Pagi ini saya mulai eksplorasi (atau eksplotasi, mana yang benar), kota Praha. Start dimulai dengan suasana tidak meyakinkan karena saya tidak pegang peta sama sekali. Apartemen Praha 40 euro tdk menyediakan peta sama sekali. Sambil berjalan saya terus berpikir cara mendapatkan peta. Akhir timbul ide untuk cari peta di hotel lain. Begitu ketemu hotel lain dan saya masuk yang ada hanya brosur-brosur wisata tanpa peta. Jadi tetap gagal dapat peta.
Apa boleh buat. Kalau begitu lebih baik saya tukar uang saja dulu, tukar euro dengan mata uang kron Ceko. Eh gak dinyana, di money changer tersebut ada peta bekas turis lain yang ditinggal begitu saja. Wah, benar-benar langkah kanan nih, akhirnya punya peta. Dengan peta di tangan saya jadi sangat manntap untuk cari arah ke Old Town, Charles Bridge dan Prague Castle. Semua adalah destinasi wisata hasil searching saya tadi malam. Kebetulan semua tujuan tersebut dapat dicapai dengan jalan kaki karena ternyata penginapan saya sudah di dekat Old Town. Sepanjnag jalan dan apalagi di tempat tujuan tersebut penuh dengan turis. Sepanjang tujuh negara yang sudah saya lewati, jumlah turis terbanyak adalah di Praha ini.
Sepanjang perjalanan saya benar-benar waspada copet. Saya tidak bawa dompet, hanya sekedar uang di saku. Hape selalu saya jaga baik-baik. Tas ransel bukannya disandang di punggung, tapi justru di dada supaya selalu terawasi dengan baik.
Alhamdulillah saya selamat dari copet, tapi namanya musibah, saya justru tertipu tanda kutip saat tukar uang. Ceritanya begini. Sepanjang jalan banyak yang menawarkan tukar uang pasar gelap. Jika di money changer kursnya 26 kron, dia menawarkan kurs 27 kron. Tapi saya tidak mau, takut ada apa-apa. Siapa tahu uangnya palsu atau ada modus lain yang saya tidak tahu. Lebih baik tidak ambil resiko terlibat pasar gelap kurs. Jadilah saya menukar uang selalu di kios changer. Di hampir semua kios changer selalu ada tulisan kommision 0%. Saya pikir wajarlah komisi 0%, kan dia sudah dapat untung dari kurs, kok minta komisi lagi.
Penukaran pertama lancar dan wajar. Penukaran kedua di tempat lain juga lancar. Nah pas penukaran ketigalah saya dapat musibah, tertipu tanda kutip karena saya tertipu secara konstitusional. Ceritanya saya lihat kursnya 26,5 kron, agak lebih baik dibanding sebelum-sebelumnya. Tapi sebenarnya pertimbangan saya bukanlah perbedaan setengah atau satu kron karena angkanya tidak signifikan. Apalah artinya setengan atau satu kron jika yang mau ditukar hanya 50 euro saja. Tapi saya menukar di situ karena lokasinya yang paling dekat dengan toko tempat istri saya mau beli beberapa souvenir. Saya tidak perhatikan bahwa di sana ada display yang menyebutkan adanya komisi. Saya pikir sama saja dengan changer lain.
Saya sodorkan 50 euro, harusnya dapat 1.300an kron, tapi saya hanya terima 1.088 kron. Ada potongan sekitar 200 kron. Saat tanda tangan, saya sempat tanya kok bukan 1.300, lalu dia menunjuk angka di bawah yang tertera 1.088. Karena belum begitu familiar banget dengan mata uang kron ini, saya jadi gak begitu ngeh seberapa sebenarnya nilai potongan 200 kron tersebut. Jadi saya iyakan saja. Setelah sampai di toko souvenir barulah saya sadar bahwa komisi 200 kron itu besar banget karena senilai 8 euro (132.000 rupiah). Sayapun balik mau komplain, eh loketnya sudah tutup. Ada pengumuman tutup karena istirahat. Waktu itulah jelas terbaca di display depan loketbahwa ada potongan komisi 19%. Jadilah saya tertipu 200 kron secara konstitusional karena dari awal dia sudah deklarasi ada komisi, kok saya mau juga menukar di sana.
Kejadian ini memang konyol sebenarnya. Masalahnya semua toko di Praha, termasuk toko souvenir ini sebenarnya menerima pembayaran dalam euro juga dengan kurs 25 kron. Tapi entah kenapa saya malah bela-belain nukar uang dulu. Rasa yang timbul saat itu adalah merasa kurang afdhol saja kalo gak belanja pakai mata uang lokal. Sekarang yang jadi pertanyaan saya, siapa juga yang mau tukar uang dengan dipotong komisi 19%. Logikanya dia akan bangkrut karena tidak bakal ada konsumen yang mau tukar uang dengan dipotong 19%. Tapi nyatanya dia tetap aja eksis di kios permanen. Apamungkin dia hidup dari turis-turis lain yang tertipu secara konstitusional juga seperti saya? Mungkin juga. Yang jelas hari ini jalan-jalan saya sukses tanpa kecopetan, tapi rugi di penukaran. Well prepared untuk sesuatu memang baik karena terhindar dari masalah. Tapi ternyata masalah bisa muncul dari sudut lain yang tidak kita sangka.