Kenikmatan traveling terganggu saat kita tidak mendapatkan masakan Indonesia. Soalnya kita sudah menikmati keindahan alam dan dan segala hal yang menarik lainnya tapi kemudian jadi berkurang karena makanan yang tidak seenak masakan Indonesia. Sejak itulah saya baru mengerti betapa pentingnya posisi makanan dalam memenuhi kesempurnaan sebuah traveling.

Saya ingat pengalaman traveling Jordania, Al Aqsho dan Mesir. Saat itu kami ikut rombongan travel biro. Selama berhari-hari di Jordan dan Palestina kita hanya disuguhi ayam, daging dan kentang saja. Makan ayam terus menerus yang tentu saja sesuai masakan khas mereka membuat saya eneg dan tidak pernah berselera untuk makan. Makan bukan dinikmati tapi hanya sekedar untuk menutup rasa lapar saja.

Setelah berhari-hari hanya memakan makanan yang membuat eneg saja maka pada hari terakhir kami dibawa makan di restoran Indoneia. Saya langsung memilih ikan yang digoreng garing.

Rasanya seperti di surga mendapatkan makanan Indonesia ini. Saking nikmatnya maka ikan tersebut saya makan habis sampai benar-benar bersih tandas tanpa ada sisa sedikitpun. Bahkan tulang dan kepalapun saya makan habis karena semuanya benar-benar garing sehingga bisa dihabiskan.

Hal yang sama juga terjadi saat traveling Turki sebelumnya. Selama berhari-hari kami hanya disuguhi makanan Turki saja yang cenderung seperti makanan barat seperti kentang, sosis, telur dan salad. Sekalinya dibawa ke restoran Indonesia maka tidak bisa dibayangkan rasanya saking excitednya.

Oleh karena itu kami selalu membawa bekal rendang dan dendeng ke manapun pergi ke seluruh dunia. Sebenarnya membawa produk daging itu terlarang di beberapa bandara dunia. Tapi bagaimana lagi karena ini sangat krusial bagi kami.

Paling tidak ada 3 manfaat membawa bekal sendiri ini. Pertama jelas menghemat pengeluaran biaya makan. Tahu sendiri betapa mahalnya harga makanan di Amerika. Yang kedua mendapatkan jaminan halal karena tidak mudah mendapatkan makanan halal di luar negeri. Terakhir adalah efisiensi waktu. Tidak ada waktu terbuang untuk mencari dan menuju tempat makanan halal.

Hal lain menyangkut traveling dan makanan adalah tentang memasak. Dalam setiap traveling saya lebih banyak menginap di apartemen atau rumah yang ada dapurnya dibanding menginap di hotel.

Dalam traveling Amerika bersama rombongan sejumlah 10 orang inipun kami menginap di rumah sewa yang ada dapurnya di New York. Dengan demikian kami bisa memasak makanan sederhana, membawa bekal saat keluar dan tidak harus makan di restoran.

Bersambung

Artikel Terkait