Persiapan backpacker jepang 2 ini sejak awal sdh menghadapi paling tidak dua masalah. Pertama adalah tentang visa saya seperti yg sdh diceritakan di awal dan yg kedua adalah tentang penginapan. Jadi sekarang saya akan cerita tentang masalah kedua yakni penginapan.
Awal2 backpackeran saya biasa menggunakan aplikasi booking.com utk mencari dan memesan penginapan. Kriteria yg saya gunakan adalah murah. Jadi searchingnya selalu diawali dengan filter harga yakni dimulai dari yg termurah. Kriteria kedua adalah tdk mensyaratkan kartu kredit. Tapi ini memang agak susah didapat. Kebanyakan host selalu meminta kartu kredit. Jika sdh begini, maka saya memprioritaskan yg tdk meminta nomor ccv yg tiga digit di belakang kartu. Tapi semakin lama jg semakin susah. Hampir semua host skrg juga meminta nomor ccv.
Tahun lalu saya mulai mencoba aplikasi air bnb. Ini pertama kali saya gunakan saat membawa keluarga ke jepang juga saat libur idul fitri. Saya tertarik dg airbnb karena ini umumnya properti milik perorangan yg disewakan ke tamu. Tapi masalahnya hampir semua airbnb mensyaratkan pembayaran di depan. Beda dg booking.com yang hampir semua pembayarannya dapat dilakukan di tempat. Oleh karena itu maka utk backpacker jepang 1 dan 2 ini saya kembali menggunakan booking.com.
Salah satu kelebihan booking.com yg saya sukai adalah adanya masa tenggang cancel utk sekian waktu tanpa dikenakan pinalti sama sekali. Ini sangat membantu kita dalam mencari properti yg tepat. Jika kita sdh booking suatu properti namun ternyata bbrp hari kemudian kita ketemu properti yg lebih baik lagi maka bookingan pertama dapat dicancel tanpa ada pinalti apapun. Utk mengamankan booking, maka saya suka membooking dulu satu properti yg cocok sambil tetap terus mencari yg lain. Jika ada yg lebih baik maka saya akan cancel yg pertama dan pindah ke yg kedua. Tapi jika tidak dapat yg lebih baik maka booking pertama itulah yg dipakai jadinya.
Pengamanan ini perlu kita lakukan krn mencari properti utk rombongan itu lebih sulit daripada utk solo traveler. Mencari kamar yg pas dg kebutuhan rombongan adalah kesulitan pertama. Setelah dapat, belum tahu harganya cocok. Jika harganya cocok, belum tentu tanggal yg tersedia sesuai dg itinerary kita.
Misalnya itinerary kita 19-25 feb. Ada properti yg jumlah kamarnya cocok. Lalu harga juga masuk budget kita. Tapi ternyata tgl 20 tidak bisa. Jadi walaupun seandainya tgl 21 sampai 25 bisa, bahkan ekstrimnya sampai akhir maret juga kosong, tetap saja kita tdk bisa booking gara2 tgl 20 sdh diambil orang. Dan kemungkinan2 seperti ini sangat banyak terjadi. Selalu saja ada tanggal yg sdh diambil orang lain duluan.
Saya tdk akan susah2 lagi mencari penginapan andai saja apartemen higashi jujo yg ditempati oleh backpacker jepang 1 dulu masih available. Soalnya kami cukup puas dg apartemen tsb. Tapi itulah sayangnya. Ada bbrp hari dari tgl 20 sampai 25 itu yg higashi jujo sdh diambil orang. Jadi terpaksalah saya harus mencari2 lagi.
Dalam pencarian ini saya menemukan apartemen yg memenuhi kriteria dari segi jumlah kamar dan harga. Ketersediaannya juga cocok dg itinerary kami. Bahkan saya mendapatkan kriteria tambahan yg cukup menyenangkan yakni lokasinya relatif di tengah kota dan di daerah tujuan wisata utama yakni asakusa. Karenanya seperti biasa saya lalu mengamankan posisi dg segera melakukan booking. Lalu saya akan melanjutkan mencari lain yg lebih baik.
Dengan sekali klik maka sahlah properti itu di bawah penguasaan saya. Tapi beberapa detik kemudian betapa terperanjatnya saya. Saya melihat pesan yg menyatakan sdh membooking utk tgl 20 – 25 feb beserta catatan bahwa jika saya cancel mulai detik ini maka akan dikenakan pinalti 75%. Dg berdebar2 saya cek lagi term and condition. Alamak, ternyata memang dituliskan tentang pinalti tsb. Saat itulah saya baru tahu bahwa ternyata tdk setiap pemesanan memberikan masa tenggang utk free cancel. Memang kebanyakan memberikan masa tenggang, tapi beberapa properti langsung mencharge begitu cancel. Dan cilakanya apartemen asakusa termasuk golongan yg kejam begini.
Bersambung.