Sistem transportasi yang terpadu untuk metro, trem dan bus di Amsterdam membuat lebih murah jika kita beli 24 hours tiket yang berlaku untuk seluruh moda tersebut ke seluruh Amsterdam. Walaupun untuk ukuran kita tetap mahal karena harganya 7,5 euro (123.000 rupiah), sayapun memulai perjalanan keliling Amsterdam dengan modal tiket tersebut. Tiketnya sederhana seperti kertas biasa, tapi berfungsi seperti card yang ada chipnya. Tiket itu perlu ditap saat naik dan turun trem, bus dan metro. Sangat mirip dengan sistem di Singapura sehingga orang tanpa tiket tidak bisa naik. Hal ini berbeda dengan di Berlin yang sangat bebas, tidak ada tapping tiket tapi hanya mesin validasi saja tanpa pengawasan. Jadi orang tanpa tiket juga bisa naik.
Salah satu tujuan wisata yang sangat terkenal di Amsterdam adalah Madame Tussaud, museum replika tokoh-tokoh dunia. Belasan tahun yang lalu saat saya ke sini masih ada replika presiden AS George W Bush, gubernur California sekaligus mantan aktor Arnold Schwarzenegger dan ratu Elizabeth. Ada juga replika atau diaroma yang menggambarkan kehidupan rakyat belanda sebelum abad ke 15 yang kelihatan sangat menyedihkan. Tapi sekarang tidak ada lagi. Gak tahu kenapa sampai tereliminasi.
Sayangnya replika saat ini lebih banyak diisi oleh artis dan olahragawan. Replika tokoh politik dan para pemimpin dunia sangat sedikit sekali. Dari yang sedikit itu saya sempat mengadakan komunike bersama dengan kanselir Jerman Angela Merkel tentang penanganan pengungsi Suriah. Kemudian memperbincangkan masa depan persetujuan damai nuklir Iran dg presiden AS Barack Obama. Terakhir menerangkan peta Amsterdam kepada Einstein. Einstein memang jenius di bidang fisika, tapi dia tidak mengerti tentang peta Amsterdam sama sekali.