9. Peserta yang Bandel-bandel (Tamat)

Backpacker Jepang 2, 26 Feb-6 Mar 2019, no 9 (Tamat)

9. Itinerary backpacker jepang 1 dan 2 sebenarnya sama saja. Tapi realisasinya berbeda sehingga peserta backpacker jepang 1 jadi sering komen di grup wa, lho kok kita dulu gak ke sini. Begitu terus komennya setiap peserta backpacker jepang 2 posting destinasi2 baru di grup.

Implementasi yg berbeda dg itinerary ini karena peserta skrg bandel2. Mereka inisiatif sendiri mencari destinasi lain. Oleh karena itu maka ketemulah banyak resto halal, ketemulah menara pandang dari kantor goverment tokyo, ketemulah sakura mekar, pergilah ke tokyo tower, pergilah ke masjid turki dan lain2. Semua yg saya sebut di atas tdk ada di backpacker jepang 1 sehingga komen kok kita tidak ke sini sering muncul di wa grup.
Tapi tentu saja ada pula spot backpacker jepang 1 yang tdk sempat dikunjungi oleh backpacker 2 yakni ginza, roppongi dan ikebukuro. Begitu juga nippori walking map, hanya tiga peserta yg ikut krn peserta lainnya bandel memilih lokasi lain. Tapi saya sampaikan juga bahwa dari pengalaman backpacker jepang 1, ketiga lokasi di atas yakni ginza, roppongi dan ikebukuro tidak ada spot spesifik yg akan dilihat.
Jika backpacker jepang 1 memulai jalan lebih pagi sekitar jam 7-8 maka backpacker jepang 2 selalu memulainya lebih lambat yakni jam 9 pagi. Setelah meninggalkan apartemen pada jam 9 tsb maka ada ritual khusus pagi yg dilakukan setiap hari yg tidak ada di backpacker jepang 1. Ritual tsb adalah mampir di convenience store family mart utk minum kopi dulu dan membeli onigiri utk bekal di jalan. Barulah setelah itu mulai jalan ke lokasi tujuan.
Ritual kedua adalah kami selalu melewati jembatan sumida river dua kali sehari pagi dan petang. Kami pasti melewatinya saat pergi dan saat pulang ke apartemen karena lokasi apartemen memang di seberang sungai jika datang dari stasiun asakusa. Di sumida river itu ada boat wisata yg menyusuri sungai yg konon katanya sampai ke odaiba. Setiap melewati jembatan tsb selalu ada yg nyeletuk, nanti malam kita naik boat ya. Dan yg lain setuju. Begitulah setiap hari, selalu ada yg bilang nanti malam kita naik boat dan semua setuju. Tapi kenyataannya tidak ada yg naik boat tersebut sampai waktunya utk balik ke indonesia.

Backpacker jepang 2 ini diikuti oleh dua orang anak muda yg masing2 sdh tingkat akhir kuliah dan satu lagi fresh graduate beberapa bulan yg lalu. Mereka cepat sekali belajar dan menguasai jalur subway tokyo yg ruwet itu. Di hari kedua mereka sdh bisa menentukan rute subway sendiri, berpindah di stasiun mana dan naik dari line apa. Selanjutnya hari ketiga dan seterusnya justru merekalah yg bertugas menentukan jalur perjalanan.

Biasanya di malam hari saya kirim tugas utk keesokan harinya ke mereka via grup wa. Misalnya pada kamis malam saya ngasih tugas utk googling masjid camii turki dan cari jalur menuju ke sana. Jadi boleh dikata setiap hari merekalah yg menjadi tour leadernya.
Saat perjalanan ke masjid camii turki tsb sempat terjadi kejadian agak luar biasa. Tiba2 terdengar suara sirine saat kami masih di dalam subway di stasiun gaiemmae. Kereta terhenti dan sirine berbunyi terus. Kemudian terdengar pengumuman dalam bahasa jepang. Karena tdk mengerti maka kami tinggal diam saja sementara penumpang lain mulai keluar dari subway. Om hendry yg spesialis pencari resto halal bertanya ke penumpang di sebelahnya. Ternyata ada kebakaran di depan. Jadi subway terhenti, tdk bisa lagi melanjutkan perjalanan.
Selanjutnya kami ikut arus penumpang keluar dari subway dan keluar juga dari stasiun. Seharusnya kami akan turun di omote sando utk pindah dari ginza line ke chiyoda line. Tapi dengan terhambatnya perjalanan, maka kami tdk bisa lagi mencapai omote sando.
Sesampai di atas saya ngasih tugas lagi ke kedua anak muda kita, kita harus ke mana sekarang agar bisa sampai ke yoyogi uehara tempat lokasi masjid camii turki. Sementara itu kami lihat mobil pemadam kebakaran tdk berhenti melintas dg raungan suara sirine terus menerus.
Mereka berembuk, melihat peta subway dan lalu diputuskan kami akan ke aoyama itchome dulu jalan kaki dan dari sana baru ke omote sando utk pindah ke chiyoda line. Saya hanya mengiyakan saja. Pokoknya saya akan ikut saja dan merekalah yg menentukan. Dan memang mereka sdh jadi tour leader yg mantap karena akhirnya kami sampai juga di masjid camii turki dan bisa sholat jumat di sana.
Selain agak bandel dan selalu saja menemukan hal2 yg baru, peserta backpacker 2 ini juga kurang asem karena masih sempat2nya mengerjain saya. Kejadiannya di yuyuke dandan stairs di area nippori walking map. Kami hanya berempat karena peserta bandel yg lain sudah punya tujuan mereka masing2 sendiri2. Seperti biasa mereka menemukan hal baru yakni resto turki dg ornamen unik. Harga paketnya juga wajar yakni 1.000 yen per person. Jadilah saat itu kami berempat sepakat utk masuk. Di sinilah terjadi unsur pembiaran kesalahan secara sengaja dan saya jadi korbannya.

Ceritanya makanan dihidangkan secara mencicil mulai dari makanan pembuka, makanan utama sampai makanan penutup. Setiap satu hidangan datang, maka itu utk 4 orang. Begitu terus menerus, makanan dihidangkan terus tanpa henti. Termasuk saat itu dihidangkan nasi satu piring. Saya tdk ngeh kalau itu utk berempat, jadi langsung saya santap saja sambil ngambil lauk. Tapi porsinya kok banyak amat ya sampai saya tdk mampu menghabiskan. Oalah, ternyata itu porsi utk 4 orang. Pantesan saya gak kuat menghabiskan. Yg kurang asemnya, yg lain tahu tapi malah diam2 saja, gak ngasih tahu saya kalau itu utk berempat. Barulah mereka mengasih tahu setelah acara makan selesai. Benar2 kurang asem.

Tamat.

Artikel Terkait