2. Takut Blacklist

Jadi yang saya takutkan adalah masuk black list imigrasi jepang. Tidak boleh lagi berkunjung ke jepang. Sebenarnya saya pernah melakukan test case overstay satu hari ini saat di jerman bertahun2 yg lalu. Waktu itu kasusnya sama, visa schengen yg dikeluarkan kedubes jerman di jakarta berakhir masa berlakunya satu hari sebelum saya meninggalkan jerman.

Namun saat itu saya mengurus dan mendapatkan surat keterangan perpanjangan dari kantor pemerintah jerman. Surat itu agar ditunjukkan pada petugas imigrasi saat akan meninggalkan jerman. Nah, inilah test case yg saya lakukan. Saya sengaja tidak menunjukkan surat tersebut kepada petugas imigrasi bandara berlin tegel saat itu. Saya ingin melihat, apa konsekuensi overstay satu hari. Apakah petugasnya akan cincay saja atau mempersoalkan. Kalau dia mempersoalkan maka saya tinggal menunjukkan surat keterangan tsb. Ternyata petugasnya cincay saja. Dia mencap paspor saya dan mengembalikan tanpa komentar apapun. Jadi saya menganggap overstay satu hari bukanlah dosa besar yg perlu ditakuti.

Kembali ke hasil googling overstay jepang, ternyata ada tulisan yg membahas cara saya di atas. Kata tulisan tsb, adalah kebodohan yg sangat besar jika kita pasang wajah tanpa dosa lalu melenggang kangkung saja pura2 gak tahu di hadapan imigrasi dg status overstay. Ini akan berimplikasi serius katanya. Lebih baik kita melapor dulu di kantor imigrasi saat kita msh di jepang. Dg melapor dulu maka kita sdh menunjukkan itikad baik memperbaiki kesalahan. Beda dg yg slonong boy saja pura2 tdk tahu, nyata2 melanggar uu imigrasi.

Membaca tulisan demi tulisan ttg overstay jepang hasil googling jelas membuat saya stress juga. Apalagi hanya ada tersisa satu hari senin saja utk mengurus ini. Tapi walau stress, strategi dan planning harus tetap dibuat. Maka muncullah beberapa skenario yg akan saya lakukan. Saya membuat plan a, plan b dan plan c. Bagaikan sebuah strategi bisnis maka saya akan melakukan plan b jika plan a gagal. Melakukan plan c jika plan b gagal.

Inilah skenario yg saya buat.

1. Mendatangi kedubes jepang hari senin dan meminta advice dia ttg masalah ini.

2. Saya sampai di bandara haneda tgl 19 feb jam 22.30. Saya berencana menunggu sampai jam 00.00 dulu, baru menuju pemeriksaan imigrasi. Saya baru maju ke pemeriksaan imigrasi setelah jam 00.00 krn tentu saja saat itu sdh tanggal 20 feb. Saat petugas mencap paspor saya, maka tentu saja sdh cap tgl 20. Dengan demikian saya aman krn 20 feb – 6 maret pas 15 hari.

Tapi masalahnya apakah saya bisa berhenti di tempat tsb. Saat orang lain berbondong2 ke pemeriksaan imigrasi, saya hanya diam di tempat. Tapi kalau semua sdh lewat imigrasi dan ruangan sdh kosong namun saya masih jg ngedon di tempat, apa itu tdk mendatangkan kecurigaan?

Ada juga kepikiran sembunyi di toilet. Tp itu akan mendatangkan kecurigaan juga. Ngapain saja saya di toilet selama hampir dua jam. Jadi skenario kedua ini agak riskan juga. Paling berterus terang saja pada petugas ttg masalah saya.

3. Melapor ke kantor imigrasi jepang di hari pertam atau kedua dan menceritakan masalah saya.

4. Mengganti tiket kepulangan satu hari lebih cepat. Artinya tiket eksisting hangus dan saya mengalami kerugian krn beli tiket lagi.

Walau 4 skenario di atas tdk sempurna dan ada implikasi masing2, namun itu cukup menenangkan saya hari sabtu dan minggu itu sebelum datang ke kedubes jepang hari senin.

Akhirnya hari senin sayapun datang ke kedubes jepang di thamrin. Saya ambil no antrian dan tdk lama kemudian sdh dipanggil ke loket. Antrian tdk panjang krn sebenarnya pengurusan visa jepang sdh dilimpahkan ke vfs di satrio. Jadi yg mengurus di sini hanya yg e paspor saja. Sayapun ke loket dan menceritakan masalah saya. Hasilnya anti klimaks. Gak ada masalah karena katanya masa validity visa dihitung satu hari setelah kedatangan. Jadi jika saya datang tgl 19 feb maka masa berlaku visa adalah 20 feb sd 6 maret. Dia ikut menghitung ulang dan memang ketemunya 6 maret.

Alhamdulillah, saya lega sekali. Tp utk lebih meyakinkan, saya minta dia utk membuat semacam tulisan tangan yg menyatakan bahwa masa perhitungan visa dimulai sehari setelah kedatangan. Dia menolak dan dia bilang itu sdh aturan internasional. Kalo gitu saya minta tanda tangannya saja di tiket sebagai bukti bahwa saya sdh ke kedubes jepang jika ternyata nanti di imigrasi aturannya lain. Dia tetap menolak jg walau sdh saya bujuk.

Apa boleh buat. Akhirnya saya ambil lagi no antrian dan saya simpan sebagai bukti krn nomor antrian pertama sudah diserahkan loket. Paling tdk jika nanti ada masalah di imigrasi jepang saya bisa tunjukan bahwa saya sdh ke kedubes jepang. Ini buktinya, no antrian saya 😀

 

Bersambung

Artikel Terkait